Rabu, 19 Juni 2013

Tak Direstui #CerpenQuote

Tittle: Tak Direstui
Length: One Shoot
Author: @XOwners_Quote




TAK DIRESTUI
#CerpenQuote For @meilianahardini

Hari ini, Kiki akan melamarku. Aku sedang bercermin untuk memastikan tidak ada yang kurang. Ya, cantik. Dress ungu selutut. Rambut panjang yang bergelombang. Make up. Yap, lengkap.
Aku tidak menyangka, hubunganku dengan Kiki sudah berjalan selama 9 tahun. Lama banget, kan? Jarang ada pasangan muda yang bertahan sampai selama itu. Tapi aku berhasil meng'ada'kannya. Pertemuan kita dari SMA, bisa bertahan tanpa putus sekali pun sampai sudah menjadi sarjana seperti sekarang. Ajaib! Nggak tahu kenapa, aku merasakan ikatan batin yang sangat kuat saat bersama Kiki. Aku gak bisa jauh-jauh dari dia. Dia memberikanku banyak kenyamanan. Kiki selalu membuat jantungku berdebar setiap kali didekatnya. Kiki salah satu keindahan yang diberikan Tuhan untukku. Kiki nyaris sempurna. Tampan, kaya, suaranya merdu, ideal banget! Terlebih, Kiki bisa membuat aku bertahan selama ini. Sampai kami berusia 23 tahun.
Kata orang, kita itu mirip. Dan katanya lagi, kalau mirip itu jodoh. Hihii. Apa iya? Oh, mungkin. Karena tepat hari ini, Kiki akan melamarku. Yaampun, aku jadi tidak sabaaar. Tapi sampai sekarang, jam 10 pagi pun, Kiki belum juga sampai di rumahku. Oh iya, katanya Kiki bakal ajak Mama Papa dan adiknya, namanya Nicky. Dia masih kuliah jurusan hukum. Seperti aku dan Kiki. Nicky juga yang paling antusias sama hubunganku dan Kiki. Katanya, 'aku salut sama hubungan kalian! Cepet merit, kek!' hihi. Sedangkan dia masih jomblo juga. Katanya, mau pacaran kalau udah jadi sarjana. Hebat!
"Meili, itu Kiki udah sampai!" aku menoleh pada Mama yang tengah berdiri diambang pintu kamarku dengan wajah yang sumringah.
Aku tersenyum lalu berlari kecil ke arah Mama. "Aku udah cantik belum, Mah?" tanyaku heboh sambil membenarkan rambut.
Mama tersenyum, matanya berkaca-kaca lalu Mama mengecup puncak kepalaku, "kamu selalu cantik, sayang. Kiki adalah pria yang baik dan setia. Mama percaya dia tidak akan seperti Papamu. Kiki orang yang bertanggung jawab. Semoga kalian bersama selamanya," ujar Mamaku, aku menghapus air mata yang keluar dari bola mata indahnya.
Ya, papaku meninggalkan kami saat aku lahir. Aku tidak pernah merasakan kasih sayang dari seorang papa. Papaku memang jahat, tapi aku tidak benci padanya. Mama bilang, aku tidak boleh membenci papa. Karena papalah yang menjadikan Mama punya anak seperti aku. Aku sangat senang punya Mama serperti Mamaku, hatinya sangat mulia. Bahkan sampai sekarang, Mama tidak menikah lagi. Mama menyibukkan diri dengan membangun Caffe Cappucino dan hasilnya laris manis, dari situlah Mama menafkahi kami berdua. Alhamdulillah.. Aku sangat bangga pada Mamaku.
Dan sekarang, aku akan menikah, meninggalkan Mama untuk tinggal di Rumah Kiki. Pasti hampa hariku tanpa Mama. Aku menangis dipelukan Mama. Mama mengelus rambutku lembut, "yuk? Kita temui Kiki?" ajak Mamaku. Aku mengangguk lalu mengusap bulir air mataku. Kami pun berjalan beriringan menuju ruang tamu. Tempat sakral dimana Kiki akan melamarku.

****

Aku duduk disamping Mama. Diseberang sofa, ada Nicky dan Mamanya. Sebenarnya, Mama Kiki adalah Mama tirinya. Papanya menikah dengan Mama Nicky saat Kiki berusia 3 tahun. Menurut cerita Kiki, Mama kandungnya sudah lama meninggal saat Kiki masih bayi. Satu hal yang membuat kami bisa saling melengkapi, aku bisa merasakan kasih sayang seorang Papa dari Kiki, dan Kiki bisa merasakan kasih sayang seorang Mama (kandung) dari aku. Kata Kiki, ia selalu canggung pada Mama Nicky. Walau beliau memberikan kasih sayang yang sama seperti pada Nicky, anak kandungnya.
"Wah, anak sama Mama sama-sama cantik!" komentar Nicky.
Aku dan Mama terkekeh, "bisa aja, Mama udah keriputan begini kok." Kata Mama, tapi serius, benar kata Nicky, Mamaku tetap cantik alami. Jika sudah tua nanti, aku ingin bisa awet muda seperti Mamaku ini, hehehee.
"Iya, Mama aja kalah ya, Nick." Kata Mama Nicky sembari melirik usil pada anaknya itu.
"Oohh, tetep cantik kok! Apalagi, kalau Mama kasih aku mobil." Nicky terkekeh sembari menggaruk tengkuknya.
Mamanya mencubit gemas Nicky sembari ber"huu" ria.
"Modus kamu, dek. Jadi sarjana dulu, baru minta mobil, iyakan, Ma?" godaku. Nicky manyun. Mamanya tertawa sambil mengiyakan dan mengelus puncak kepala Nicky.
Ya, Nicky memang sangat manja pada Mamanya. Mungkin itu alasan dia kenapa gak mau pacaran dulu. Hihii.
"Pagi semuanyaa," Kiki tiba-tiba masuk sembari menuntun Papanya yang mulai menua. Aku tersenyum lalu menunduk, malu. Oh yaampun. Mukaku terasa panas. Percis saat pertama kali Kiki menyatakan perasaannya padaku.
"Alwin?" gumam Mamaku.
Loh? Dari mana Mama tahu nama papa Kiki 'Alwin'? Ya, jujur dari dulu aku tidak pernah menyebutkan nama kedua orangtua Kiki. Begitu pun Kiki. Tapi sekarang? Kenapa Mama bisa tahu? Aku melirik Mama. Mama menitikan air mata? Lalu aku mendongkak menatap Kiki dan Papanya. Kiki menatapku penuh tanya. Aku menggeleng, kode tidak tahu apa yang membuat Mama dan Papa kita yang saling terbengong.
"Mela? Kamu, kamu," papa Kiki terbata. Mama menghampiri papa Alwin, "jadi, dia anakku, yang kamu bawa lari, hah? Tega kamu." Kata Mama, telunjuknya menunjuk Kiki.
Apa? Maksudnya? Aku dan Kiki saling pandang. Aku berdiri menghampiri Mama. Mama memegang kedua pundakku dari belakang, lalu menangis sesenggukan.
"Maaf, sayang. Mama tidak akan pernah merestui kalian, Mama tidak menyangka ini bisa terjadi." Kata Mama disela-sela tangisnya.
"Kalian saudara kembar." Kata Papa Kiki gusar. Hah? Aku dan Kiki saling pandang. Saudara kembar? Bagaimana bisa?

****

Aku dan Kiki tengah berada disisi puncak suatu gedung. Terik matahari siang yang menyengat sama sekali tidak kami perdulikan sedikit pun.
Kami terdiam. Mengingat moment yang seharusnya membahagiakan bagi kami, malah menjadi moment terburuk yang harus kami terima dengan lapang.
Mamaku dan Papa Kiki sudah menceritakan semuanya. Dulu, 23 tahun yang lalu. Tepat dimana kami lahir ke dunia ini. Mereka memutuskan untuk bercerai karena suatu hal yang mereka rahasiakan. Papa membawa Kiki. Mama membawaku. Mereka sepakat untuk tidak menceritakan pada kami bahwa kami punya kembaran. Dengan alasan, tidak ingin kelak kami saling mencari. Untuk menguatkan drama mereka, Papa bilang pada Kiki kalau Mama sudah meninggal. Dan Mama bilang padaku kalau Papa pergi tidak bertanggung jawab. Mereka pun resmi berpisah. Papa menikah lagi, dengan Mama Nicky. Tapi Mama memilih tetap sendiri. Pantas saja, dari dulu aku dan Kiki selalu gagal memertemukan mereka. Mungkin Tuhan telah berkehendak seperti ini.
Tapi kenapa? Kebenaran harus terungkap saat aku sudah benar-benar mencintai Kiki? Saat hati dan cintaku sudah menetap pada Kiki, saat aku memutuskan untuk tidak berpindah, saat aku terlanjur mencintai Kiki sebagai pendampingku kelak, 9 tahun, tidak akan mudah mengubah cinta ini menjadi sebatas adik-kakak. Kenapa ini harus terjadi padaku? Mencintai seseorang begitu dalam, yang tak lain adalah kakak kembarku sendiri.
"Kenapa harus sekarang, ya, Ki? Semuanya terungkap? Ini udah terlalu jauh." Kataku memecahkeheningan.
Pandanganku kosong menatap langit biru yang cerah. Rambutku mengayun oleh tiupan angin. Aku merasa Kiki menatapku gusar. Aku balik menatapnya. Kehengingan kembali merasuki. Tatapan Kiki sangat dalam padaku. Guratan wajahnya tampak kelu. Tak jauh denganku.
"Mungkin emang harus gini." Ujar Kiki akhirnya.
Aku memalingkan pandangan ke langit lepas, "katanya cinta itu anugerah. Dulu aku sangat percaya. Tapi sekarang, aku jadi ragu. Gak ada anugerah yang menyakitkan." Ucapku agak sinis.
Astaga. Bahkan aku sampai meragukan anugerah?
Kiki mengangkat daguku, mata kami saling bertemu. "Kita enggak pernah tahu kapan datangnya cinta, dan kepada siapa kita jatuh cinta. Kamu jangan pernah meragukan anugerah. Karena anugerah cinta kitalah yang memertemukan kita. Menurutku, ini adalah waktu yang tepat. Coba kalau kita tahu waktu jaman SMA dulu? Atau kita tahu waktu jaman kuliah? Konsentrasi kita akan sama-sama kacau. Anugerah cinta kita, sudah mengungkap semuanya dengan cara yang tepat dan indah. Walau emang sakit, tapi karena cinta kitalah kita bisa ketemu dengan Mama Papa kita, kita bisa seakrab ini, sedekat ini. Mungkin ini jawaban kenapa kita punya kontak ikatan batin yang kuat, kenapa kita begitu lengket, itu semua karena kita saudara kembar. Kiki, dan Meili. Adalah saudara kembar." Tutur Kiki penuh perasaan. Membuat aku tidak bisa membendung air mataku yang sedari tadi aku coba untuk menahannya mengalir.
"Trus, gimama dengan cinta kita? Dengan kita?" tanyaku lirih dan terbata karena tangis.
Kiki mengeluarkan kotak kecil berwarna ungu dari saku jeans hitamnya. Kiki membuka kotak itu. Aku semakin terisak melihat dua benda mungil itu, cincin emas putih bermatakan diamond yang mengkilat indah. Harusnya, kita saling memasangkan kedua cincin itu di jari manis kita masing-masing, Ki.
"Ini untuk kita. Karena telah memertemukan kedua orangtua kandung kita. Dan ini untuk pengikat kita. Bahwa kita adalah saudara kembar yang memunyai cinta dan ikatan batin yang sangat kuat, Meili." Ujar Kiki, perlahan memasangkan salah satu cincin pada jari manis di tangan kiriku.
Kiki menitikan air mata, tapi tetap tersenyum. Senyuman yang selama ini mampu menenangkanku. Lalu, aku mengambil satu cincin itu, sejenakku lihat ada tulisan kecil yang menjorok ke dalam dari balik cincin itu.
'Meili' Ya, namaku. Aku menatap Kiki lekat-lekat. Kiki mengangguk pelan. Lalu aku memasangkan cincin itu pada jari manis di tangan kirinya. Aku menatapnya lagi. Berkaca-kaca.
"I Love You, Kembaranku." Ujar Kiki dalam.
"I Love You Too, kakak, kembaranku." Balasku terbata.
Kiki langsung memelukku dalam. Sehingga aku dapat merasakan kehangatan. Aku menatap cincin pada jari manisku. Aku yakin, ada nama 'Kiki' didalamnya.
"Aku yakin, suatu saat, kita akan temukan pendamping yang sudah jadi takdir kita." Kata Kiki.
"Tapi, aku ingin, kita." Timpalku.
Kiki menggeleng, "aku juga ingin, kita. Tapi kita ini sedarah, haram kita bersatu, sampai pun kita juga gak akan pernah bisa direstuin orangtua kita. Kita, memang sudah ditakdirkan untuk menjadi saudara kembar, Meili, adikku sayang." Ujar Kiki.
Lalu kami berpelukan dengan tangisan. Mendadak, semua kenangan manis selama 9 tahun di masa lalu yang indah itu terputar kembali secara otomatis dan tidak bisa kami tepis bersama. Dari kepolosan, kedewasaan, keputusan, sampai mengetahui bahwa kenyataannya, cinta kami hanyalah sebatas..... saudara kembar.
- The End –

***

"Kita tidak tahu kapan datangnya cinta dan kepada siapa kita jatuh cinta. Karena anugerah cinta akan datang dengan cara jugawaktu yang indah." - @meilianahardini
Project #CerpenQuote :D
Cerpen Oleh: Admin Mila ;)
Makasyih yah yang udah sempetin baca, semoga sukaaa! \;D/

1 komentar:

  1. Play Online Slots in LA - MapyRO
    Best Real Money Slots Sites for 2021 — Our list of 안양 출장안마 the top real money slots sites 전라남도 출장샵 offers the highest RTP slots and the 서울특별 출장마사지 best bonuses for the 전라남도 출장샵 month. 제주도 출장안마

    BalasHapus