Kamis, 04 Juli 2013

Nicky's bio


this is XO-1 nicky riyant






foto polos nicky tanpa menatap kamera


ke-kece-an nicky dengan kacamata hitamnya


ini salah satu foto sebelum nicky bergabung dengan XO-IX


wallpaper ala nicky


ini pose-pose yang jarang ditampilkan seorang nicky riyant:p


ini nih nicky kalo lagi ngedance. energic. dan tetap cucook!


nah kalo yang ini pas nicky lagi nyanyi


ini nicky and the other. you know, nicky yang nomer 2 dari kiri. yang baju biru sebelahnya yang lagi nunjuk-nunjuk something

Rabu, 19 Juni 2013

Aku Juga Ingin Bahagia #CerpenQuote

Tittle: Aku Juga Ingin Bahagia
Length: One Shoot
Author: @XOwners_Quote



#CerpenQuote for @Ammy_Marina


♥ Aku juga ingin Bahagia♥
Banyak orang yang menilai aku sebagai perempuan yang sangat berangasan, bandel, liar, jutek, galak, cuek, egois dan semua yang buruk dilontarkan kepadaku.
Entah mengapa mereka menilaiku seperti itu, mungkin... karena keejadian waktu aku masih berumur 6 tahun, sekitar 15 tahun yang lalu. Kejadian 15 tahun yang lalu akan selamanya menjadi kenangan terpahit dalam hidup aku. Bagaimana tidak? Itu semua karena orang tua aku. Mereka cerai hingga akhirnya mereka pisah. Sebelum mereka bercerai, mereka selalu bertengkar. Aku sedih saat melihat mereka bertengkar. Saat mereka bertengkar, mereka selalu bilang kalau mendingan mereka gak nikah hingga akhirnya mempunyai anak seperti aku. Mendengar ucapan mereka seperti itu, aku yang masih kecil udah bisa mencerna apa yang mereka katakan. Sakit, sedih, benci, marah. Kenapa mereka harus mengatakan itu didepan aku? Hingga saat mereka pisah, mereka berebut ingin merawat aku. Namun aku menolak. Aku lebih baik tinggal sendiri dirumah itu dengan Bibi.
Broken Home, itu yang aku alamin waktu masih berumur 6 tahun. Tidak ada yang tau keadaan aku, sahabat pun mereka gak tau. Emmm, karena juga aku tidak punya sahabat, karena di kampus aku gak pernah yang namanya ber sosialisasi dengan yang lain.
Hingga Cinta. Aku juga gak pernah yang namanya ngerasain Cinta. Pengalaman kedua orang tua aku, menjadi pelajaran terbesar bagiku untuk menilai yang namanya Cinta. Selain karena lelaki gak ada yang mau mendekatiku, yaaaa... gitu deh. Tapi... hati kecilku berkata, aku juga mau ngerasain itu semua. Kasih sayang orang tua, punya sahabat, dan Cinta. Aku Juga ingin Bahagia.

*****

Seperti biasa, malam itu hanya sebatas pemandangan langit malam yang sangat sederhana. Tidak ada bintang, dan tidak ada bulan. Aku jarang melihat kedua sejoli itu. Walau kadang aku hanya melihat bulan saja, atau aku hanya melihat bintang saja. Aku ingin melihat bulan dan bintang berdua dilangit. Melihat aku yang berada dibawah sini. Sama, seperti kedua orang tuaku.
Aku jarang melihat mereka berdua. Bahkan hampir tidak pernah. Sekalinya aku melihat mereka, aku hanya melihat papa atau mama. Aku merindukan mereka berdua, mengawasiku yang sedang tumbuh menjadi gadis yang seperti lainnya.

"Non, makan malem non. Bibi udah siapin nasi goreng. Masih anget loh non." Kata Bi Inah sambil menghampiriku yang saat itu aku sedang berada diatas balkon rumahku.
"Iya bi." Jawabku singkat yang kemudian turun kebawah untuk makan diruang makan.
Selama papa dan mama pisah, aku hanya ditemani oleh bibi seorang. Bibi seorang janda tua. Dia janda karena dia sudah ditinggal suaminya karena meninggal. Bibi juga tidak punya satupun orang anak. Maka dari itu, bibi sudah menganggapku sebagai anaknya sendiri. Begitu pun denganku, aku menganggap bibi sebagai ibu kedua bagiku.
"Non, tadi siang Bibi dapet telefon dari kampus eNon. Katanya eNon buat ulah lagi ya?" Tegur Bibi saat sedang makan.
"Bi, maaf bi. Aku lagi gak mau bahas itu dulu." Jawabku bete. "Selalu itu yang eNon bilang. Enon gak mau bahas itu terus. Non, sadar gak non, kalau eNon tuh udah sering buat kesalan terus. Dari SD, SMP, SMA, kapan enon berubah?" Tanya bibi yang sepertinya sedikit emosi, namun ditahan.
"Sampai aku bisa ngerasain bahagia Bi." Jawabku sambil menahan sakit dikerongkonganku. Bahkan ingin bicara aku aku ngerasa sesak. Sakit. Hatiku pun juga seperti itu. Aku berdiri dari meja makan dan langsung pergi kekamar atas.
"Non, bibi bukan orang tua enon yang sampai kapan pun gak bisa menggantikan mereka." Gumam bibi sambil melihatku dengan tatapan iba.

****

Pagi datang dengan cepat. Seperti biasa, aku harus bersiap-siap untuk kembali berangkat ke kampus.
Aku turun dari tangga dengan langkah yang sangat santai. Dengan pakaian kaos biasa yang didouble dengan jaket levis berwarna biru, juga celana levis hitam dan tas yang setia aku gemblok dibelakang, dengan tataan rambut yang selalu dikuncir kuda dan dihiasi oleh topi biasa.
"Bi, aku langsung berangkat yah. Aku telat kayaknya." Kataku santai sambil meminum segelas susu.
"Non kalau terlambat buruan dong jangan nyantai gitu." Tegur bibi.
"Biarin. Dadah bi..." Pamit ku sambil mencium kedua pipi bibi.

****

"Kamu terlambat lagi Ammy?" Tegur dosen yang saat itu sedang menghantui ruang kelasku. Bagaimana tidak, dia adalah dosen tergalak dikampus. Aku lihat wajah anak-anak dikelasku, nampak sangat bete dengan dosen satu ini.
"Iya bu." Jawabku singkat tanpa merasa bersalah sedikit pun. "Terus, kamu ngapain masih ada disini?" Tanya dosen itu dengan ketus.
"Yaaa, mau kuliah dong bu. Tapi, kalau gak diizini, dan disuruh keluar, gak apa-apa sih. Jadi, ibu milih apa?" Tanyaku dengan santai.
Anak-anak dikelasku hanya tertawa melihat aku bertanya dengan dosen.
"KELUAR KAMU!!!" Bentak dosen itu sambil marah. Aku hanya mengkat kedua bahu dan kemudian pergi.


Habis diusir dari dosen, aku memutuskan berlibur dikantin. Lumayan, memang karena aku udah gak niat banget buat kuliah. Hmmm...
"Hey Ammy." Sapa seorang perempuan sambil meneprok bahuku dan kemudian duduk disampingku. Dia adalaaaah, Manda.
"Hmm"
"Mau temenin aku ke toko buku gak?" Tanya manda dengan santai dan sok akrab. Hahhhhh!? Toko buku? Kenapa dia ngajak gue? Gue sama dia gak pernah yang namanya kenal deket. Dia aja mahasiswi baru kok diruangn gue. Oiya, by the way.... gimana dia bisa keluar dari ruangan selama masih dihantui oleh dosen galak?
"Kenapa lo ngajak gue. Emang gue siapa lo... gue aja gak pernah kenal deket sama lo kok." Jawab aku ketus sambil meminum es jeruk yang ada dihadapanku.
"Karena itu, aku mau deket sama kamu." Jawab Manda tersenyum manis.
"Hahhhh?!"
"Eemmm, maksudnya deket sebagai teman. Atau, sahabat." Ucap Manda sambil tersenyum penuh makna.
Entah apa yang ada difikiran Manda, hanya dia serorang yang bilang seperti itu sama aku. Dulu, pernah aku mau ngajak temen besahabat. Tapi, dia malah nangis. Aku sih cuma bilang sama temen aku dulu
"Mau gak sahabatan sama aku? Mau yaahhh.. mau, kalau enggak nanti gue bunuh looo! HARUS MAU!!! ATAU ENGGAK! AKU SELALU JAILIN KAMUUU!" Itu yang aku bilang. Kenapa? Emang salah? Yaaahh, namanya juga jaman SD.
"Gue bingung sama lo. Semua orang berusaha untuk ngejauhin gue. Sedangkan elo, pertama masuk kekampus ini, lo tuh selalu deketin gue. Kenapa sih? Lo gak suka kan sama gue?" Tanyaku dengan sedikit berbisik dan takut. Yaaa, takut aja gitu kalau Manda suka sama gue gimana? Enggaaaaakkkkkkk!
"Hahahaha enggak lah." Manda tertawa kencang. Buset... cewek cantik kalau ketawa gede banget ya? Seisi kantin sampe ngeliatin gue sama Manda seorang. "Seirus, aku mau berteman sama kamu. Kalau dibolehin banget, kita jadi sahabat." Lanjut Manda sambil bicara serius.
"Untuk jadi sahabat enggak dulu ya. Kita temen biasa aja. Yaudah, mau kapan kita ke toko buku?" Tanya aku yang udah bisa menerima Manda sebagai temen. Yyeeeeee...
"Sekarang aja... mau gak?" Ajak Manda.
"Serius sekarang? Mau cabut dong kita? Enggak ah. Gak berani. Semales-malesnya gue buat ngampus, kalau udah sampai disini gak mau cabut. Gue juga mau jadi sarjanah loohhh..." Ujarku panjang lebar dengan ketakutan, yaa entah apa yang membuat aku takut sama yang namanya cabut. Sebandel-bandelnya gue, gue gak mau yang namanya Cabut!
"Hahahaha... biasa aja doong, liat deh kamu ngomong kayak gitu lalet pada berbondong-bondong mau masuk kemulut kamu. Hahahaha" Ledek Manda.
Aku pun menutup mulut. "Enggak ah." Jawabku polos. Sekali lagi, atau lebih si Manda tertawa karena aku. Hmmm, seru juga yah kalau berteman. Atau, mungkin lebih seru bersahabat. Hanya, yang bilang, sahabat itu dapat menerima kekurangan dan kelebihan dari masing-masing sahabat. Sahabat gak pernah malu karena kekurangan sahabatnya. Sahabat itu saling melengkapi. Kemudian, aku berfikir ke aku dan Manda. Manda tau kekurangan aku, tapi dia gak pernah malu. Aku sama Manda itu bagaikan langit dan Bumi. Manda orangnya feminim, sedangkan aku tomboy. Kalau kata Manda, kita itu saling melengkapi. Seperti kekurangan Manda lainnya, yaitu telmi, tapi... aku biasa aja kok. Gak pernah ngeluh. Dan kalau Manda ketawa, gede banget. Yaaa.. aku juga biasa aja. Apa mungkin aku sama Manda itu jodoh? Emmm, jodoh untuk jadi sahabat maksudnya.



Udah 3 bulan lebih aku sama Manda selalu main bareng. Dari Manda main kerumah aku, aku main kerumah dia. Kita saling curhat. Tapi... yang selalu curhat selalu Manda. Curhat tentang cowok. Hahahaha
Dikamar Manda itu... dekorasinya sangaaaat feminim. Dengan walpeper kamarnya yang berwarna pink, yaaa pasti, perempuan feminim itu gak jauh dari warnah pink, atau enggak ungu.
"Satu pertanyaan saat kita selalu bareng, kamu gak malu jalan sama aku Man? Gak malu berteman sama aku Man?" Tanyaku dengan posisi yang sedang diatas ranjang Manda sambil tiduran.
Manda menoleh kearah aku sebentar, kemudian dia tersenyum. "Kenapa harus malu? Karna kamu gitu? Ammy, aku udah bilang berkali-kali sama kamu, kenapa aku harus malu dengan kekurangan kamu? Aku melihat kau dari kelebihan kamu kok, dan menutupi semua kekurangan kamu dengan kelebihan aku. Begitupun dengan kamu My." Jawab Manda panjang lebar. Takjub denger jawaban dari Manda, dia gak pernah yang namanya nunjukin rasa malu, kesal, benci atau segala macam saat dia jalan sama aku. Malah bahkan happy. Sama kayak aku, seenggaknya aku bisa ngerasaain itu semua walau tanpa punya kasih sayang dari orang tua.
"By the way... kamu gak pernah ceritain orang tua kamu My, kemana dia? Setiap aku main kerumah kamu, kamu bilang mereka sibuk. Cerita dong tentang mereka." Ujar Manda polos.
Duuuhhh... Manda tau aja sih yang ada difikiran aku. Orang tua. Hahaha... sehati pisan euy.
Aku diam, ingin rasanya aku menangis sekencang-kencangnya. Mengetahui aku diam beribu bahasa, Manda dateng menghampiriku.
"Mereka itu, sempurna. Tapi sayangnya... mereka udah gak ada." Jawabku dengan nada bergetar.
"Duuuh, maaf My. Aku gak maksud..." Ujar Manda menggantung perkataanya dengan rasa yang bersalah.
"Aku pulang dulu yah.... besok kita ketemu dikampus." Ujarku sambil bangun dari ranjangnya Manda dan kemudian pergi.
"Ammy..." Panggil Manda saat aku masih didepan pintu kamar Manda.
"Kapan-kapan harus cerita."
Aku tertegun. Aku cuma menoleh kearah Manda dan menganggukkan kepala.
"Memang, suatu saat aku harus cerita."

****

Hari esok pun datang.
Seperti biasa, Manda selalu nyamper kerumah aku. Dan selalu, saat itu aku baru mandi. Yaaaa, begitulah. Tapi, Manda selalu sabar.
Manda saat itu cuma keliling ruang keluarga sambil melihat foto-foto yang ada disana. Hanya ada foto aku selama aku dewasa. Bertujuan biar aku bisa mengenang, aku juga bisa besar tanpa kasih sayang orang tua kok.

Namuuunn, seketika Manda melihat sebuah bingkai besar yang masih terpajang disana. Sebuah bingkai foto keluarga Ammy. Saat itu, aku masih kecil. Masih berumur 3 tahun. Muka Ammy polos. Ammy juga pakai baju rok. Fikir Manda.
"Non Manda, ngapain?" Tegur Bibi mengagetkan Manda.
"Ehh, bibi ngagetin aja sih. Orang tua Ammy udah gak ada sejak kapan bi?" Tanya Manda.
Bibi sedikit kaget dengar perkataan Manda. "Looh, orang tuanya Non Ammy masih ada kok. Cuma, non Ammy udah pisah dari orang tuanya sejak Ammy umur 6 tahun non. Sedih deh liat perkembangan non Ammy dari masa ke masa. Non Manda ini, temen pertamanya Non Ammy loh." Jelas bibi dengan panjang lebar.
"Mandaaaaa.... aku udah siap. Aku bawa roti. Kita makan dikantin aja yukk..." Teriak Ammy dari ruang makan.
"Iyaaa sebentaarrrr..." Balas Manda sambil berteriak. "Makasih bi. Kalau gitu, aku pergi dulu ya." Pamit Manda sambil salim kepada bibi.

****

Dikampus, Manda cuma diam. Entah mengapa. Aku juga ikut diam dengan perubahan sikap Manda yang membingungkan.
"Man, inget cowok yang namanya Nicky gak?" Tanya Ammy membuka pembicaraan.
"Inget. Emangnya kenapa?"
"Aku kemarin ketemu sama dia. Dia aneh banget sumpeh. Itu cowok, satu-satunya cowok yang deketin akuuu...iyeeuuhhh, jijikkkk..."


2 minggu yang lalu, ada mahasiswa baru namanya Nicky. Nama panjangnya Antonius Nicky Riyant. Dari pertama ketemu, dia emang aneh. Emang sih dia cakep, ganteng cool... cewek-cewek dikampus aja pada naksir sama Nicky. Kecuali aku sih.
"Hahaha aneh kenapa?" Tanya Manda.
"Dia bilang, mau ngajakin aku ngedate malam minggu, sambil satnite. Maksud ngedate apa sih? Satnite juga apa?" Tanya Ammy polos.
"Hahahaha itu, artinya Nicky mau kencan sama kamu. Udaaahhh, mau ajaa... emmm,Nicky!" Teriak Manda sambil memanggil Nicky yang sedang jalan sendiri. Dengan sigap, Nicky langsung menghampiri Manda dan Ammy.
"Hey Man. Oh hay Ammyy..." Sapa Nicky sok kenal.
"Oh hay..." Jawab Ammy singkat.
"Nick, bener kamu ngajakin ngedate si Ammy?" Tanya Manda to the point.
"Manda.." Ammy yang merasa namanya disebut itu, dengan refleks menginjak kaki Manda karena gugup. Nicky yang mengetahui Ammy menjadi gugup hanya tersenyum geli melihat tingkah Ammy.
"Iya hehehe... My, pokoknya kamu aku jemput jam 7 malem, okey." Jawab Nicky sambil mencolek dagu Ammy iseng. Seketika, pipi Ammy pun merah padam. Baru kali ini aku dicolek oleh seorang lelaki, yaitu Nicky. Entah mengapa saat Nicky mencolek daguku, aku hanya salah tinngkah.
"Cieeee... hahaha oiya My aku mau bilang. Kadang hidup ini penuh dengan kerikil tajam, yang membuat kita harus jalan berjinjit." Kata Manda yang seketika menjadi serius. "Lo kenapa Man? Gak sakit kan?" Tanyaku memegang kening Manda.
Manda menggeleng sambil tersenyum. "Renungin perkataan itu My. Kerumahku yukk... nanti malem kan satnite loh. Aku mau dandanin kamu seeeecantik mungkin. Okeee"

*****

Sekitar pukul 5 sore, Manda dan Ammy kini berada dikamar Manda untuk mendadani Ammy saat ngedate dengan Nicky.
"Pilih bajuku sesuka hati kamu. Ini nihhh... bagus kan?" Tanya Manda sambil menempelkan bajunya kebadan Ammy.
"Gak ada celana jeans sama baju biasa gitu?" Tanya Ammy polos.
"Ammmyyyyy.. kamu tuh mau jalan sama seorang cowok yang populer dikampus. Yaaa, walaupun anak baru. Ayooolaah, coba tampil beda gitu." Bujuk Manda. Dengan pasrah, aku hanya mengikuti perintah Manda.
Dari aku dipilih baju, dipakein make up, rambutnya didandanin segaaala macam.
Hampir sekita 3 jam kurang aku didandanin sama Manda. Entah apa yang telah terjadi. Tapi... kini aku menampakan diri didepan cermin, dan benar kata Manda. Aku cantik.
Dengan drees berwarna merah muda dan rambutku yang kini diurai bebas dan dihiasi oleh pita.
"Ammmyyyy...lo cantik banget. Ayooo turun. Pangeran kamu udah nunggu dibawah." Ajak Manda menarik tangan Ammy.
Ammy perlahan turun dari tangga, dilihatnya Nicky yang sudah memakai baju yang sangat bagus. Tampan. Gumamku dalam hati. Terlihat juga Nicky yang takjub melihat perbedaan yang ada didiruku ini.
"Gimana Nick?" Tanya Manda tersenyum jail sambil melirik kearahku.
"Prefect... yuk Princess ku." Ujar Nicky romantis sambil mengulurkan tangannya kepada Ammy.


Nicky dan Ammy pun kini berada disatu mobil. Hening. Mereka sama-sama diam. Entah apa yang membuat aku diam beribu bahasa, namun... kali ini ku bener-bener merasakan detakan jantung yang sangt dahsyat yang baru kali iniaku rasain dalam hidup aku.
"Nick, kalau kita ketemu sama lawan jenis kita dan kitanya degdegan artinya apaan sih?" Tanya Ammy polos. Nicky yang mendengar perkataan itu dilontarkan dari Ammy hanya tertawa.
"Hahaha kamu ngerasain itu? Pas deket sama siapa?" Tanya Nicky iseng.
"Iya... deket kamu, aku degdegan banget. degdegan banget. Bahkan tangan aku dinngin." Jawabku yang sebenarnya aku tak tau dari itu semua.
"Bentar lagi kita sampai ditempat yang spesial. Okey." Jawab Nicky iseng dengan mengabaikan pertanyaanku.

****

"Ini indah..." Gumamku takjub melihat semua ini.
Taman yang indah. Yang malam itu, penuh dengan bulan dan bintang. Disana terdapat sebuah kursi dan meja yang sudah tersedia berberapa makanan, dengan perpaduan dekorasi taman yang sangat romantis. Disebuah pohon, terdapat lampion yang bersusun rapih dan berbentuk hati.
"Silahkan duduk Princess." Ujar Nicky memperilahkanku duduk. Setelahku duduk,Nicky kini duduk dihadapanku sambil tersenyum. "Suka gak?" Tanya Nicky.
Aku mengangguk. Entaah kenapa aku hanya bisa mengangguk. Mungkin, apa karena aku gugup. Aku masih gak bisa mengartikan arti yang ada pada dalam jantungku ini. Kenapa jantungku semakin lama semakin berpacu dengan cepat?
"Tentang kalau kita bertemu dengan lawan jenis kita dan kita dedegan dengan lawan jenis kita... Kamu gatau artinya?" Tanya Nicky lagi.
"Enggak Nicky. Kalau aku tau. Aku gak akan nanya."
"Kamu tau gak? Kita punya perasaan yang sama. Kamu degdegan saat dekat aku. Dan aku juga dedegan saat dekat kamu." Ujar Nicky yang membuat aku semakin bingung. Aku hanya mengeritkan dahiku arti tidak tahu.
"Itu Cinta." Jawab Nicky sambil menatap mataaku dalam. Seketika Nicky meraih tanganku. Dia menatap kedua bola mataku dengan tatapan yang tulus. Dan saat itu pula, rasanya jantung ini ingin loncat dari tempatnya.
"Kita sama-sama punya rasa Cinta My. Tunggu apa lagi? Tinggal aku yang memulai. Kamu mau, jadi pacar aku? Sekarang, esok, dan selamanya?" Tanya Nicky serius.
Entah apa yang Nicky katakan saat itu, serasa aku mimpi. Ingin rasanya aku menganggukan kepala dan berkata iya. Namunnn... aku mengingat kejadian pahit saat lalu. Kejadian yang membuat pelajaran terbesarku hingga aku tidak mau yang namanya merasakan Cinta. Dan saat itu juga akuuuuuu...
"Ammyyyyyyyy..." Teriak Nicky panik menghampiri aku yang sudah terjatuh ditanah karena pingsan.

******

"Okey Nick, makasih ya udah bawa Ammy. Nanti aku kabarin kamu kok kalau Ammy udah sadar." Samar-samar aku mendengar percakapan antara Nicky dan Manda. Saat itu, aku dibawa oleh Nicky kerumah Manda. Dan saat itu pula aku digeletakan dikamar Manda.
"Duuuh, Ammy kok bisa pingsan sih." Gumam Manda sambil mendekati tubuhku yang masih tidak sadarkan diri. Tepatnya hanya pura-pura.
"Jangan panik Man, aku gak apa-apa."
"Ammmyyyyy... jadi lo pura-pura pingsan? Astagaaaa... kenapa lo lakuin ini sih?" Tanya Manda geregetan.
"Maaf Man, aku gugup banget pas Nicky bilang cinta sama aku. Aku bingung mau jawab apa, yaudah deh aku pura-pura pingsan aja." Jawabku polos.
"Ammmyyy, Nicky tuh tadi panik banget tauuu... gimanasih? Aku juga panik. Aku kira kamu sakit. Intinya kamu cerita sama aku." Paksa Manda.
Mau gak mau, aku harus menceritakan semua tentang masa laluku.

Aku menangis, aku menangis saat menceritakan itu semua kepada Manda.
"Inget kataku tadi yang dikantin. Itu My maksud aku. Hidup ini memang keras. Dan kamu harus tetap jalanin itu semua. Jangan pernah kamu membenci yang namanya cinta karena kenangan msalalu kamu." Ujar panjang lebar Manda.
"My, kamu harus tau... karena sahabat hidup kita senang, karena cinta hidup kita bahagia."
Lagi, dan lagi Manda menjadi puitis. Dan kini aku tau dari arti yang Manda ucapkan tadi. Aku gak boleh munafik sama perasaan aku sendiri. Aku cinta sama Nicky. Yaa, aku cinta sama dia.

****

2 tahun berjalan dengan cepat. Kejadian malam itu membuat aku sadar akan segalanya kenangan dimasalalu aku. Mungkin aku tidak bisa melihat bulan dan bintang lagi, tapi sekarang aku udah bisa melihat kedua orang tuaku lagi. Walau tak bersama seperti dulu.
Kini aku juga berpacaran dengan Nicky. Keputusan hati, yang gak bisa diubah. Dan kini, aku dan Manda bukan hanya teman lagi. Tapi sahabat.
Wisuda kali ini, sangat berwarna. Aku bahagiaaaaaaa sekali, wisuda kali ini aku ditemani oleh orang-orang yang aku sayangin. Mama, Papa, Bibi, Manda dan jugaaaaa... Nicky.
"Cheaaaasssssss..." Teriak kita saat didepan kamera sambil berpose.
"Terimakasih tuhan, yang masih mengizinkan aku untuk bahagia dengan orang y7ang kusayang." Gumamku sambil menatap mereka semua. Orang yang kusayang.

TAMAT


Maaf ya, kalau ceritanya kurang nyambung. :))
Kenangan masalalu yang menyakitkan kadang membuat benteng yang besar buat kita untuk maju dimasa depan. Seharusnya kenangan masalalu hanya untuk jadi sepion untuk kita, agar kita bisa berhati-hati dari masalalu kita. Ingat.... "Kadang hidup penuh dengan kerikil tajam yang membuat kita jalan berjinjit"
Dan jangan karena kenangan dimasa lalu, membuat kamu jadi tidak ingin bersahabat dan juga tidak ingin merasakan Cinta. "Karena sahabat, hidup kita senang. Karena cinta hidup kita bahagia." ♥

Quote dari @Ammy_marina
By admin Malla
Thanks for reading.

Artis Juga Manusia #CerpenQuote

Tittle: Artis Juga Manusia
Length: One Shoot
Author: @XOwners_Quote



#CerpenQuote For @rizkaayudc

 Artis juga Manusia 
“It’s you. When all my dreams come true, the one I want next to me is you.”


"Mas Kiki, berapa lama Mas liburan di Kota kelahiran Mas di Sumatera Barat?"
"Emh... Mungkin maksimal satu minggu atau minimal 5 hari. Soalnya dari pihak Management sendiri batesinnya cuma segitu, hehehee,"
"Di Kota mana Mas liburannya? Mengapa?"
"Padang, kampung halaman saya, mbak."
"Bagaimana rutinitas menyanyi Mas yang teseling oleh liburan?"
"Yaa, gak terganggu, kok."
"Mas Kiki, kenapa gak liburan sama pacar?"
"Euuh, hehehee, saya masih single, mbak. Mau daftar? Hahaa,"
"Boleh. Hahahaa Mas kan ganteng,"
"Amin, bisa aja, mbak.. Hahaa,"
"Mas Kiki, apa yang Mas bawa dan persiapkan untuk liburan di sana?"
"Banyak, perlengkapan sehari-hari, dan bawa badan pastinya, hehee,"
"Apa yang paling Mas rindukan di sana?"
"Yang pastinya kedua orangtua, keluarga besar, dan..... seseorang pastinya. Hehehee,"
"Cieee,"
"Sudah yah, Mbak, Mas, saya pamit mohon do'anya yaaa, nanti tunggu kedatangan saya disini lagi plus kabar terbaru dari saya, terimakasih...,"
"Tunggu, Mas Kiki! Siapa seseorang itu?!"
"Hati-hati Mas Kiki~Semoga selamat sampe tujuaaan,"
"Kami tunggu kabar terbarunya, Maaas,"
Pria itu pun langsung memasuki pintu Bandara Soekarno Hatta sembari menebar senyum behelnya dan melambaikan tangan kepada kerumunan para wartawan itu. Tangan sebelahnya lagi menggeret koper dan membenarkan tas gembol yang tersampir dipundaknya.

****

Yeaaaah! Pulang Kampung disela-sela pekerjaan gue. Hhh, gue lega udah sampe di sini. Rumah gue. Dari 2 tahun yang lalu, rumah ini tetap sama. Penuh kehangatan.
"Assalamualaikum," salam gue sambil ketuk-ketuk pintu. Samar-samar gue langsung denger keributan didalam sana. Beberapa detik kemudian, pintu terbuka. Mama gue, ah gue kangen banget. Gue langsung peluk Mama gue yang nganga begitu liat gue.
"Waalaikumsalam, sayang," jawab Mama gue, rambut gue beliau elus dan peluk gue hangat dan erat. Membalas kerinduan extra karena udah 2 tahun lebih gak ketemu.
"Rizky kangen banget, Ma." Kata gue lirih. Mama terisak, lalu kami pun saling melepas pelukan.
"Mama juga, Rizky. Mama pun banggapunya anak seperti kamu." Kata Mama. Segelintir air netes dari mata gue. Gue tersenyum lalu hapus air mata Mama, "makasih udah lahirin Rizky, ya, Ma. Rizky lebih bangga punya Mama." Kata gue, tulus.
Mama gue mengangguk pasti, "ya, ya, sayang," desahnya diikuti tangis.
Sejurus kemudian keramaian itu terjadi. Semua keluarga besar gue menyambut gue dengan riuh. Mereka heboh minta foto sama gue. Untung Mama cepet tarik gue ke meja makan. Gila! Makanan favorite gue semua tersedia di atas meja makan. Gue langsungnyerbu ngambil piring dan nasi, dan Papa gue dengan bangganya hidangin 'temen nasi' di piring gue. Hahaaaa tengkiuh, Pa! Gue pun dengan lahap menyantap Rendang Balado duluan. Gue makan bareng bersama sanak saudara gue. Biasanya rame kayak gini utamanya pas lebaran, tapi karena gue udah nyandang artis, jadi pada rame nih nyambut gue, seneng banget gilak! Berasa Wali Kota!
Seusai makan, kita semua ngobrol sampe larut. Capek tapi seru. Dan sekarang gue ngantuk. Udah malem juga. Gue jadi gak sabar nunggu besok.
Gue kepengen ketemu seseorang. Seseorang yang udah gue cinta banget dari semasa kita SMA, waktu gue belom jadi 'orang' kayak sekarang. Gimana yah reaksi dia kalau ketemu gue ntar? Ah, mending gue tidur dulu dah. Biar cepet besok! Hahaa!
*****
Loh? Kok rumah ini kosong, ya? Padahal gue udah ngebet pengen ketemu tu cewek setelah berhasil kabur dari warga tadi. Untung jalanan disekitar sini sepi, tapi jadi gak untung karena rumah ini sepi! Haduh, ni pager tinggi banget lagi. Gue kan pengen mastiin ke dalem.Digembok lagi ni pager besi karatan. Gue panjat ajadah biarin. Kalau jatoh paling patah kaki gue. Laaah.
"Hey! Kok panjat-panjat, sih?! Rumah itu kosong! Jangan berlagak sok Kuncen Rumah Kosong, deh! Turun!" teriak suara cempreng yang pastinya itu cewek. Gue yang -untungnya- baru naik satu level pun turun, begitu gue berbalik.....
"Kamu.....," dia! Gilak makin cantik! Rok panjang, T-Shirt putih polos, rambut panjang... Gilak, cantik banget sumpah deh.
"Ih? Kamu ngapain melotot gitu? Kesurupan, ya? Hiii...,"
Kok dia malah aneh liat gue? Kok malah ketakutan? Kok malah melengos? Apa dia lupa sama muka gue? Tapi suer gue gak operasi plastik!
"Eh, tunggu! Gue cari Rizka, kamu Rizka, kan? Gue gak mungkin salah!" teriak gue untuk meyakinkan. Langkah dia terhenti. Nah, lampu hijau nih. Mungkin tadi dia lupa.
"Eh eh eh! Tunggu! Jangan lari!" gue pun ikut lari nyusulin dia. Apa mungkin dia amnesia? Seamnesia-amnesianya dia, masa iya sampe gak tahu gue? Gak punya TV apa yak?
"Tunggu!" teriak gue pantang menyerah.
Kita masih kejar-kejaran. Biasanya gue yang dikejar-kejar fans, sekarang gue yang ngejar-ngejar dia. Artis Juga Manusia, yah.
"I miss you!" teriak gue. Dia berhenti. Gue ikut berhenti, ngosngosan. Hah, capek gila.
"Aku bukan Rizka! Kalau kamu ikutin aku, aku gak segan-segan bunuh kamu!" teriak dia, dari muka cantiknya yang ketakutan, dia kayak nyimpen trauma. Gue nyerah, biarin dia pergi. Jangan-jangan beneran amnesia, ya?

***

"Cintakan membawamu... Kembali disini, menuai rindu. Membasuh perih, bawa serta dirimu... Dirimu yang dulu, mencintaiku, apa adanya... Cintakan Membawamu..." jreng.
Sepetik lagu yang lagi 'gue banget' selesai gue nyanyiin di atas kursi teras depan rumah, dengan petikan gitar dan secangkir teh hangat. Hasyek. Biasanya malem-malem gini gue lagi manggung off air. Sekarang? Terbengong-bengong mikirin cewek tadi pagi. Gue yakin banget dia Rizka, mirip banget dari ujung rambut sampe ujung kaki. Sama percis walau udah 2 tahun gak ketemu.Tapi gue masih ingat dengan jelas,secuil pun.Bahkan Rizka yang masih tesimpan rapi dihati gue. Bahkan Rizka yang tiap malem gue inget, gue kangenin. Gue juga selalu inget percakapan sebelum gue ke Jakarta buat kejar mimpi gue jadi penyanyi solo yang handal. Dan waktu itu kita udah lulus SMA, mati-matian gue PDKTan selama 3 tahun SMA akhirnya berbuah hasil dan 2 udah tahun pacaran. Total waktu itu umur kita pas 20 tahun.
"Rizka, Rizky mau mengejar mimpi jadi penyanyi di Jakarta. Do'ain, yah. Semoga 2 tahun lagi, Kiki bisa lamar Rizka jadi istri. Ya?""Emh, iya, Rizky. Rizka pasti do'ain, pasti Kiki bakal jadi penyanyi yang berkualitas, terkenal dan handal. Rizka percaya itu. Emh, iya, Ki. Rizka tunggu lamarannya."
"Amin, makasih, ya, Rizka. I Love You."
"Iya, Rizky. I Love You Too."
Masih jelas terdengar suara unyu dia. Masih terasa hangat pelukan dia. Masih terbayang muda dia merah dan malu tersipu. Dan sekarang setelah gue raih semua mimpi gue,gue malah mendapati dia ngancem bakal bunuh gue kalau gue deketin dia.Hhh,rasanya mimpi gue jadi sia-sia aja.
Dan skenario itu terjadi waktu di Bandara. Jangan-jangan waktu dia balik, terus kecelakaan dan jadi amnesia?! Bisa jadi! Karena abis nyampe di Jakarta gue gak bisa hubungin dia lagi sampe sekarang, eh emang dia gak punya hape ding. Hadoh gue jadi bingung, gue harus selidikin cewek tadi nih. Patut dicurigai Rizka atau Rizka palsu.
"Bang Kiki!" euh? Kaget gue. Cahya, adik gue.
"Hay, belom tidur?" tanya gue sambil nyengir.
"Belomlah! Nyanyi dong buat aku," rengeknya lalu duduk di kursi sebelah kursi gue yangditengahi meja kayu kecil. Tunggu? Sejak kapan ada 2 gelas cangkir di meja ini? Jadi tadi adik gue udah gentayangan lewat didepan gue? Parah, gue pelamun akut.
"Bang! Malah ngelamuuun," rengeknya. Tuh, kan? Ngelamun lagi gue. Tunggu, gue ada ide cemerlang nih.
"Abang bakal nyanyi asal kamu ceritain sesuatu," kata gue. Cahya bengong, minta dicubit. Gilak lucu banget! Kayak Himawari adiknya Shinchan!
"Apa?" tanyanya.
"Tahu Rizka, kan? Pacar abang ituloh.." Cahya ngangguk-ngangguk. Bagus.
"Nah, jadi tadi pagi abang pergi ke rumahnya, tapi rumahnya sepi, kamu tahu gak dia kemana? Atau pindah ke mana, gitu?" tanya gue.
"Tahu." Gue langsung semangat!
"Ke, kemana?"
"Cahyaaaaa! Bantu Mama, sayaaang.."
Oh tidak. Jangan, Cahya.
"Bentar, Maaa!" Cahya langsung lari ngibrit ke dalem rumah. Satu, gue bangga Cahya masih SMP udah penurut. Dua, kenapa harus sekarang?! Aaahhh, gue juga yang harus usaha cari tahu tempe sendiri. Artis Juga Manusia, harus usaha!
Jreng jreng jreng! Mari kita molor sajalah!

*****
Payah. Udah dari pagi keliling kampung udah kayak orang gila gini sampai siang bolong gini pun gue belom berhasil ketemu sama cewek yang kemaren. Mau nanya, hati gue seakan nolak. Mau tak maulah gue cari sendiri gini. Haaah. Ada kios pinggir jalan tuh, beli minum ah. Haus.
"Maaf, beli..... Kamu?!" dia! Cewek kemaren yang jaga kios ini! Mendadak muka dia jadi pucat pasi liat gue kayak liat hantu ganteng berpostur buta ijo.
"Kamu siapa sih?! Pergi!" teriak dia sambil keluar dari kios itu, refleks gue langsungtahan cewek itu...
"tunggu, tunggu, please, kamu Rizka, kan?! Kamu lupa ya sama aku? Aku Rizky, pacar kamu." Kata gue sungguh-sungguh.
Tapi dia malah tutup kuping dan geleng-geleng kepala, "jangan sebut Rizka! Aku bukan Rizka," lirihnya sambil nangis. Ada apa ini? Kenapa dia?
"Ayu! Kamu kenapa?!" panik seorang ibu-ibu berdaster batik yang baru aja ke luar dari rumah depan kios ini. Tunggu, beliau kan Ibunya Rizka?! Terus siapa tadi nama cewek ini? Ayu? Argh. Gue gak paham!
"Ayu, udah, Ayu, sadar.."lirih ibu itu sambil peluk Ayu. Gue cengo ditempat. Belom paham. Ayu mencak-mencak di tanah, "bukan salah akuuu, bukan, huhuhuu," isaknya. Gue makin melongo.
"Memang bukan, ibu tahu, bukan salah kamu, sayang," ucap ibunya menenangkan.
"Bu," bisik gue. Ibu itu natap gue, matanya merah penuh air mata.
"Nak Kiki?" tanyanya.
"Bu, Rizka kenapa?" aduh, salah sebut nama.
"Aku bukan Rizkaaa!" teriaknya panjang. Aduh! Gue jongkok dan pegang pundak dia,
"kamu kenapa?" lirih gue. Lalu tiba-tiba dia pingsan.
Yaampun."Ayu," lirih ibu itu seakan nyimpen kelelahan dari sorot matanya. Gue pun gendong Ayu masuk ke dalem rumah, ibunya ngintruksi buat bawa ke kamar Ayu sambil tuntun gue ke suatu kamar. Gue pun baringin Ayu di kasur. Gue mendesah. Siapa cewek ini sebenernya? Duplikat Rizka?
"Ayu itu kembarannya Rizky, Nak," tuturnya sambil mengelus pipi Ayu. What!? Rizka punya kembaran?! Kok Rizka gak pernah cerita?
"Ayo, kita ngobrol didepan." Ajaknya. Gue pun ngekor sampai duduk di sofa depan. Ia mendesah seolah pasrah.Gue bungkam. Nyimpen tanda tanya besar. Gue gak sanggup kalau denger kabar buruk. Susah payah gue bangun puing-puing mimpi gue jadi artis demi nikah sama Rizka dari hasil gue sendiri, nyatanya Rizka gak tahu dimana.


"Nak, Rizka sudah lama meninggal."
What? Refleks gue nyender lemes. Gak mungkin. Ia mulai terisak.
"Waktu pertama kali liat kamu di TV, Rizka langsung menelfon Ayu yang dari kecil milih tinggal di Jepang sama neneknya. Katanya, Ayu harus kesini, harus kesini gantiin dia. Dan setelah Ayu kesini,
Rizka lagi dalam, ya, skarat, kami semua panik, dan akhirnya di dalam pelukan Ayu, Rizka meninggal dan titip kamu," beliau semakin terisak. Gue belom paham.
"Rizka sakit apa?" tanya gue pelan.
"Kan, ker, kanker hati, sejak dia kelas 3 SMA, dan dia gak ingin kamu tahu, dia gak mau buat kamu khawatir karena kamu punya niat raih mimpi ke Jakarta, dan saat dia lihat kamu sukses, dia jadi lega, tapi dia juga sudah tidak kuat lagi, dia pergi, Nak, pergi," ia semakin tersedu. Gue langsung peluk buat nenangin.
Gue belum percaya. Sejenak gue ngebayangin kalau gue mendadak jadi aktor yang lagi syuting film. Film fiksi. Dan gue anggep ini fiksi. Gue belum mau paham sekarang. Mimpi gue udah tercapai, dan orang yang gue cintai gak bisa gue gapai. Ini terlalu realita buat gue sebut fiksi. Tapi gue belom mau paham. Ini hanya syuting film fiksi gue yang pertama. Film melankolis dengan aktor sejuta mimpi yang gak bisa gapai cinta dan hidup dengan bahagia bersama gadis yang dicinta.
Gue tersadar, ia melepaskan pelukannya lalu memegang pipi gue dengan sorot mata yang lesu, "kamu gak sedih? Kamu gak merasa kehilangan, Nak?" tanyanya. Gue hanya menatapnya lurus-lurus. Tapi pelipis mata gue rasanya berat banget. Saya belom mau paham, Bu.
"Ayu kenapa bisa gitu, bu?" tanya gue mengalihkan.
"Ayu trauma. Dia terlalu kehilangan. Rizka, adik kembarnya sendiri, jadi phobia besar buatnya. Tiap dia disebut Rizka, pasti begitu. Dia terlalu menyesali dan merasa dirinya salah karena dari dulu sudah memilih tinggal berpisah sama Rizka, dan sekarang saat dia ingin bersama Ayu, Rizka pergi, dan Ibu harap, kamu, bisa bantu phobia Ayu, dan bantu mengikhlaskan Rizka, ibu mohon," mohonnya, ia meringkuk didada gue sambil terisak. Jadi Rizka beneran udah pergi? Cinta gue? Ini realita? Gue belom mau paham.
"Saya akan bantu sebisa saya, bu," ucap gue. Beliau pun mengangguk dan beranjak ke kamar tadi, mungkin mau ngambil sesuatu.
Gue harap ini kejutan buat nyambut kedatangan gue. Gue harap yang tadi pingsanbeneran Rizka yang lagi acting sebagai 'Ayu', gue harap semua cerita tadi cuma skenario buatan belaka, gue harap ini cuma realita sesaat yang ternyata adalah kejutan.
Artis Juga Manusia, mengejar cinta disaat banyak cewek mengejar cinta gue.
Artis Juga Manusia, bergelimang harta dan berharap bahagia bersama Sang Cinta.
Artis Juga Manusia, masih suka berharap walau semuanya bisa dengan gampang gue raih.
Artis Juga Manusia, kalau gue nangis bukan berarti melankolis. Karena terbukti ibunya cuma bawa box.Bukan cewek yang ada di kamar tadi.
"Box?" tanya gue setibanya beliau disamping gue. Ia mendesah lalu menyerahkannya buat gue. Dengan hati yang campur aduk, gue membuka isi box ini.
"Microfont warna hitam?" spontan gue. Gue cengo. Isinya ada microfont, rekaman, surat, dan foto kita berdua sewaktu SMA.
"Ibu belum pernah buka box itu, tapi sebelumnya, Rizka sempat bongkar celengannya. Mungkin untuk membeli itu semua.Itu juga ibu temukan di dalam lemarinya,setelah Rizka meninggal. Ibu tahu itu untuk kamu, Ki."kemudian beliau pamit ke kamar lagi. Tinggalah gue sama box dan sejuta kenangan tentang Rizka. Ada satu yang paling mencuat pengen gue ambil. Surat. Cepat kilat gue buka surat kertas putih yang udah rada menguning dan usang. Gue baca, supaya gue mau beneran usaha buat paham.
'Dear, Rizky.. Hay? Cie udah jadi artis ;p kamu masih ingat kan sama aku? Makasih kalau masih.. Tapi lebih baik kamu jangan ingat aku terus, aku gak ingin jadi beban kamu. Maaf, ya. Aku harus pergi. Aku kasih kamu itu semua buat kenang-kenangan kamu, tanda bahwa aku pernah ada buat hidup kamu. Maaf, aku gak bisa kasih langsung ke kamu. Coba deh denger rekamannya, hehee..'
Gue segera klik tombol putar pada rekaman ini. Awalnya terdengar krasak-krusuk, lalu terdengar 3 menit 25 detik durasi single lagu gue. Judulnya 'Puteri', lagu ciptaan gue yang emang khusus gue ciptain buat dan waktu bareng sama dia pas jaman SMA yang sering kita nyanyiin bareng. Lalu terdengar suara unyu dia ngomong,
'Hay, Kiki. Maaf yah, aku gak kasih tahu kamudari dulu kalau sebenernya aku punya kembaran. Namanya Ayu, dia kakak kembar aku, beda 5 menit brojolnya, loh.. Hehee, emh... Maaf juga, aku gak kasih tahu kamu tentang penyakit aku, aku gak mau jadi penghalang kekhawatiran buat cita dan mimpi kamu buat jadi penyanyi. Tadi aku liat kamu di TV, keren banget! Sukses terus, ya, Ki. Aku yakin kamu bisa mendapat yang lebih baik dari aku. Aku titip Papaku yang lagi kerja di Jakarta, titip Ibuku, dan utamanya titip Kak Ayu, ya. Semnga sih dia bisa gantiin aku,tapi bukan kamu jadiin aku. Kita emang mirip, tapi Rizka tetap Rizka, dan Ayu tetap Ayu. Aku sayang kamu, aku cinta kamu, makasih yah, Ki, buat semuanya...'
Rekaman itu mati. Apa iya tadi Rizka? Gue pun lanjut baca suratnya.
'Udah? Hehee... Makasih yah, Ki, buat semuanya. Itu foto kita berdua sewaktu SMA dulu. Satu yang harus kamu ingat, aku tetap mencintai kamu walau ragaku sudah terkubur, aku menyayangi kamu, aku tunggu kamu di dunia yang lebih abadi, yaa. :) I Love You, Muhammad Rizky. Kiki.
Rizka Dwi.
'Oh My God. Gue bisa tarik kesimpulan. Dia udah sembunyiin penyakitnya dari dulu dari gue. Dia udah susun semuanya. Makanya dia gak kasih tahu gue kalau dia punya kembaran. Dan saat gue udah berhasil, dia bongkar celengan buat nyediain ini semua. Dan saat dia udah lelah sama keadaannya, dia minta Ayu buat balik dan menetap seolah-olah untuk ganti posisi dia sama Ayu karena mereka kembar dan mi-rip-ba-nget, mungkin supaya gue gak ngerasa kehilangan kehadiran dia disisi gue. Sekarang gue paham.Rizka udah beneran pergi. Padahal saat semua mimpi gue raih, satu keinginan terbesar gue adalah bahagia sama kamu, Rizka. Kamu, dan cuma kamu. Bukan Ayu. Tapi selama ini gue enggak peka. Gue gak nyangka. Rizka udah gak ada? Orang yang selama ini gue cinta, udah gak ada? Gue sungguhan gak menyangka bakal gini jadinya. Mimpi tanpa cinta apa jadinya? Oh yaampun. Gue gak bisa nahan air mata ini. Sulit untuk bisa gue percaya. Aku ke sini buat lamar kamu, Rizka.
"Sebaiknya kamu ikut aku,"
Ayu?

*****
“Kenapa kalian pindah rumah?" tanya gue pada Ayu diperjalanan melewati banyak batu nisan.
"Papa di PHK, sekarang lagi kerja di Jakarta jadi satpam." Jawab Ayu. Dia berhenti pada satu batu nisan, lalu berjongkok. Langkah gue tiba-tiba mengeras, jantung dan hati gue gak karuan. Gue gak pernah nyangka. Rizka...
"Ki, ayo,"
Dengan jalan terseret gue mendekati dan ikut berjongkok. Ini makam Rizka? Secepat inikah? Kita pun menabur bunga dan air. Ayu terisak, gue netesin air mata. Ayu terus minta maaf sama Rizka.Maaf karena phobia, lama ninggalin, telat datang, dan yang lainnya. Sebegitu nyeselnya. Tapi gue gak kalah nyesel, gue gak pernah peka Rizka sakit. Ayu berhenti ngomong tapi tangisnya masih. Gue mengeluarkan kotak kecil warna merah bentuk love dari saku jaket gue.
"Rizka, semoga tenang ya kamu disana. Aku datang, aku udah janji mau lamar kamu. Tapi aku gak mungkin tinggalin cincin ini disini. Aku titipin di Ayu, boleh, ya?" tanya gue.
Gue lirik Ayu, dia keliatan shock banget.Gue senyum, "boleh?" tanya gue. Dia keliatan bingung, tapi dia mengangguk pelan. Cepat gue angkat jemari tangan kanannya, "aku titip, ya." Gue lingkarin cincin perak ini di jari manisnya. Ayu keliatan tertegun. Gue lihat nisan Rizka. Selamat jalan, Rizka.

*****

Sepulang dari makam Ayu, gue langsung pulang ke rumah. Berkemas dengan alibi ada kerjaan dadakan yang gak bisa di cancel, kasian juga Cahya sampe ngerengek dan nangis. Padahal gue yang gak mau kelihatan galau dihadapan keluarga besar gue.

Gue lagi di pesawat. Dikit lagi sampe bandara Soekarno Hatta. Sepanjang jalan gue gak lepas dari bayang kenangan gue sama Rizka, dulu. Gak henti-hentinya gue nangis. Sekuat-kuatnya cowok nahan gengsi buat nangis, tapi cowok juga manusia, punya hati dan perasaan.
******
Sesampainya di Bandara, para wartawan udah pada nunggu. Loh? Kok pada tahu, ya?
"Mas Kiki! Gimana sama pacarnya?"
"Baik," gue senyum paksa. Untung pake kaca mata item. Mata sembab gue ketutupin. Selamet.
"Kok pulang cepet, Mas?"
"Ada kerjaan penting, mbak."
Dan pertanyaan lainnya yang gue jawab alakadarnya. Gue udah dijemput Alex, manager gue. Dan sekarang gue on the way menuju apartement gue. Dengan nangis. Hhhh.Alex nanya gue macem-macem. Bodo. Gue diemin.
*****
Sesampainya di apartement, udah ada segerombol cewek yang kata Alex fans gue, udah dari sore nungguin gue sampe sekarang jam 10 malem. Yaampun. Gimana gue bisa pasang muka happy dengan segepok kesedihan begini? Profesional. Gimana pun mereka udah usaha buat gue, gue pun harus usaha buat mereka.
"Haaai, belom pada ngantuk?" tanya gue heboh. Mereka yang kira-kira 10 orang langsung pada berbinar dan histeris liat gue yang senyum lebar.Kami pun ngobrol bentar. Kemudian gue dan Alex langsung ke kamar apartement. Gue salut sama fans-fans gue. Rela nunggu sampe malem demi ketemu gue. Tapi gue juga kan manusia biasa yang banyak dosa. Sebaiknya gak sampai begini. Tapi kalau mereka jadi semangat karena ketemu gue, gue ikut seneng. Tapi kalau gue, lebih semangat liat Mama Papa, keluarga, dan Rizka. Haaah, Rizka. Kita ketemu di mimpi indahku, yuk?
*
Udah 10 hari lebih dan gue tetep galau dan sedih. Tapi udah gak nangis. Gue harus tetep semangat.Gue harus bisa menerima ini semua. Gue pasti bisa. Gue belajar banyak hal. Bahwa status terkenal apapun tak akan menjadi rasa tanpa cinta, tanpa seseorang. Artis Juga Manusia. Segampang apapun dapetin sesuatu dengan materi, tapi dapetin cinta itu gak mudah. Gak bisa dibeli, gak bisa diraih apalagi jika sudah tiada. Artis Juga Manusia, walau mimpi tercapai, tujuan utamanya adalah cinta. Artis Juga Manusia biasa, bisa nangis, bersandiwara, pakai topeng, dan realita. Artis Juga Manusia, gak selalu bahagia.Gue contohnya. Penuh pengharapan disaat semua cewek berharap sama gue, penuh kesedihan yang gak diduga, kegagalan cinta. Tapi mencintai Rizka adalah bahagia dan sedih. Bahagia karena Rizka pernah ada dalam hidup gue, sedih karena gue gak bisa sama dia di dunia ini. Tapi, gue bakal tetep semangat. Gue yakin semua akan ada hikmahnya dibalik realita kehidupan gue ini. Cinta. Sesukses-suksesnya artis, tapi... Artis Juga Manusia yang mencinta.

"Terkadang walau semua mimpi terwujud, mimpi terbesar adalahsaat bisa memiliki seseorang yang kita cinta."

- The End -

***

Naaah itu dia quotenya dari @rizkaayudc \:D/
Yang lainnya ngantri yaaa.. ;p
Makasyih yang udah mau baca.. :')

Project #CerpenQuote
@XOwners_Quote

By: Admin Mila :)

Terbaik Untuk Sahabat #CerpenQuote

Tittle: Terbaik Untuk Sahabat
Length: One Shoot
Author: @XOwners_Quote




#CerpenQuote for @VhivyD



♡Terbaik untuk Sahabat♡

Ditaman ini, taman yang biasa aku datangi dengan Berliana. Sahabatku. Namun, taman ini seketika sepi saat aku sudah tidak bersama sahabatku lagi. Entah mengapa, padahal suasana taman sangat ramai.
Aku memasuki taman hingga kedalam. Disana, tersedia sebuah jembatan yang terhubung hingga sampai disaung. Saung itu, tempat aku sama Berliana berbagi cerita.
Saung yang sederhana, tapi... membuat kita nyaman berada disana berlama-lama. Tidak besar, namun nyaman. Awalnya tidak ada saung disini. Tapi... ini semua ide aku sama Berliana yang kemudian membuat saung disini.
Kadang, aku sama Berliana suka duduk dijembatan sambil bermain disungai berair jernih. Airnya dingin. Dan sangat segar saat kita mencuci muka disana.
Sekarang... atau mungkin besok, aku tidak tau kapan Berliana akan disini lagi sama aku. Kesalahan yang aku buat dulu, membuat aku pesimis kalau Berliana masih bisa bertahan dengan hidupnya atau enggak. Kesalahan yang dulu, menjadi pelajaran terbesar aku.

****

"Ber, gimana menurut kamu kalau aku cari cowok?" Tanya Vhivi polos.
"Uhukkk... uhuuukkk... Vhi. Kamu gak lagi sakit kan Vhi?" Tanya Berliana sambil mengecek suhu badan Vhivy.
"Gak lah... kan kamu yang bilang aku suruh cari cowok biar gak galau mulu. Nah sekarang deh waktunya. Abis kamu jalan mulu sama Bobby kalo satnite. Aku kan disini kesepian." Jawab Vhivy yang seperti curhat.
"Hahahaha... iya, Vhy. Iyaaa.. aku setuju aja kok. Asal cari cowok yang bener aja. But, kamu mau cari cowok dimana? Setiap cowok yang nembak kamu aja kamu tolak mentah-mentah. Hahahaha" Ledek Berliana tertawa puas.
"Ih... makanya, mulai sekarang aku mau buka hati gitu. Tapi, jangan bilang-bilang. Aku cuma mau liat man cowok yang bener-bener tulus sama aku."
"Hmmm... Kiki! Iya, Kiki! Kiki tulus banget sama kamu Vhy. Kenapa kamu sia-siain dia sih?" Tanya Berliana geregetan.
"Hmmm..." Gumam Vhivy sambil mengangkat kedua bahunya pasrah.

*****

"Vhi, serius lo dandan kayak gini?" Tanya Berliana yang meragukan ide gila Vhivy. Bagaimama tidak gila, saat itu Vhivy menggunakan baju kemeja panjang berwarna putih dan dipasangkan dengan sepasang rok panjang berwarna biru. Rambut Vhivy pun dikuncir dua disamping dan dikempang. Ditambah lagi, Vhivy menggunakan kacamata besar, seperti kacamata 'Betty lufayatun' gak jauh beda.
"Serius doong. Terkenal seperti Vhivy kan? Pasti mereka keget deh ngeliat Vhivy versi baru. Tapi... gue janji Ber, setelah dapet cowok, gue ngerubah penaampilan lagi deh." Ungkap yakin Vhivy.
"Up to you lah. Yaudah, sekarang berangkat ke kampus yuk telat!"
Vhivy memang terkenal sebagai mahasiswi yang paling cantik dikampus. Berkulit putih, tinggi, langsing, rambutnya yang indah, matanya yang bulat dan hitam, hidungnya mancung, kaya. Dan yang lain. Itu yang membuat nilai plus, mengapa Vhivy banyak ditembak oleh cowok. Namun kenapa Vhivy suka galau... selama Vhivy dekat sama cowok, si cowok hanya bisa menerima kelebihan Vhivy, dan gak bisa menerima kekurangan Vhivy.

*****

Dan benar saja, pertama kali Vhivy dan Berliana masuk ke kampus, mereka menjadi tontonan banyak anak-anak disana. Mata mereka hanya tertuju pada Vhivy. Yap, mereka masih mengenali Vhivy. Tapi, mereka tidak tau mengapa Vhivy bisa seperti itu. Bahkan, pakaian Vhivy pun tidak nyambung.

"Itu Vhivy kan? Serius? Devina Arimbi kan? Bokapnya donatur terbesar dikampus ini?"
"Eh? Itu Vhivy... gila! Jelek banget dia. Untung gua dulu gak diterima jadi pacarnya, kalau iya. Buset gue malu tuh ngeliat dia gini."
"Idiiihh... amit-amit ngeliat Vhivy gitu. Berliana mau aja sahabatan kayak dia yah. Hahaha"
"Vhivy kesambet setan tuh..."

Yaa, kurang lebih itulah celotehan dari anak-anak kampus melihat penampilan Vhivy saat ini. Mereka membicarakan Vhivy dibelakang.
"Vhi, gue yakin lo bentar lagi jadi Trending di Kampus." Bisik Berliana.

****

Sampai diruangan, Vhivy dan Berliana duduk sambil asyik dengan aktivitas mereka masing-masing. Vhivy yang asyik membaca buku, dan Berliana? Asyik dengan Bobby, kekasihnya.
"Hey Vhivy..." Sapa seorang lelaki datang menghampiri Vhivy.
"Hay Kiki." Sapa balik Vhivy mengetahui lelaki itu adalah Kiki.
"Nih, seperti biasa aku bawa sarapan buat kamu. Mau?" Tanya Kiki.
"Mauuu... makasih. Yuk, makan bareng." Ajak Vhivy.
Melihat sifat Vhivy berubah, Kiki hanya senyum-senyum sendiri. Karena selama ini, Vhivy selalu jual mahal padanya.
"Oh iya, Vhi. Itu kamu kok tampil gak biasa sih? Ada apa?" Tanya Kiki.
"Ehmmm... enggak kok. Lagi asyik gini aja." Jawab Vhivy.
"Vhivy tetep cantik kok." Ujar Kiki tersenyum tulus kearah Vhivy.

****

"Liat sendiri kan Vhi, Kiki gimana? Kenapa gak sama Kiki aja sih? Udah tau Kiki ganteng. Baik. Senyumnya menawan. Nih ya, kalau Bobby gak nembak gua pertama kali, mungkin gua akan sama Kiki."
"Serius lo?" Tanya Vhivy iseng.
"Emm, enggak sih. Hahahaha."
"Kita liat Jam disana yuk." Ajak Vhivy.
Saat sepulang kampus, Vhivy dan Berlian pun langsung pergi ke Mall.
"Emm, Vhi. Aku mau liat-liat Boneka disana dulu ya. Bentar." Pamit Berliana.
"Yaudah, aku disini ya."

Saat Vhivy dan Berliana memisahkan diri, Vhivy asyik dengan melihat-lihat ke toko jam. Kemudian, matanya tertuju pada sebuah jam yang sangat menarik dihatinya. Tanpa basa-basi, Vhivy pun langsung mengambil Jam tersebut dan lalu membayarnya dikasir.
"Ini mbak."
"Harganya lima ratusribu mbak."
"Oke, bentar mbak." Ujar Vhivy sambil merogoh-rogoh tasnya untuk menngambil dompet.
"Shitttt... dompet gua diBerber...." paniknya saat mengetahui dompetnya ada di Berliana. "Mbak, boleh izin bentar gak mbak, dompet saya ketinggalan?"
"Maaf mbak, gak bisa."
"Yaahh mbak. Terus gimana dong?"
Penjaga toko tersebut hanya menggeleng-gelengkan kepalanya. Lelaki yang dari tadi dibelakang Vhivy tiba-tiba menyelak barisan.
"Mbak... digabungin aja ya, sama punya dia." Ujar lelaki itu sambil menunjuk kearah Vhivy. Vhivy yang melihat lelaki itu menunjuk kearahnya hanya kaget.

Setelah penjaga kasir itu membungkus jam milik Vhivy, kemudian lelaki itu memberikan bungkusan Jam itu kepada Vhivy sambil berkata. "Makanya, lain kali cek dulu dompetnya." Ujar lelaki itu yang kemudian pergi.
"Eeh... tunggu, makasih ya. Makasih banget loh." Ucap Vhivy berterimakasih kepada lelaki itu sambil mengejar lelaki itu dari belakang. Mendadak lelaki itu berhenti dan membuat Vhivy menabrak tubuh tinggi lelaki itu.
"Aduuuhhh."
"Makanya, jalan tuh liat-liat." Ujar lelaki tersebut sambil berbalik arah ke Vhivy.
"Hmm... hehehe namanya siapa?" Tanya Vhivy.
"Alwin. Nama lo?" Tanya balik lelaki itu yang ternyata bernama Alwin.
"Emm, gue Vhivy." Kata Vhivy sambil tersenyum malu.
"Kuliah?" Tanya Alwin sambil jalan beriringan bersama Vhivy.
"Iya. Kamu?" Tanya balik Vhivy.
"Udah kerja. Diperusahaan bokap. Hahaha... jurusan apa?"
"Akutansi."
"Mampus... gue lupa. Ada meeting. Gue duluan ya. Oiya ini, kaartu nama gue. Kalau mau telfon atau sms, ada nomernya disitu. Biar lebih deket aja gitu." Ujar Alwin terburu-buru sambil mengeluarkan kartu nama yang berada didompetnya tersebut.
"Mmm, oke. Sekali lagi makasih ya."
Alwin hanya tersenyum simpul kemudian langsung pergi terburu-buru.

Disisi lain, saat itu Berliana kebingungan mencari keberadaan Vhivy.
"Duuuh, kebiasaan itu anak. Ngilang terus." Dumel Berliana tengok kanan-kiri untuk mencari keberadaan Vhivy.

"Heyyy Beph... lama ya? Maaf ya, aku tadi abis beli ini."
"Itu apaan Beph?"
"Ini jam tangan terbaru buat kamu. Nih."
"Makasih beph..."
Cuuuupppp!

"Itukan Siska? Yaampuuun... udah dapet cowok baru aja. Pake ciuman segala lagi. Ck." Gumam Berliana melihat teman Melihat teman kampusnya berciuman dengan seorang lelaki.
"Dasaarrr Vhivyyy... malah enak nangkring disana lagi." Dumel Berliana saat melihat Vhivy sudah duduk manis disebuah restoran sambil meminum Ice krim.

*****

"Iya Ber, ini nih... gue dibeliin jam ini sama cowok itu. Namanya Alwin. Yaammppuuun. Gapapa deh Ber, dompet gue ketinggalan mulu dielo, dan biar cowok itu beliin gue lagi. Hahahaha." Cerita Vhivy panjang lebar.
"Idiiihhh... matre."
"Sialaannn... gak lah, gue kan cuma mau deket sama cowok itu aja. Alwin. Al to the win. Hahahha."
"Dia gak malu Vhy ngeliat dandanan elo kayak gini?" Tanya Berliana.
"Enggak lah. Makanya gue takjub. Cowok pertama kali gue temuin, baik banget. Mungkin gue jatuh cinta pada pandangan pertama kali ya? Hahahaha." Jawab Vhivy sambil senyum-senyum sendiri.
"Whatever lah! Gue ngantuk mau tidur. Lo mau tidur dikamar gue atau dikamar lo? Kalau mau tidur dikamar lo, pintu kamar gue ditutup ya Vhi." Ujar Berliana panjang lebar.
"Enggak. Gue mau disini... Boboooooo..."

****

3 minggu lebih, kini Vhivy dan Alwin semakin dekat. Mereka selalu bersama. Dari Vhivy mau berangkat kamus, sampai Vhivy pulang kampus selalu bersama Alwin. Dan, dandanan Vhivy juga sudah tidak menjadi cupu lagi. Sudah seperti biasa. Memang, kedekatan Vhivy dan Alwin itu tidak diketahui oleh siapapun, terkecuali Berliana. Itu pun, Berliana masih belum tau wujud Alwin seperti apa.
Malam itu, rencananya Vhivy dan Alwin akan satnite bersama. Malam itu, Vhivy dan juga Berliana sudah sama-sama cantik. Karena, Berliana juga akan pergi dengan Bobby. Sedangkan Vhivy ingin pergi dengan Alwin.
"Vhi... itu Bobby udah jemput. Gue duluan. Byeee..." Pamit Berliana.
"Hati-hati Ber."
"Hmmm... Alwin lama banget sih." Gumam Vhivy sambil melihat kearah jam dinding yang sudah menunjukan tepat pukul 7 sore.

Sudah 2 jam Vhivy menunggu kedangan Alwin, namun sampai sekarang juga belum datang. Sungguh perasaan Vhivy sangat kesal. Karena baru kali ini Alwin ingkar janji. Kenapa Alwin tidak kasih kabar kalau dia membatalkan janjinya?
"BENCIIIIIII" Teriak Vhivy kencang.

Tok.tok.tok.

"Siapa lagi sih itu..." Kesel Vhivy sambil melangkahkan kakinya dengan malas kearah pintu.
Saat Vhivy membuka pintu, betapa kagetnya saat dia melihat banyak balon yang berada didepan pintu. Banyak, hingga menutupi jalan. Vhivy bingung dengan ini semua. "Siapa sih disana? Woooyyy!" Teriak Vhivy berusaha menyingkirkan balon itu dihadapan Vhivy.
Deg!
Seseorang memegang punggung Vhivy dari belakang. Vhivy pun langsung menoleh kebelakang. Dilihatnya, seorang lelaki yang membawa boneka hati bertulisan 'Love Vhivy' dan menganggkat boneka itu menutupi wajah lelaki itu.
"Siapa sih?" Tanya Vhivy dengan penasaran. Sungguh, degdegan yang Vhivy alamin saat mengetahui ada lelaki dibelakangnya.
"Alwin?" Tanya Vhivy berusaha menebak sosok lelaki itu. Perlahan, lelaki itu menurunkan boneka itu dari wajahnya. Daannnn...
"Love yoy Vhivyyyyyy..." Setelah lelaki itu membuka identitasnya, Vhivy langsung memeluk erat lelaki itu. Terharu, itu yang Vhivy rasakan.
"Alwin Reseeee... aku kira kamu gak jadi dan batalin jalannya. Iihhh... reseee." Marah Vhivy sambil memukul-muul punggung Alwin. Yaps, lelaki itu adalah Alwin.
"Maaf Vhy. Ini semua kejutan buat kamu." Alwin pun melepaskan pelukan Vhivy dan kemudian memegang bahu Vhivy dengan lembut. Alwin menatap kedua mata Vhivy dengan tulus. "I Love You Vhi. Mau kamu jadi pacar aku?" Tanya Alwin.
Vhivy tersenyum, Vhivy menangis terharu. Tak sanggup lagi Vhivy mengungkapkan kata-kata, dengan cepat, Vhivy pun menganggukan kepalanya.

******

Hari berganti dengan cepat. Sudah 2 bulan terlewati. Hubungan Vhivy dan Alwin tidak berubah sama sekali. Mereka bahkan semakin dekat. Dakat dan dekat.
"Rese lo Vhi... udah 2bulan, lo gak kasih tau gue Alwin yang mana. Resee.." Ambek Berliana.
"Bukannya gak mau dikasih tau sih Ber. Tapi... pas mau ketemu, ada halangan mulu. Nanti, malem deh aku udah ajakin Alwin buat Double date. Aku sama dia. Kamu sama Bobby. Mau kan?" Tanya Vhivy.
"Serius lohhh... gue tuh harus menyelidiki pacar sahabat gue tauuu. Gue mau tau. Siapa dia. Yakin kah dia untuk tidak menyakiti sahabat gue? Asyiiikk.. hahahaha."
"Beber lebay dehhh..."
"Ber, bentar ya. Aku mau ketoilet dulu. Kamu dikantin aja tetep. Jangan kemana-mana loh."
"Iyaaa. Dah sono."


"Aweee... seminggu lagi skripsi aku udah selesai. Kapan kamu mau nikahin aku? Aku gak sabar tau. Udah 2 tahun pacaran. Masa kamu gak kasih penjelasan yang pasti sih? Kamu gak sayang apa sama aku?"
"Iyaa beppph... aku sayang sama kamu, aku akan kenalin kamu sama orang tua aku kalau kamu bener-bener udah jadi sarjanah. Okey"

"Hahahaha awet banget Siska sama cowok itu. Dasaaar. Bukan anak kampus ini, bisa aja berkeliaran disini." Gumam Berliana melihat Siska temannya berpacaran dikampus.
Tiba-tiba, HP Berliana pun berbunyi. Bunyi panggilan masuk dari Vhivy.
"Halo Vhi? Kenapa?"
"Ber, ke toilet dooong, tolongin. Gue kekonci nih."
"Bwahahahahaha. Lo kenapa bisa kekonci sih! Iya iya bentar. Hahahahaha."

*****

Malam pun datang, saat itu Berliana dan juga Vhivy sudah siap untuk dijemput oleh pangeranny masing-masing.
"Hay Bobbyyyyy!!!" Sapa Berliana saat melihat Bobby sudah datang.
"Ciee, udah dateng. Tunggu Alwin ya. Katanya dia lagi dijalan." Ujar Vhivy.
"Iya Vhi, santai. Bentar ya, aku bikin minum." Pamit Berliana sambil kedapur untuk mengambil minum.

Tak lama Berliana masuk kedapur, Alwin pun datang. Dengan heboh. Vhivy berteriak-teriak Berliana yang sedang didapur.
"Beberrrrr... Alwin dateng nih! Cepetaaannn... bawain minumm buat Alwin juga yahhhh!" Teriak Vhivy Heboh.
"Iyaaa bentaarrrr!" Balas Berliana juga berteriak.

"Haddoooh Vhi, gak usah repot-repot kali." Ujar Alwin kini duduk disamping Bobby.
"Udah, biarin sekalian kok Win."

"Akkuu dataaaaannggg..." Teriak Berliana dari dapur sambil membawa nampan berisikan 4 minuman.
Prrraaaakkkkkk!
Berliana pun menjatuhkan nampan yang dia pegang. Semua pun panik, apalagi Bobby. Dengan sigap, Bobby menghampiri Berliana yang berdiri mematung. Dan kemudian Bobby menuntun Berliana untuk duduk. Mata Berliana masih tertuju kepada Alwin. Entah tatapan apa, yang jelas, Benci, kesal, marah, dan lain-lain.
"Ber? Kamu sakit? Kamu gak apa-apa kan?" Tanya panik Vhivy.
"Sayang... kalau kamu sakit, kita batalin aja yah. Aku akan jagain kamu disini kok." Ujar perhatian Bobby. Berliana hanya menganggukan kepalanya. "Aku sakit Bob. Aku gak jadi Pergi!" Ujar Berliana dengan nada ketus.
"Yah Ber. Kalau gitu, cepet sembuh ya. Emm,, win. Aku jagain Berliana boleh?" Tanya Vhivy.
"Yaah beph, aku udah boking tempat. Kalau mereka gak dateng sih gak apa-apa, kalau kita? Kita harus dateng."
"Tapi beph.."
"Udah Vhy. Aku ada Bobby. Dia akan jagain aku kok."
"Iya deh. Jagain Berliana baik-baik Bob." Pesan Vhivy. Dan Bobby hanya menganggukan kepalanya.

Setelah Vhivy dan Alwin pergi, Bobby menggendong Berliana menuju kamar, dan kemudian menggeletaknnya diatas kasur.
"Aku tau Sayang kamu gak sakit. Kamu kenapa sih?" Tanya Bobby yang mengetahui Berliana sedang menutypi sesuatu.
"Bob... itu, Alwin. Alwin ternyata pacarnya Siska Bob. Seriusss... aku ngeliat jelas dengan mata kepala aku sendiri. Aku juga pernah ngeliat mereka ciuman. Jadi? Selama ini, Vhivy cuma jadi simpenan Bob? Yaammpppuunnn..." Cerita Berliana panjang lebar.
"Ber. Kamu tenang Ber. Aku juga pernah ngeliat Alwin jalan kok sama Siska. Okeh, kita besok bilang baik-baik sama Vhivy yah." "Bukan kita, tapi aku. Antara sahabat Bob. Kamu ngerti ya." Pinta Berliana menggenggam tangan Bobby. Bobby tersenyum mengangguk kemudian mengecup kening Berliana tulus. "Aku tidur disofa ya. Kamu tidur loh."


Sekitar Pukul 10 malam, Vhivy pulang kerumah. Dia pun langsung menghampiri Berliana dikamar. Bobby yang melihat Vhivy datang, dan dia langsung keluar. Dan mengetahui Vhiy datang, Berliana bercerita yang sebenarnya apa yang sudah terjadi.

"Engga Ber! Kamu salah orang! Gak mungkin Alwin ngehianatin aku." Marah Vhivy. Saat itu, Berliana sudah menceritakan apa yang sebenarnya terjadi kepada Vhivy. Namun, Vhivy masih saja tidak percaya.
"Vhy... kita sahabat sejak kaapan sih? Kamu percaya dong sama aku. Sahabat kamu siapa? ALWIN ATAU BERLIANA!" Marah Beliana. "Aku gak setuju kamu sama Alwin Vhi. Putusin dia! Sebelum kamu kecewa." Lanjutnya
"Ber! Selama 2 bulan aku sama Alwin pacaran, gak pernah ada masalah kok. Yang ada masalah tuh kita! Kita Ber! Itu semua karena kamu!" Bentak Vhivy.
"Terserah kamu deh Vhi! Aku mau tidur! Udah malem. Ngantuk." Pasrah Berliana sambil menutup wajahnya dengan selimut.

Bobby yang mendengar percakapan antara Vhivy dan Berliana dari luar rumah hanya sedih. Hatinya terasa hancur mendengar mereka bertengkar. Terlebih lagi, mengetahui kalau Vhivy lebih percaya dengan Alwin dibanding Berliana.

****

Esok pagi pun datang. Seperti biasa, Vhivy verangkat kampus selalu dijemput oleh Alwin. Dan saat itu, Berliana melihat Alwin dari atas balkon kamarnya dengan Tatapan sinis. "Suatu saat nanti, Vhivy akan tau Win!" Gumam Berliana yakin.

*****

Di Taman, saat itu Vhivy dan Alwin sedang bersama. Memang saat itu, Vhivy mengajak ketaman tempat favoritenya dengan Berliana. Mereka pun duduk disaung bersama.
"Win, Berliana cerita sama aku, kalau kamu punya pacar selain aku. Bener Win?" Tanya Vhivy to the point.
"Loh? Kenapa Berliana bisa bilang itu? Selama ini aku kan sama kamu terus? iya kan?" Tanya balik Alwin.
"Iya, makanya itu. Aku gak percaya sama dia. Aku cuma percaya sama kamu kok." Gumam Vhivy memeluk tubuh Alwin.
"Vhy, aku beliin kamu ice krim dulu ya. Bentar aja." Pamit Alwin langsung pergi.
"Iya, cepet yah."


Saat itu, langkah Alwin tidak menuju kearah tukang ice kirm, melainkan menghampiri seorang wanita yang sedang duduk sendiri ditaman, kemudian Alwin menyekap mulut wanita itu dan membawanya kesebuah rumah kosong yang tak jauh dari taman.

"Hey Ber-li-ana cantik... sayangnya Bobby." Ujar Alwin sambil menampakan diri didepan wanita yang disekap, ternyata Berliana.
"Apa lo Win? Ngaku lo sama Vhivy tentang hubungan gelap lo sama siska! Atau enggak gue akan jelasin iitu semua sam Vhivy!" Marah Berliana saat dia mengetahui Alwin yang menyekap dirinya.
"Gak segampang itu Ber, Vhivy percaya sama gue. Bukan elo! Ngerti?"
Alwin pun segera mengeluarkan sebuah pisau dari saku jaketnya dan mengrahkan kewajah Berliana.
"Cewek gue gak cuma satu. Dua, tiga, atau lima sekali pun. Bahkan banyak. Lo kalau mau selamat dari pisau ini. Jangan Pernah lo macem-macem sama gue. Kalau engaaakkk... ini pisau tajam akan ngebunun elo!" Ancam Alwin sambil berbicara ditelinga Berliana.
"Udaahhh... itu aja sih yang gue mau bilang. Ada salam peringatan nih dari pisaau."
Srreeeeetttt!
Alwin pun langsung menggoreskan pisau itu ke lengan tangn kanan Berliana. Dan Alwin pun langsung pergi meninggalkan Berlianan sedang berdarah karena ulahnya.
"Aaaawww... sialan lo Win. Gue gak akan tinggal diam." Rintih Berliana kesakitan. Untungnya, Alwin tidak mengikat Berlina,dan Berliana pun dengan mudah bisa menghubungi Bobby yang sedang mencarikan minum untuknya.


"Ber, ini kelewatan! Aku gak terima kamu disakitin sama lelaki bejat itu!" Marah Bobby yang saat iti sedang berdua dengan Berliana dirumah kosong tadi sambil memgobati luka ditangan kanan Berliana.
"Sabar Bob... kebenaran akan berpaling sama kita." Senyum Berliana menahan rasa sakit saat tangannya diobati.

****

"Bob, kamu tunggu didepan aja yah. Kalau sekarng Vhivy masih gak bisa dibilangin. Aku ikut kamu pulang okey." Pinta Berliana.
"Iya sayang. Hati-hati." Pesan Bobby.

Dengan langkah yakin, Berliana pun melangkahkan kakinya untuk menghampiri Vhivy. Betapa kagetnya Berliana saat dia melihat Alwin sedang sama Vhivy. Dilihatnya Alwin yang tersenyum sinis kearah Berliana.
"Hay Ber, ada apa?" Tanya Vhivy menghampiri Berliana.
"Kapan kalian putus? Kenapa kalian gak putus aja? Win, untuk elo. Luka ini gak sakit bagi gue, yang sakit itu saat gue melihat sahabat gue kecewa karena elo. Dan elo Vhy, kapan sadar sih! Alwin itu cumaaaa..."
"Cukup Ber. Aku gak mau denger penjelasan dari kamu lagi. Kamu keluar dari rumah aku!" Bentak Vhivy mengusir Berliana. "Satu lagi, anggap kita gak pernah jadi sahabat ya Ber. Aku kecewa punya sahabat kayak kamu."
"Vhy... aku cuma mau yang terbaik untuk kamu! Itu aja kok."
"Yang terbaik untuk kamum terburuk untuk aku."
Berliana hanya menggelengkan kepalanya, dia tak yakin. Sahabatnya kini berubah karena seorang lekaki bejat seperti Alwin. Sakit, perih hati Berliana saat Vhivy berkata itu. "Oke, kalau itu mau kamu." Ujar Berliana dangan nada bergetar kemudian meninggalkan Vhivy.

*****

Seminggu berlalu. Sampai saat ini, Vhivy dan Alwin masih berpacaran, dan sampai saat ini Vhivy dan Berliana bermusuhan. Meski pun satu ruangan, mereka sudah tidak pernah bersama lagi. Kiki teman Berliana dan Vhivy bingung melihat ada perubahan sifat dimereka, namun Bobby langsung menjelaskannya kepada Kiki. Sungguh memperihatinkan.


Saat Istirahat, Vhivy berjalan sendiri dikoridor kampus. Dia melihat sekeliling kampus, banyak anak-anak yang sibuk dengan aktivitas merek masing-masing. Ada yang kejar-kejarran, PDKT, baca buku, makan bekal, main bola, dan di Taman ada yang pacaran.
"Siska pacaran. Hahaha." Tawa Vhivy saat melihat siska sedang pacaran. Seketika, Vhivy menghentikan langkahnya. Bagaimana bisa? Siska pacaran dengan... "Alwin? Kenapa dia disini?" Gumam Vhivy heran. Hatinya panas melihat Alwin dengan Siska. Ingin rasanya Vhivy langsung Melabrak Siska, namun Vhivy harus melihat dengan jelas apa yang mereka lakukan. Dengan langkah yakin, Vhivy mendekat kearah mereka dan bersembunyi dibalik pohon.

"Awe, aku besok wisudaan. Dateng ya kamu sama orang tua kamu. Lamar aku dong."
"Iya beph. Pasti kok."
CUUUPPPPP!
Alwin pun dan Siska berciuman. Benar, Vhivy tak salah lihat. Sakit. Sakit. Dan sakit itu yang Vhivy rasakan.
"Samperin dia Vhy. Labrak dia, dan bilang lo minta putus." Kata seseorang dibelakang Vhivy, dia adakah Kiki. Mendengar semangat dari Kiki, Vhivy pun langsung berlari menuju Alwin dan siska. Sambil menangis, itu yang Vhivy rasakan.
"ALWIN" teriakk Vhivy.
Awlin dan Siska pun menoleh bersama. Alwin yang tadinya sedang bergandengan tangan dengan Siska, langsung berdiri menghampiri Vhivy.
"Aku bisa jelasin semua Vhy." Ujar Alwin megang bahu Vhyvy.
"Kita, putus." Ujar Vhivy terisak, kemudian dia berlari sambil menarik tangan Kiki.
"Kamu pacaran sama Vhivy win? Kurang ajar!"
Paarrrr!
Siska pun menampar pipi Alwin.

*****

"Ditempat ini Vhy, kita selalu bercanda dan lain-lain. Aku kangen kamu Vhy, kamu kangen gak sama aku." Gumam Berliana yang saat itu dia sedang berada disaung sendiri.
"Aku juga kangen kamu!" Ujar seseorang dari belakang. Berliana pun menoleh, betapa kagetnya dia mengetahui yang datang adalah....



"ALWIINNN!!! ngapain lo bawa gue kesini? Mau lo apaaa? Gue udah gak ganggu elo sama Vhivy lagi Wiinnn!" Berontak Berliana yang saat itu dia dibawa oleh Alwin kerumah kosong temppat dimana Waktu itu, Alwin melukai Berliana. Alwin menahan Berliana ditembok dengan tatapan Benci, kesal, dan marah.
"Gue udah pernah bilang sama lo bukan? Kalau gue, gak mau kalo lo ganggu gue. Kenapa lo masih lakuin itu? HAH!?" Bentak Alwin didepan wajah Berliana. Berliana hanya ketakutan sambil memalingkan wajahnya kesamping sambil menutup kedua matanya.
"Gue gak tau apa-apa Win... gue dari tadi disini." Isak Berliana.
"Lo tau... gue putus sama Vhivy dan Siska! Ooooh, gue tau! Lo pasti nyuruh Kiki kan buat bawa Vhivy paas gue sama Siska pacaran. IYA!?" Bentak Alwin.
"Kalau lo emang putus sama Vhivy, gue lega! Gue lega Win!" Bentak Berliana. "Lepasing gueee... gue mau pergiiiii!" Berontak Berlian, namun dia ditahan oleh kedua tangan Alwin.
"Sesuai Janji gue..." ujar Alwin sambil mengeluarkan sebuah pisau disaku jaketnya.
"Wiinnn... gila lo Win! Psikopat lo Win!" Bentak Berliana.
"IYA GUE EMANG GILA! KENAPA?!" Bentak Alwin.
Berliana hanya terdiam sambil terisak. Dia tidak tau apa yang akan dilakukan oleh Alwin setelah ini.

Brruuuukkkkk!!!!
"Ber, kamu gak apa-apa kan?" Panik Bobby yang saat itu memukul Alwin dengan sebilah kayu besar hingga Alwin jatuh pingsan. Betapa leganya Berliana saat Bobby datang. Berliana pun langsung memeluk tubuh Bobby. Jantungnya sungguh berdebar. Dia takut kalau Alwin akan menusuknya.
Alwin pun masih sadar. Dengan membawa pisau, Alwin pun mengarahkann pisaunya kearah Bobby daannn...
"Aaarrggghhhh..." Rintih Berliana yang langsung sigap berpindah tempat Belakang Bobby. Dan, benar... Alwin menusuk tubuh Berliana hingga mengekuarkan banyak darah. Bobby yang melihat tertusuk hanya terdiam, Berliana pun jatuh dipelukan Bobby. Sedangkan Alwin lari dan kabur.
Tak lama dari Alwin kabur, Vhivy dan Kiki datang. Betapa kagetnya mereka saat melihat Berliana berlumuran darah, dan Bobby menangis memangku Berliana.
"KI! ELO BAWA MOBIL KAN KI! AYOOO KI! BAWA BERLIANA KI!!!" panik Bobby sambil menggendong tubuh Berlliana.

*****

Sampai dirumah sakit, Vhivy, Bobby dan juga Kiki panik. Panik sepanik-paniknya. Kata dokter, Berliana sangat lemah.
Tak lama dari itu, dokter keluar. "Kalian dipinta masuk oleh Berliana." Ujar dokter membuka masker diwajahnya.
Vhivy, Bobby dan kiki pun masuk. Menghampiri Berliana yang tergeletak lemah, dengan dibantu alat-alat pernafasan dan alat-alat yang lain.
"Ber, maafin aku. Maafin aku Ber. Aku nyesel... maafin aku." Isak Vhivy meminta maaf kepada Berliana.
Berliana tersenyum lemah. "Saahaaabat sejaati tak tak aakan mennnghalangi jalaaanmu, keeeccuuaalli iiaa taau kaau akan kkkecewa." Ucap terakhir Berliana, sebelum...
"BERLIANAAAAAAAA!!!!!" Teriak Vhivy, saat Berliana kembali menutup matanya dan kemudian alat yang disana berbunyi panjang.

*******

Itu kata-kata terakhir yang diucapkan oleh Berliana. Maafin aku. Ber. Cuma itu yang aku bisa katakan. Bodoh. Aku bodoh. Ber, aku akan selaku ingat ber katamu. "Sahabat sejati tidak akan menghalangi jalanmu, kecuaali dia tau kau akan kecewa."
Sudah 2 tahun, aku sama kiki. Dan sudah 2 tahun juga, aku tidak bersama Berliana.

"Aku disini Vhy!" Teriak seorang perempuan menghampiriku yang lagi bersama Kiki.
Itu, itu, itu? Itu Berliana? Sungguh? Aku masih gak percaya!
Berliana berlari kearahku. Aku pun berlari kearah Berliana. Kita saling berpelukan. Yapss... sejak kejadian terakhir itu, Berliana ada niat diobati di Singapore. Katanya peralatan disana lebin canggih. Dan, akhirnya... Berkiana bisa sembuh lagi, dan bisa kumpul lagi sama aku.
Makasih Ber.

-TAMAT-

"Sahabat sejati tidak akan menghalangi jalanmu, kecuali ia tau kau akan kecewa." Quote dari @VhivyD

By admin Mala
Thanks for reading♥

Missing You #CerpenQuote

Tittle: Missing You
Length: One Shoot
Author: @XOwners_Quote



MISSING YOU
#CerpenQuote For @Double_Ridiww23
"Kehilangan membuatku sadar bertapa berharganya hatimu yang mencintaiku dengan tulus"
"Kematian bukan alasan untukku melupakan cintaku padamu begitupun rasa cintamu padaku."


“Happy birthday to me. Happy birthday to me. Happy birtday happy birthday, happy birthday... to Me.” Nyanyi kecil seorang gadis yang kini sedang duduk sendiri disebuah ayunan dihalaman belakang rumahnya. Sambil memegang sebuah kue cupcake kecil dan diatasnya dihiasi sebuah lilin.
Gadis itu memejamkan matanya sambil membuat Wish dihari ulang tahunnya. Setelah gadis itu membuat Wish, dia membuka matanya kembali dan menatap lilin itu, kemudian meniupnya.
“Aku Cuma mau minta satu dihari ulang tahunku ini. Aku mau kamu. Kamu disamping aku lagi. Kamu yang dulu. Yang mencintai aku apa adanya.” Gumam gadis itu sambil menangis.
Malam yang indah, namun tak seindah perasaan gadis itu. Wayan, nama gadis itu. Gadis yang sederhana. Namun menarik. Wayan memiliki seorang kekasih bernama Agoy. sudah hampir 4 tahun mereka berpacaran. Sekiranya 2 bulan lagi mereka merayakan anniv ke 4 tahun. Dihubungan mereka yang hampir 4 tahun, pastinya tidak pernah berjalan dengan mulus. Bahkan 2 bulan belakangan ini, sifat Agoy berubah drastis. Seperti bukan Agoy yang dia kenal. Entah mengapa.
Hanya sendiri Wayan merayakan ulang tahun yang ke 23 tahun. Tak ada seorang pun yang merayakan ulang tahun Wayan. Keluarga, Sahabat, Pacar ataupun Teman. Mungkin ini, karena Keluarga Wayan yang tinggal di Sumedang sedangkan Wayan tinggal di Bogor.
“Terimakaish Tuhan. Aku tetap bersyukur atas 23 tahun ini. Engkau selalu sayang padaku. Terimakasih tuhan.” Gumam Wayan sambil menatap langit malam yang penuh dengan taburan bintang.
Malam itu, Wayan memutuskan untuk pergi mencari hiburan semata. Seperti ingin keliling kota Bogor. Tepatnya di Pemda. Di Pemda malam minggu sepeerti ini pasti ramai. Dengan segera, Wayan mengendarai motor maticnya menuju Pemda.


Sampainya di Pemda, Wayan menitipkan motornya ditempat penitipan motor yang lokasinya tak jauh dari Pemda. Setelah itu, dia menyelusuri Pemda yang jalannya terrruuuuuuuuussss maju. Tak ada belokan sama sekali. Pemda ini, hanya tempat dimana para pedagang pada berkumpul disana. Bukan untuk ngerumpi. Pastinya untuk berdagang.
Disalah satu tempat lesehan, Wayan melihat seseorang yang tak asing dipengelihatan dan diotaknya. Orang itu sedang bermesraan dengan wanita lain. Mereka makan bersama dan juga bercanda-canda. Sungguh. Hati Wayan sangat sakit. Sakit dan sakit melihat pemandangan yang membuat dia meneteskan air matanya.
“Agoy jahat.” Gumamnya lalu pergi menuju tempat parkiran motornya dan segera pulang.

Dalam perjalanan, Wayan terus menangis. Menangis dan menangis. Dia baru tau, kenapa 2 bulan belakangan ini Agoy cuek terhadapnya. Mungkin, karena Agoy bosen padanya? Entahlah... yang jelas, Wayan kecewa. Birthday party yang sangat menyakitkan dalam hidup Wayan.

****

Pagi itu, Wayan sudah bangun dan siap untuk berangkat ke Kampus. Seperti hari-hari yang lainnya. Setiap pagi, Wayan selalu menelfon pacarnya, yaitu Agoy.
“Selamat pagi sayang... jangan lupa mandi, makan, dan ngampus ya. Love you~” Ujar Wayan dalam telefon dengan ceria. Padahal, dalam hatinya dia sangat sakit jika mengingat kejadian tadi malam.
“Pagi. oh iya, kemarin kamu ulang tahun kan? Selamat ulang tahun. Maaf lupa. Dadah...” Ujar Agoy disebrang sana lalu mematikan saluran telfonnya.
Wayan sekali lagi meneteskan air matanya. Lagi dan lagi. Wayan pasrah, dia tidak tau apa yang harus dia lakukan.
“SELAMAT PAGI!!! HAPPY BIRTHDAAYYY!!!” Teriak seorang cowok yang kini berada didepan pintu.
“Hah? Siapa sih?” Tanya Wayan penasaran, karena cowok itu memakai sebuah topeng Spiderman. Cowok itu, berpostur badan tinggi dan badannya berotot, hingga Wayan menebak...
“Agoooyyy...” Ujar Wayan geregetan sambil mencubit perut cowok itu. Cowok itu hanya tertawa, dan kemudian membuka topengnya.
“Haloooooooo...” Sapa lelaki itu heboh lalu memeluk Wayan.
“Lee.” Gumam kaget Wayan mengetahui cowok itu bukan Agoy, melainkan Lee sahabatnya yang baru datang dari Bandung. Wayan melepaskan pelukannya.
“Lee? Ini kamu?” Tanya Wayan yang masih tak percaya Lee ada dihadapannya.
“Iya dong. Kamu kira siapa? Agoy yaahhh? Hahahaha” Tawa Lee puas sambil masuk kedalam rumah Wayan tanpa dipersilahkan. Wayan hanya mengikuti Lee dari belakang kemudian duduk disamping Lee.
“Kamu kapan kesini?” Tanya Wayan mengalihkan pembicaraan.
“Tadi pagi. dan pagi-pagi banget aku kesini. Nungguin kamu buka pintu lamaaaaa banget sumpeeeh.” Jawab Lee heboh. Wayan hanya tertawa kecil.
“Berapa lama disini?” Tanya Wayan.
“Selamanya doonnggg. Aku mau tinggal di Bogor. Aku kangen Bogor. Kangen Pemda. Kangen pas makan sama kamu di Pemda. Kangen sama kenangan yang ada di Bogor. Aku kan udah wisuda tauuuu...” Jawab Lee panjang lebar.
“Hah? Seriuusss.... wwiihh, jahat ih gak ngajak-ngajak aku ke Bandung pas kamu wisudaan. Aku mau liat kamu pake baju wisuda tauuu.” Ambek Wayan.
“Cie ngambek. Gimana kabar kamu sama Agoy?” Tanya Lee.
“Hmm, baik kok.” Dusta Wayan. “Lee, anter aku ke Kampus yuk. Agoy gak bisa nganter. Dia mungkin mau nganter orang lain.” Sambung Wayan menahan sesak dihatinya.
“Okeh deehhh.”

****

Sampainya di Kampus.
“Nanti mau aku jemput lagi, atau gimana?” Tanya Lee masih berada didalam mobil dengan Wayan.
“Nanti deh aku telfon kamu lagi kalau aku perlu jemputan okey. Mungkin kamu hari ini ke supermarket aja, kita masak-masak kayak dulu. Maauuu?” Tawar Wayan.
“Maaau doong. Yaudah gih, masuk kampus. Keburu telat.” Suruh Lee.
“Okey deh. Thanks Lee.” Pamit Wayan sambil keluar dari mobil Lee.

Wayan pun berjalan dikoridor kampus sendiri. Nampak sepi, padahal disekitar kampus amat sangat ramai. Pandangan matanya, tertuju pada seorang lelaki yang bermain gitar sendiri di Taman kampus. Wayan tersenyum. “Agoy.” Gumamnya senang melihat Agoy duduk ditaman sendiri sambil bermain gitar. Wayan pun berniat menghampiri Agoy. namun, tak lama Wayan mengurungkan niatnya menghampiri Agoy saat melihat Agoy dihampiri oleh seorang wanita yang dia lihat semalam berdua dengan Agoy. hancur! Hancur perasaan Wayan. Entah apa yang membuat dia tetap bertahan untuk Agoy. yang jelas, Wayan tulus cintanya dan dia pun rela sakit demi orang yang dia sayang, Agoy.

****

Setelah mata kuliah usai, Wayan telah berada disebuah ruangan kelas. Dia menunggu seseorang. Siapa lagi kalau bukan, Agoy.
“Goy.” Tegur Wayan saat melihat Agoy baru keluar dari ruangan kelasnya. Melihat Wayan memanggil, Agoy menghampiri Wayan dengan wajah jutek.
“Kenapa? Mau jalan? Atau mau apa? Maaf gak bisa. Gue ada urusan. Penting!” Ketus Agoy sambil berjalan mendahului Wayan. Wayan pun ikut berjalan hingga kini menyamakan jalan Agoy.
“Aku mau ngomong sama kamu sebentar Agoy. ditaman. 5 menit gak nyita banyak waktu kan? Please Goy.” Pinta Wayan.
Agoy menghentikan langkahnya. Dilihatnya Wayan yang sangat serius ingin mengajaknya berbicara. Agoy pun mengiyakan ajakan Wayan.

Kini, mereka berdua sedang duduk berdampingan di Taman kampus.
“Goy, kamu bukan yang dulu aku kenal. Bukan yang dulu sayang sama aku. Bukan yang dulu care sama aku. Kamu bukan yang dulu. Kamu berubah, kamu berubah semenjak kenal cewek itu, Diana.” Ujar Wayan to the point.
“Terus, kenapa? Kamu gak suka? Tinggal kamu yang putusin aku aja kok.” Ketus Agoy membuat hati Wayan teriris-iris.
“Gampang kamu ngomong gitu Goy. Kamu kenapa Agoy? Astagaaa... aku sayang sama kamu. Aku tulus sama kamu. Tapi kamu apa? Gak pernah ngerti. Aku punya salah sama kamu? Jelasin, Agoy! jelasin!” Marah Wayan menahan tangisnya.
“Kamu punya salah sama aku! Dan kamu gak pernah intropeksi diri! Iya kan! Kamu gak pernah mikirin perasaan orang lain! Hingga nyawa orang lain hilang! Kamu ngerti WAYAN?! NGERTI!” Bentak Agoy dengan emosi yang tinggi.
Wayan semakin terisak melihat sifat Agoy seperti itu. Sesungguhnya, Wayan tidak mengeri apa yang diucapkan oleh Agoy barusan. Wayan buat salah sama siapa hingga nyawa orang melayang. Wayan bener-bener tidak tahu.
“Kirana. KIRANA SAHABAT GUE! Malam itu, lo ngajak gue jalan kan? Padahal, gue udah punya janji sama Kirana! Lo maksa gue buat jalan! IYA WAYAN!” Bentak Agoy.
“Kapan Goy! KAPAN? DULU YANG PERNAH KAMU BILANG! IYA!!! AKU GAK TAU SOAL SURAT ITU GOY! AKU DIJEBAK SAMA AKAL-AKALAN DIANA! INI SEMUA KARENA DIANA!!!” Bentak Wayan sambil menangis.
“Loh kok nyalahin gue sih? Gue gak tau apa-apa kaliiii...” Ujar Diana tiba-tiba yang datang menghampiri Agoy dan Wayan yang sedang berdua.
“Jangan pernah lo nuduh Diana. Karena Diana sekarang Cewek gue. Dan lo, gue. Selesai! Kita putus.” Ucap Agoy menatap kedua mata Wayan tajam. Kemudian, Agoy dan Diana pergi tanpa menghiraukan Wayan.
“Itu bukan salah gue, Goy. Percaya sama gue...” Isak Wayan sambil terus menangis. Wayan pun kemudian mengambil Hp ditasnya dan menghubungi seseorang.
“Lee, dimana? Bisa kan jemput gue sekarang?” Tanya Wayan dengan nada gemetar.
“Wayan, kamu kenapa? Kamu nangis?” Tanya Lee khawatir disebrang sana.
“Tanyanya nanti aja, kamu jemput aku dulu. Ditaman kampus.” Jawab Wayan kemudian mematikan saluran telfonnya.

******

“Kenapa sih elo masih mempertahankan cowok kayak gitu Yan? Kenapa? Dia berengsek! MANA ORANGNYA! BIAR GUE HAJAR.” Marah Lee melihat sahabatnya dilakukan seperti itu.
“Lee, tenang. Tenang Lee, aku gak apa-apa kok.” Ujar Wayan menenangkan Lee yang terlihat mulai emosi.
Saat itu, Wayan dan juga Lee sudah berada dirumah Wayan. Setelah Lee mengantar Wayan Pulang, Wayan pun bercerita kepada Lee apa yang menimpanya di kampus.
“Aku mau istirahat Lee, kalau kamu mau pulang. Tutup pintu yah.” Ujar Wayan dengan nada gemetar.
“Iya Wayan. Kamu sabar yah...” Lee pun mengecup kening Wayan dengan tulus sebagai sahabat.

****

Bumi berputar dengan cepat, sehingga kini sudah 2 bulan terlewati. Wayan masih juga belum bisa Move On dari orang yang dia sayang, Agoy. saat itu tanggal 18 April. Dimana tepat hari Anniversary hubungan Agoy dan Wayan yang ke 4 tahun. Memang mereka sudah putus tapi... Wayan menganggap itu semua belum berakhir.
Pagi itu, Wayan on the way menuju toko Kue untuk membelu Kue kesukaan Agoy dan merayakan Annivnya bersama Agoy. walau ini terlihat gila. Namun, Wayan tidak peduli. Wayan juga sudah menyiapkan sebuah kado untuk Agoy, yang sudah dikirm melalui Pos. Mungkin Pos itu akan sampai besok pagi.
Sebelum Wayan memasuki toko Kue, Hp Wayan berbunyi. Bunyi panggilan masuk dari nomer tidak dikenal. Wayan pun lalu mengangkat telfon itu.
“Halloo... Wayan. Ini wayan kan?” Tanya orang disebrang sana dengan panik.
“Iya, ini siapa?”
“Ini gue Diana Wayan... kerumah sakit Sekarang Wayan. Kerumah sakit. Agoy kritis. Agoy manggil-manggil nama lo terus Wayan...”
DEG!
Kini, hatinya bagaikan diledakan oleh sebuah BOM ATOM yang sangat dahsyat. Hatinya sakit mendengar Agoy Kritis. Apa yang terjadi? Tanpa berfikir lama, Wayan berlari menuju motor maticnya yang diparkir disebrang jalan, namun... takdir berkehendak lain. Daannnn....

****

Esok pun datang. Hari itu, orang-orang banyak berkumpul disebuah makam. Sebuah gundukan tanah yang baru saja digali. Sebuah kenangan indah pun ikut dikubur bersama orang yang berada didalamnya. Semua menangis. Dan menangis.
Seorang wanita, jongkok sambil memeluk nisan tersebut sambil menangis. Dan cowok satu lagi pun hanya berdiri sambil juga menangis dan membawa sebuah bingkisan kado.
Setelah semua orang pergi, kini tinggal mereka bertiga. Lee, Diana dan... Agoy. yaps, Wayan meninggal karena mengalami kecelakaan saat ingin menyebrang jalan. Sedangkan Agoy kritis karena penyakitnya, yaitu penyakit hati. Awalnya saat dibawa kerumah sakit, Wayan masih bisa melek dan melihat Lee. Namun saat Lee menceritakan penyakit Agoy, Wayan bertekad untuk mendonorkan hatinya kepada Agoy.
Tentang hubungan gelap diana dan Agoy, ini semua bohong. Ini semua sandiwara yang dibuat oleh Agoy, dan juga Diana. Diana hanya sepupunya Agoy. sebenarnya, Agoy mencintai Wayan. Sangaaat mencintai Wayan. Namun, Agoy hanya pesimis kalau Wayan akan membencinya kalau Wayan mengetahui keadaan Agoy yang sebenarnya.
“Goy, ini hadian Anniversary kalian yang ke 4 tahun dari Wayan. Bukan Goy.” Ujar Lee menyerahkan sebuah kotak kepada Agoy. Agoy pun perlahan membuka kotak tersebut diatas makam Wayan. Dilihatnya sebuah kotak musik, berwarna merah bercampur dengan biru langit. Disana ada sebuah foto Wayan dan juga Agoy. Agoy memutar kotak musik itu, kota musik itu mengeluarkan sebuah lagu, lagu kesukaan Wayan dan juga Agoy. kemudian, Agoy mengambil sebuah surat yang berada disana.

To Agoy. Agi ginanjar tersayang.
Goy, kamu harus tau... Kematian bukan alasan untukku melupakan cintaku padamu begitupun rasa cintamu padaku. Sampai kapan pun, aku akan selalu cinta sama kamu. Dan aku yakin, kamu pun begitu sama aku. Goy, maaf jika aku belum bisa menjadi Wayan yang sempurna untuk kamu. Aku hanya Wayan yang lemah. Lemah karena cinta aku kekamu. Wayan yang tidak sempurna. Tapi, cinta aku sempurna Goy. Jaga hatiku ya Goy. Seperti aku menjaga hati kamu.

Semua pun menangis saat Agoy membaca surat terakhir dari Wayan. Surat itu seperti tanda kalau Wayan tidak akan berumur panjang. Agoy menyesali semua perbuatan yang dia lakukan kepada Wayan. Harusnya, Agoy tidak meragukan lagi ketulusan yang ada dihati Wayan. Agoy menyesal.
“Kehilangan membuatku sadar bertapa berharganya hatimu yang mencintaiku dengan tulus, maafin aku Wayan. Aku juga cinta sama kamu. Aku sayang sama kamu...” Isak Agoy sambil menangis dan memeluk nisan Wayan.
“Ku ingin kamu, hanya dirimu... disisiku..
Tanpa dirimu, aku tak tau... siapa diriku..
I miss you Wayan, i miss you Wayan... I miss you Wayan...
I missing youu...” Nyanyi Agoy sambil meneteskan air matanya.

***TAMAT****

Intinya, jangan pernah kamu sia-siain orang yang sayang sama kamu yah. Karena dia, yang bisa menyayangi kamu dengan tulus. Okey.

By: admin Mala
Quote by: @Double_Ridiww23

Single Dan Jomblo Terhormat #CerpenQuote

Tittle: Single dan Jomblo Terhormat
Length: One Shoot
Author: @XOwners_Quote



Single dan Jomblo terhormat.
#CerpenQuote For @soniamn_

“Son, Itu Agoy nyariin lo tuh.” Tergur Teman sekampus Sonia. Sonia yang saat itu sedang mengobrol dengan Raisa, terpaksa harus menghampiri Agoy yang sudah menunggunya didepan ruangan.
“Kenapa goy?” Tanya Sonia yang sudah menghadap dengan Agoy didepan ruangan.
“Ikut aku Son.” Agoy menarik tangan Sonia menuju taman kampus.

Sampainya mereka di Taman kampus, mereka duduk berdampingan tanpa ada sepatah katapun. Agoy yang terlihat gugup, rasanya takut bicara kepada Sonia. Sedangkan, Sonia hanya memasang wajah Bete.
“Apaan sih goy? Diem aja. Lo yang bawa gue kesini ngomong dong. Ih!” Marah Sonia yang membuka pembicaraan pertama kali.
“Mmm, gue jadi bingung mau ngomong apaan. Tapi, sebentar yah.” Ujar Agoy sambil mengeluarkan sesuatu dari saku jaketnya. “Ini, buat kamu.” Ujarnya lagi sambil mengeluarkan sebuah kotak kecil berbentuk hati dan berwarna merah muda.
“Apa ini?” Tanya Sonia sambil mengambil kotak pemberian dari Agoy.
“Buka aja. Atau sini, biar aku yang pakeein.” Jawab Agoy sambil mengambil kotak itu lagi. Saat dibuka, Sonia melihat sebuah kalung berbentuk hati. Mmm, seperti Liontin. Liontin itu sudah diukir sebuah nama Sonia Love Agoy. Saat Agoy mengambil kalung itu, dia pun langsung memakaikannya dileher Sonia.
“Cantik kan? Suka gak?” Tanya Agoy sesudah memasangkan Liontin itu dileher Sonia. Sonia sedikit takjub, melihat Agoy seperti ini. Romantis, sedikit sih.
“Makasih Goy.” Ujar Sonia terharu langsung memeluk tubuh kekar Agoy.
Sebenarnya, Sonia dan Agoy ini sepasang kekasih yang baru berjalan selama hampir 1 tahun. Mereka selalu ada masalah. Itu karena sifat keras kepala dari Sonia. Sonia selalu memaksa untuk Agoy Romantis. Padahal, tau sendiri Agoy dikenal sebagai mahasiswa yang paling cuek, dingin disatu kampus. Dan sangat beruntung saat Sonia mendapatkan Agoy. Semua wanita, pada iri dengan Sonia.
“Tumben.” Gumam Sonia dalam pelukan Agoy.
“Tumben apa?” Tanya Agoy sambil melepaskan pelukan Sonia dan menatap kedua mata Sonia.
“Tumben bisa Romantis. Belajar dari siapa?” Jawab Sonia sambil mesem-mesem dan memegangi Liontin pemberian dari Agoy.
“Dari cinta aku sama kamu. Hahahha” Gombal Agoy. Sonia pun tertawa geli melihat Agoy bisa gombal. Sungguh, Agoy berubah. Setau Sonia, Agoy ini tidak bisa yang namanya gombal. Mungkin, semenjak mereka marahan selama 1 minggu, Agoy mempelajari itu semua demi Sonia. Dan itu, Menakjubkan!
“Son, aku mau ajak kamu ke Cafe biasa. Mau gak?” Tanya Agoy.
“Why not?”
“Hahahaha oke deh. Aku jemput kamu jam 7 malem, jangan kebanyakan dandan okey.” Ujar Agoy mencubit pelan hidung mancung Sonia.

*****

“Goy, ini dimana sih?” Gumam Sonia penasaran.
Malam itu, Sonia dan Agoy sedang berada disebuah rumah. Rumah yang tak besar, dan rumah yang tak kecil. Yaaa, sederhana. Rumah itu penuh dengan tataan bunga Mawar merah. Bunga itu, termaksud bunga favorite Sonia. Niatnya pun, Agoy memberikan Suprise untuk Sonia sambil menutup kedua mata Sonia.
“Coba Buka mata kamu.” Perintah Agoy sambil melepaskan ikatan dimata Sonia.
“Woowww...” Takjub Sonia saat melihat semua ini. Ini sebuah ruangan, ruangan seperti rumah. Entah dimana itu Sonia tidak mengetahuinya. Yang jelas, Sonia sangat takjub dengan semua ini. Sebuah ruangan yang tak besar dan tak kecil. Sebuah ruangan tersedia meja makan, khusus untuk berdua. Sebuah ruangan yang berwalpapper bunga Mawar merah dan ada banyak Mawar merah yang dipajang sekeliling tembok.
“Duduk disana yuk.” Ajak Agoy sambil meraih tangan Sonia. Sonia pun menganggukan kepalanya sambil terus menerus tersenyum haru kerah Agoy.

“Kamu suka?” Tanya Agoy saat mereka sudah duduk berhadapan dimeja makan.
“Suka banget Goy. Ini apaan sih? Kamu ngerencanain ini semua sejak kapan?” Tanya Sonia masih takjub.
“Selama kita marahan. Tau gak sih kamu, aku selalu mikirin kamu terus tau. Ditelfon gak dibales, BBM gak di angkat. Gimana sih?” Jawab Agoy bercanda.
Sonia terkekeh melihat Agoy seperti itu. “Kebalik Goy. BBM Dibaca, telfon diangkat. Hahaha. Lagian kamu sih buat aku kesel mulu. By the way... makasih ya Goy. Maaf banget kalau aku selalu marah-marah gak jelas sama kamu, maaf akuuu...”
“Semua yang kamu lakukan sama aku, salah atau benar udah aku maafin Son. Kamu terbnaik untuk aku. Malah, aku mau bilang terimakasih, kamu udah mau jadi pacar aku.” Selak Agoy memotong pembicaraan Sonia sambil meletakan jari telunjuknya dibibir Sonia.
Sonia tersenyum, sungguh bahagia sekali tuhan menganugrahkannya kekasih sebaik Agoy. Sungguh, Sonia menyesal karena selama mereka berpacaran selalu Sonia yang keras kepala. Dan selalu Agoy yang meminta Maaf.
“Oh iya, besok Anniv kita loh Goy. Kamu inget kan?” Tanya Sonia.
“Inget dooong. Anniv ke 1 tahun kan? Tanggal 17 Mei.” Jawab Agoy.
“Yes, ada rencana kemana nih kita? Aku mau seharian penuh sama kamu. Jadi, kamu besok harus jemput aku jaaammm...”
“Ssssttt... aku udah nyiapin semuanya Son, dari jemput kamu jam 5 pagi. Olahraga bareng, sarapan bareng. Jalan-jalan bareng. Seneng-seneng bareng. Lunch bareng. Dinner bareng, daaan lain-lain. Tunggu besok aja okey.” Ujar Agoy kembali memotong pembicaraan Sonia.
Sonia tersenyum, “Oke deh.”

*****
Pagi-pagi sekali, sesuai Janji Agoy menjemput Sonia pukul 5 pagi. Mereka pun langsung capcus ketempat yang sudah disiapkan oleh Agoy. Yaaa, sederhana sih, mereka hanya ke Ancol pagi-pagi sekali. Dimana, di Ancol masih sangat sepi. Mereka di Ancol dari Ancol masih sepi, hingga Ancol sampai Ramai.
Seharian penuh mereka disana.Sarapan, jalan-jalan bareng, lunch, tertawa, dll. Tapi... entah mengapa, Sonia masih juga kurang puas dengan apa yang sudah Agoy berikan.
Hingga saat mereka sedang menuju jalan pulang, Sonia memasang wajah bete. Bete sebete betenya. “Son kamu kenapa sih? Gak enjoy gitu?” Tanya Agoy melirik kearah Sonia yang saat itu dia asik BBMan tanpa memperdulikan ada Agoy disampingnya.
“Masalah buat kamu?” Jawab Sonia ketus.
“Son, aku salah apa lagi sih? Jelasin sama aku. Aku cape selalu kamu giniin terus. Gak pernah aku tau kamu marah kenapa. Selalu aku yang ngertiin kamu. Tapi kamu, pernah gak ngertiin aku sedikit?” Kesal Agoy dengan nada yang masih ditahan-tahan.
“Oh, kamu cape sama aku? Emang aku kita aku gak cape sama kamu. Kamu tuh selalu buat aku kesel Goy. Gak pernah peka. Dimana-mana tuh orang pacaran kalau anniv, pasti saling kasih kado. Khususnya kamu! Kamu mana? Gak kasih hadian untuk aku.” Marah Sonia.
“Ooh, masalah kado. Son, gak cukup untuk kita jalan-jalan seharian? Lagian Liontin dari aku kemarin lusa tuh mewakili hadiah aku sekarang Son. Kamu ngerti dong. Emangnya kamu punya hadian untuk aku?”
“Punya Goy. Tunggu!” Kesalnya sambil merogoh-rogoh tasnya. “Inih! Aku beliin kamu album. Ini album, isinya foto-foto kita semua. Dari kita pertama ketemu, kenal, kamu nembak aku, kita narsis-narisan dan lain-lain Goy.” Ujarnya sambil memberikan sebuah buku album berwanra Biru langit.
“Son, udah dooong jangan marah terus. Cuma masalah sepele kamu marah sama aku. Please Son, ngertiin aku sekali aja. Setelah itu, kamu terserah mau ngapain. Aku gak butuh album itu. Yang butuh kamu. Karena aku selalu kenang kamu sampai aku mati. Dan kalau aku mati, kamu akan kenang aku dengan lihat album itu Son. Udah doongg.” Bujuk Agoy sambil mengelus-ngelus rambut Sonia.
“Aku mau turun disini.” Ketus Sonia.
“Gak son, aku gak akan biarin. Aku gak akan biarin kamu jalan sendiri malem-malem.” Tolak Agoy.
“Aku bisa naik taksi. Aku bilang berhenti!”
Agoy pun tak menggubris permintaan Sonia. Dia terus melajukan mobilnya dengan kecepatan penuh.
“Kalau kamu gak berhenti, aku loncat.” Ancam Sonia.
“Gak bisa son. Pintunya aku kunci otomatis.” Jawab Agoy dingin.
Sonia tak tinggal diam, dia pun mencari-cari tombol untuk membuka pintu mobil kearah Agoy. Agoy yang merasa terganggu menyingkirkan tangannya Sonia. Hingga mobil Agoy pun lepas kendali. “AAAGGGGOOOYYYYY!!!!” Teriak Sonia melihat kedepan. Daaannn....
****
Dirumah sakit Pelita Jaya, sebuah mobil Ambulance tiba-tiba berhenti didepan pintu masuk rumah sakit itu. Dengan terburu-buru berberapa suster menghampiri mobil itu dan membantu 2 korban yang kecelakaan. 2 korban kecelakaan itu berlumuran darah. Yaps, mereka adalah Agoy dan Sonia.
Saat Agoy sedang dibawa oleh berberapa Suster dengan kasur dorong, seketika Agoy bangun dari pingsannya. Lemah. Memang sangat lemah saat itu keadaan Agoy.
“Sus, sseebeenntar.” Gumam Agoy pelan. Suster yang mendengar ucapan Agoy langsung memberhentikan kasur tersebut, begitu juga dengan suster yang membawa Sonia. Agoy pun menoleh kearah Sonia yang berada disamping kirinya. Dilihat, Bidadari kesayangannya sedang lemah. Berlumurkan darah. Agoy tersenyum kecil. Kemudian Agoy mengeluarkan sebuah Kotak berukuran Sedang dan menaruhnya ditangan Sonia.
“Jaaagggaaa diiiirrrrii kkaammuuu baaik-baaik Saaayaang.” Ucapan terakhir Agoy, sebelum dia kembali pingsan.

****

Pagi itu Sonia sudah sadarkan diri dari masa kritisnya semalam. Pagi itu, dia hanya duduk dikasur rumah sakitnya sambil memegang sebuah kotak berukuran sedang yang kata suster, kotak itu pemberian dari pacarnya. Sampai saat ini, Sonia masih belum berani untuk membuka kotak itu. Dia hany terdiam. Dan diam.
“Son, Makan Son.” Tergur salah satu teman Sonia yang baru saja datang membawa makanan, Raisa.
Sonia hanya melirik sebentar kearah Raisa kemudian memfokuskan pandangan matanya kearah kotak itu. Rasia dengan langkah getir menghampiri Sonia sambil memeluk tubuh Sonia. “Son, Ayo kita kemakam Agoy.” Isak Raisa sambil memeluk Sonia.
“Enggak! Aku gak mau! Agoy belum meninggal. Aku yakin beluummm!” Tangis Sonia kini pecah saat mengetahui kekasihnya kini sudah meninggal. Kejadian tadi malam, sungguh dia sangat menyesal. Seandainyaaa.. aah, tidak kuat untuk Sonia mengingat kejadian tadi malam yang membuat dia kehilangan kekasihnya itu. Perlahan Sonia melihat kotak itu lagi. Dia berusaha sekuat tenaga buat membuka kotak itu, perlahan namun pasti dia membuka kotak itu. Terlihat sebuah Cincin yang sangat indah. Disana juga terdapat sebuah surat, dengan segera Sonia membaca surat itu.
‘Hallooo sayangg... selamat pagi! bagaimana kabar kamu? Baik yah, jangan sakit-sakit dong, ceepet sembuh. Aku gak mau lihat kamu sakit. Sayang, maaf aku bikin kejutan ini. Aku Cuma mau bilaaannnggggggg..... WILL YOU MARRY ME???’
“AGOOYYYYYYYYY...” Teriak Sonia terisak.
Sungguh, hatinya sangat teriris-iris melihat surat itu. Dia menyesal, menyesal dan menyesal. Sonia hanya bisa menangis kencang. Menangis dan menangis. Sedangkan Raisa, setia memeluk tubuh sahabatnya untuk menenangi sahabatnya itu. Dalam pelukan Raisa, dia memakai Cincin pemberian dari Agoy, dan berkata. “I Will Goy. I Willlllll...” Isak Sonia sambil mencium-cium pemberian Cincin dari Agoy.

****

Sudah 2 tahun kejadian itu berlalu. Namun, sampai sekarang Sonia masih belum bisa mencari pengganti Agoy. Pagi itu, Sonia menghampiri makam Agoy. Setiap hari, seperti 2 tahun ini. Setiap pagi, Sonia selalu menghampiri makam Agoy sambil memberikan setangkai mawar merah diatas makam Agoy. Sonia menangis, menangis dan menangis.
“Terkadang, manusia lebuih menghargai sesuatu yang sudah tak menjadi miliknya lagi, dan menginginkannya kembali.” Ujar seseorang sambil datang menghampiri Sonia. dia adalah...
“Iras...” Gumam kaget sonia melihat Iras datang menghampiri Sonia. Iras adalah sahabat dekat Agoy yang selama ini tinggal di Amerika untuk melanjutkan kuliah S2 nya.
“Gue baru sempet jenguk Agoy. bodoh banget gue, tapi.... peraturan diasrama gue sih gitu. Pertama dengan Agoy meninggal. Gue kaget.” Ujar Iras sambil jongkok dihadapan makam Agoy.
“Son, gue tau banget masalah elo. Son, jangan nangis terus. Agoy bakal sedih ngeliat lo nangis. Son, manusia memang gak pernah bersyukur yah. Termaksud elo Son. Bukan gue nnyalahin elo karena kepergian Agoy. tapi... seandainya lo bisa menghargai sesuatu yang jai milik elo, mungkin Agoy bisa pergi sambil merasakan bahagia.” Ujar Iras pajang lebar.
“Gue nyesel Ras. Gue nyeseel...” Isak Sonia.
“Gak ada gunanya kita menyesali perbuatan yang kita buat dimasa lalu Son. Berubah itu jalannya. Gue stay disini selama 1 minggu. Kalau elo butuh temen curhat, kerumah gue aja. Gue harus buru-buru. See you Son.” Pamit Iras meninggalkan Sonia sendiri dimakam Agoy.

*****

‘Gue ngejomblo. Yaah, gue ngejomblo karena ditinggal pergi sama Agoy. sedih banget. Kenapa sih anak-anak dikampus gak punya perasaan. Dia selalu ngeledekin gue jomblo. Apa yang salah dengan jomblo. Gak berdosa ini kan. Gue kesel. Bukannya mereka support gue atas kepergian Agoy, tapi mereka hanya ngeledekin gue. Cuma Raisa yang support gue. Dan Iras.’ Curhat Sonia didalam buku catatanya ini. Saat itu, dia sedang menulis sebuah Diary dikamarnya.
“Kenapa yang salah sama jomblo hah? Lagian, gue rasa gue gak jomblo kok. Masih ada Agoy dihati gue. Dan Agooy, Agoy ngelamar gue. Hikksss...” Sedih Sonia sambil melihat jari manisnya yang melingkar sebuah Cincin cantik pemberian dari Agoy.
“Jomblo terhormat Kok Son. Jangan pernah elo itu dengerin kata anak-anak yang ngecap elo sebagai Jomblo. Gue aja yang single dari dulu gak masalah. Jomblo sama single sama aja sih menurut gue. Sama-sama gak punya pasangan.” Kata Raisa yang tiba-tiba dateng ke kamar Sonia.
“Tapi, bukannya elo selalu kesepian ya?” Tanya Sonia.
“Hahahahaha. Single bukan berarti kesepian. Tetapi kuat untuk menghandel apa yang ada pada diri kita.” Jawab Raisa Bijak.
“Tapi itu Single. Bukan Jomblo. Single itu orang yang gak pernah pacaran sama sekali. Sedangkan jomblo Pacaran yang gagal.” Sungut Sonia.
“Kata siapa kamu gagal? Kamu kurang beruntung aja. Lagian itu takdir kok. Udah yuk aahh keluaarrr... kita Happyyy!!!” Ajak Raisa menarik tangan Sonia.
“Bener kata Iras dan bener kata Raisa. Terkadang, manusia lebuih menghargai sesuatu yang sudah tak menjadi miliknya lagi, dan menginginkannya kembali, gue dulu gak menghargai Agoy. dan sekarang, setelah dia pergi gue malah minta Agoy kembali. Memang, itu pelajaran terbesar gue. Kalau kata Raisa, Single bukan berarti kesepian. Tetapi kuat untuk menghandel apa yang ada pada diri kita... hmm, gak bisa komentar apa-apa deh dari kata-kata itu. Intinya, Jomblo Terhormat kok. Hihihi... selamat jalan Agoy. makasih selama ini kamu selalu jadi pacar terbaik untuk aku. Dan maaf, aku belum bisa jadi pacar terbaik untuk kamu.” Gumam Sonia dalam hati sambil tersenyum.
“SINGLE DAN JOMBLO TERHORMAT!!!” Teriak Sonia tiba-tiba sambil beridiri diatas mobil pick up terbukanya.

***TAMAT***
By: Admin Mala.
Quote by: @Soniacclia_