Rabu, 19 Juni 2013

Aku Juga Ingin Bahagia #CerpenQuote

Tittle: Aku Juga Ingin Bahagia
Length: One Shoot
Author: @XOwners_Quote



#CerpenQuote for @Ammy_Marina


♥ Aku juga ingin Bahagia♥
Banyak orang yang menilai aku sebagai perempuan yang sangat berangasan, bandel, liar, jutek, galak, cuek, egois dan semua yang buruk dilontarkan kepadaku.
Entah mengapa mereka menilaiku seperti itu, mungkin... karena keejadian waktu aku masih berumur 6 tahun, sekitar 15 tahun yang lalu. Kejadian 15 tahun yang lalu akan selamanya menjadi kenangan terpahit dalam hidup aku. Bagaimana tidak? Itu semua karena orang tua aku. Mereka cerai hingga akhirnya mereka pisah. Sebelum mereka bercerai, mereka selalu bertengkar. Aku sedih saat melihat mereka bertengkar. Saat mereka bertengkar, mereka selalu bilang kalau mendingan mereka gak nikah hingga akhirnya mempunyai anak seperti aku. Mendengar ucapan mereka seperti itu, aku yang masih kecil udah bisa mencerna apa yang mereka katakan. Sakit, sedih, benci, marah. Kenapa mereka harus mengatakan itu didepan aku? Hingga saat mereka pisah, mereka berebut ingin merawat aku. Namun aku menolak. Aku lebih baik tinggal sendiri dirumah itu dengan Bibi.
Broken Home, itu yang aku alamin waktu masih berumur 6 tahun. Tidak ada yang tau keadaan aku, sahabat pun mereka gak tau. Emmm, karena juga aku tidak punya sahabat, karena di kampus aku gak pernah yang namanya ber sosialisasi dengan yang lain.
Hingga Cinta. Aku juga gak pernah yang namanya ngerasain Cinta. Pengalaman kedua orang tua aku, menjadi pelajaran terbesar bagiku untuk menilai yang namanya Cinta. Selain karena lelaki gak ada yang mau mendekatiku, yaaaa... gitu deh. Tapi... hati kecilku berkata, aku juga mau ngerasain itu semua. Kasih sayang orang tua, punya sahabat, dan Cinta. Aku Juga ingin Bahagia.

*****

Seperti biasa, malam itu hanya sebatas pemandangan langit malam yang sangat sederhana. Tidak ada bintang, dan tidak ada bulan. Aku jarang melihat kedua sejoli itu. Walau kadang aku hanya melihat bulan saja, atau aku hanya melihat bintang saja. Aku ingin melihat bulan dan bintang berdua dilangit. Melihat aku yang berada dibawah sini. Sama, seperti kedua orang tuaku.
Aku jarang melihat mereka berdua. Bahkan hampir tidak pernah. Sekalinya aku melihat mereka, aku hanya melihat papa atau mama. Aku merindukan mereka berdua, mengawasiku yang sedang tumbuh menjadi gadis yang seperti lainnya.

"Non, makan malem non. Bibi udah siapin nasi goreng. Masih anget loh non." Kata Bi Inah sambil menghampiriku yang saat itu aku sedang berada diatas balkon rumahku.
"Iya bi." Jawabku singkat yang kemudian turun kebawah untuk makan diruang makan.
Selama papa dan mama pisah, aku hanya ditemani oleh bibi seorang. Bibi seorang janda tua. Dia janda karena dia sudah ditinggal suaminya karena meninggal. Bibi juga tidak punya satupun orang anak. Maka dari itu, bibi sudah menganggapku sebagai anaknya sendiri. Begitu pun denganku, aku menganggap bibi sebagai ibu kedua bagiku.
"Non, tadi siang Bibi dapet telefon dari kampus eNon. Katanya eNon buat ulah lagi ya?" Tegur Bibi saat sedang makan.
"Bi, maaf bi. Aku lagi gak mau bahas itu dulu." Jawabku bete. "Selalu itu yang eNon bilang. Enon gak mau bahas itu terus. Non, sadar gak non, kalau eNon tuh udah sering buat kesalan terus. Dari SD, SMP, SMA, kapan enon berubah?" Tanya bibi yang sepertinya sedikit emosi, namun ditahan.
"Sampai aku bisa ngerasain bahagia Bi." Jawabku sambil menahan sakit dikerongkonganku. Bahkan ingin bicara aku aku ngerasa sesak. Sakit. Hatiku pun juga seperti itu. Aku berdiri dari meja makan dan langsung pergi kekamar atas.
"Non, bibi bukan orang tua enon yang sampai kapan pun gak bisa menggantikan mereka." Gumam bibi sambil melihatku dengan tatapan iba.

****

Pagi datang dengan cepat. Seperti biasa, aku harus bersiap-siap untuk kembali berangkat ke kampus.
Aku turun dari tangga dengan langkah yang sangat santai. Dengan pakaian kaos biasa yang didouble dengan jaket levis berwarna biru, juga celana levis hitam dan tas yang setia aku gemblok dibelakang, dengan tataan rambut yang selalu dikuncir kuda dan dihiasi oleh topi biasa.
"Bi, aku langsung berangkat yah. Aku telat kayaknya." Kataku santai sambil meminum segelas susu.
"Non kalau terlambat buruan dong jangan nyantai gitu." Tegur bibi.
"Biarin. Dadah bi..." Pamit ku sambil mencium kedua pipi bibi.

****

"Kamu terlambat lagi Ammy?" Tegur dosen yang saat itu sedang menghantui ruang kelasku. Bagaimana tidak, dia adalah dosen tergalak dikampus. Aku lihat wajah anak-anak dikelasku, nampak sangat bete dengan dosen satu ini.
"Iya bu." Jawabku singkat tanpa merasa bersalah sedikit pun. "Terus, kamu ngapain masih ada disini?" Tanya dosen itu dengan ketus.
"Yaaa, mau kuliah dong bu. Tapi, kalau gak diizini, dan disuruh keluar, gak apa-apa sih. Jadi, ibu milih apa?" Tanyaku dengan santai.
Anak-anak dikelasku hanya tertawa melihat aku bertanya dengan dosen.
"KELUAR KAMU!!!" Bentak dosen itu sambil marah. Aku hanya mengkat kedua bahu dan kemudian pergi.


Habis diusir dari dosen, aku memutuskan berlibur dikantin. Lumayan, memang karena aku udah gak niat banget buat kuliah. Hmmm...
"Hey Ammy." Sapa seorang perempuan sambil meneprok bahuku dan kemudian duduk disampingku. Dia adalaaaah, Manda.
"Hmm"
"Mau temenin aku ke toko buku gak?" Tanya manda dengan santai dan sok akrab. Hahhhhh!? Toko buku? Kenapa dia ngajak gue? Gue sama dia gak pernah yang namanya kenal deket. Dia aja mahasiswi baru kok diruangn gue. Oiya, by the way.... gimana dia bisa keluar dari ruangan selama masih dihantui oleh dosen galak?
"Kenapa lo ngajak gue. Emang gue siapa lo... gue aja gak pernah kenal deket sama lo kok." Jawab aku ketus sambil meminum es jeruk yang ada dihadapanku.
"Karena itu, aku mau deket sama kamu." Jawab Manda tersenyum manis.
"Hahhhh?!"
"Eemmm, maksudnya deket sebagai teman. Atau, sahabat." Ucap Manda sambil tersenyum penuh makna.
Entah apa yang ada difikiran Manda, hanya dia serorang yang bilang seperti itu sama aku. Dulu, pernah aku mau ngajak temen besahabat. Tapi, dia malah nangis. Aku sih cuma bilang sama temen aku dulu
"Mau gak sahabatan sama aku? Mau yaahhh.. mau, kalau enggak nanti gue bunuh looo! HARUS MAU!!! ATAU ENGGAK! AKU SELALU JAILIN KAMUUU!" Itu yang aku bilang. Kenapa? Emang salah? Yaaahh, namanya juga jaman SD.
"Gue bingung sama lo. Semua orang berusaha untuk ngejauhin gue. Sedangkan elo, pertama masuk kekampus ini, lo tuh selalu deketin gue. Kenapa sih? Lo gak suka kan sama gue?" Tanyaku dengan sedikit berbisik dan takut. Yaaa, takut aja gitu kalau Manda suka sama gue gimana? Enggaaaaakkkkkkk!
"Hahahaha enggak lah." Manda tertawa kencang. Buset... cewek cantik kalau ketawa gede banget ya? Seisi kantin sampe ngeliatin gue sama Manda seorang. "Seirus, aku mau berteman sama kamu. Kalau dibolehin banget, kita jadi sahabat." Lanjut Manda sambil bicara serius.
"Untuk jadi sahabat enggak dulu ya. Kita temen biasa aja. Yaudah, mau kapan kita ke toko buku?" Tanya aku yang udah bisa menerima Manda sebagai temen. Yyeeeeee...
"Sekarang aja... mau gak?" Ajak Manda.
"Serius sekarang? Mau cabut dong kita? Enggak ah. Gak berani. Semales-malesnya gue buat ngampus, kalau udah sampai disini gak mau cabut. Gue juga mau jadi sarjanah loohhh..." Ujarku panjang lebar dengan ketakutan, yaa entah apa yang membuat aku takut sama yang namanya cabut. Sebandel-bandelnya gue, gue gak mau yang namanya Cabut!
"Hahahaha... biasa aja doong, liat deh kamu ngomong kayak gitu lalet pada berbondong-bondong mau masuk kemulut kamu. Hahahaha" Ledek Manda.
Aku pun menutup mulut. "Enggak ah." Jawabku polos. Sekali lagi, atau lebih si Manda tertawa karena aku. Hmmm, seru juga yah kalau berteman. Atau, mungkin lebih seru bersahabat. Hanya, yang bilang, sahabat itu dapat menerima kekurangan dan kelebihan dari masing-masing sahabat. Sahabat gak pernah malu karena kekurangan sahabatnya. Sahabat itu saling melengkapi. Kemudian, aku berfikir ke aku dan Manda. Manda tau kekurangan aku, tapi dia gak pernah malu. Aku sama Manda itu bagaikan langit dan Bumi. Manda orangnya feminim, sedangkan aku tomboy. Kalau kata Manda, kita itu saling melengkapi. Seperti kekurangan Manda lainnya, yaitu telmi, tapi... aku biasa aja kok. Gak pernah ngeluh. Dan kalau Manda ketawa, gede banget. Yaaa.. aku juga biasa aja. Apa mungkin aku sama Manda itu jodoh? Emmm, jodoh untuk jadi sahabat maksudnya.



Udah 3 bulan lebih aku sama Manda selalu main bareng. Dari Manda main kerumah aku, aku main kerumah dia. Kita saling curhat. Tapi... yang selalu curhat selalu Manda. Curhat tentang cowok. Hahahaha
Dikamar Manda itu... dekorasinya sangaaaat feminim. Dengan walpeper kamarnya yang berwarna pink, yaaa pasti, perempuan feminim itu gak jauh dari warnah pink, atau enggak ungu.
"Satu pertanyaan saat kita selalu bareng, kamu gak malu jalan sama aku Man? Gak malu berteman sama aku Man?" Tanyaku dengan posisi yang sedang diatas ranjang Manda sambil tiduran.
Manda menoleh kearah aku sebentar, kemudian dia tersenyum. "Kenapa harus malu? Karna kamu gitu? Ammy, aku udah bilang berkali-kali sama kamu, kenapa aku harus malu dengan kekurangan kamu? Aku melihat kau dari kelebihan kamu kok, dan menutupi semua kekurangan kamu dengan kelebihan aku. Begitupun dengan kamu My." Jawab Manda panjang lebar. Takjub denger jawaban dari Manda, dia gak pernah yang namanya nunjukin rasa malu, kesal, benci atau segala macam saat dia jalan sama aku. Malah bahkan happy. Sama kayak aku, seenggaknya aku bisa ngerasaain itu semua walau tanpa punya kasih sayang dari orang tua.
"By the way... kamu gak pernah ceritain orang tua kamu My, kemana dia? Setiap aku main kerumah kamu, kamu bilang mereka sibuk. Cerita dong tentang mereka." Ujar Manda polos.
Duuuhhh... Manda tau aja sih yang ada difikiran aku. Orang tua. Hahaha... sehati pisan euy.
Aku diam, ingin rasanya aku menangis sekencang-kencangnya. Mengetahui aku diam beribu bahasa, Manda dateng menghampiriku.
"Mereka itu, sempurna. Tapi sayangnya... mereka udah gak ada." Jawabku dengan nada bergetar.
"Duuuh, maaf My. Aku gak maksud..." Ujar Manda menggantung perkataanya dengan rasa yang bersalah.
"Aku pulang dulu yah.... besok kita ketemu dikampus." Ujarku sambil bangun dari ranjangnya Manda dan kemudian pergi.
"Ammy..." Panggil Manda saat aku masih didepan pintu kamar Manda.
"Kapan-kapan harus cerita."
Aku tertegun. Aku cuma menoleh kearah Manda dan menganggukkan kepala.
"Memang, suatu saat aku harus cerita."

****

Hari esok pun datang.
Seperti biasa, Manda selalu nyamper kerumah aku. Dan selalu, saat itu aku baru mandi. Yaaaa, begitulah. Tapi, Manda selalu sabar.
Manda saat itu cuma keliling ruang keluarga sambil melihat foto-foto yang ada disana. Hanya ada foto aku selama aku dewasa. Bertujuan biar aku bisa mengenang, aku juga bisa besar tanpa kasih sayang orang tua kok.

Namuuunn, seketika Manda melihat sebuah bingkai besar yang masih terpajang disana. Sebuah bingkai foto keluarga Ammy. Saat itu, aku masih kecil. Masih berumur 3 tahun. Muka Ammy polos. Ammy juga pakai baju rok. Fikir Manda.
"Non Manda, ngapain?" Tegur Bibi mengagetkan Manda.
"Ehh, bibi ngagetin aja sih. Orang tua Ammy udah gak ada sejak kapan bi?" Tanya Manda.
Bibi sedikit kaget dengar perkataan Manda. "Looh, orang tuanya Non Ammy masih ada kok. Cuma, non Ammy udah pisah dari orang tuanya sejak Ammy umur 6 tahun non. Sedih deh liat perkembangan non Ammy dari masa ke masa. Non Manda ini, temen pertamanya Non Ammy loh." Jelas bibi dengan panjang lebar.
"Mandaaaaa.... aku udah siap. Aku bawa roti. Kita makan dikantin aja yukk..." Teriak Ammy dari ruang makan.
"Iyaaa sebentaarrrr..." Balas Manda sambil berteriak. "Makasih bi. Kalau gitu, aku pergi dulu ya." Pamit Manda sambil salim kepada bibi.

****

Dikampus, Manda cuma diam. Entah mengapa. Aku juga ikut diam dengan perubahan sikap Manda yang membingungkan.
"Man, inget cowok yang namanya Nicky gak?" Tanya Ammy membuka pembicaraan.
"Inget. Emangnya kenapa?"
"Aku kemarin ketemu sama dia. Dia aneh banget sumpeh. Itu cowok, satu-satunya cowok yang deketin akuuu...iyeeuuhhh, jijikkkk..."


2 minggu yang lalu, ada mahasiswa baru namanya Nicky. Nama panjangnya Antonius Nicky Riyant. Dari pertama ketemu, dia emang aneh. Emang sih dia cakep, ganteng cool... cewek-cewek dikampus aja pada naksir sama Nicky. Kecuali aku sih.
"Hahaha aneh kenapa?" Tanya Manda.
"Dia bilang, mau ngajakin aku ngedate malam minggu, sambil satnite. Maksud ngedate apa sih? Satnite juga apa?" Tanya Ammy polos.
"Hahahaha itu, artinya Nicky mau kencan sama kamu. Udaaahhh, mau ajaa... emmm,Nicky!" Teriak Manda sambil memanggil Nicky yang sedang jalan sendiri. Dengan sigap, Nicky langsung menghampiri Manda dan Ammy.
"Hey Man. Oh hay Ammyy..." Sapa Nicky sok kenal.
"Oh hay..." Jawab Ammy singkat.
"Nick, bener kamu ngajakin ngedate si Ammy?" Tanya Manda to the point.
"Manda.." Ammy yang merasa namanya disebut itu, dengan refleks menginjak kaki Manda karena gugup. Nicky yang mengetahui Ammy menjadi gugup hanya tersenyum geli melihat tingkah Ammy.
"Iya hehehe... My, pokoknya kamu aku jemput jam 7 malem, okey." Jawab Nicky sambil mencolek dagu Ammy iseng. Seketika, pipi Ammy pun merah padam. Baru kali ini aku dicolek oleh seorang lelaki, yaitu Nicky. Entah mengapa saat Nicky mencolek daguku, aku hanya salah tinngkah.
"Cieeee... hahaha oiya My aku mau bilang. Kadang hidup ini penuh dengan kerikil tajam, yang membuat kita harus jalan berjinjit." Kata Manda yang seketika menjadi serius. "Lo kenapa Man? Gak sakit kan?" Tanyaku memegang kening Manda.
Manda menggeleng sambil tersenyum. "Renungin perkataan itu My. Kerumahku yukk... nanti malem kan satnite loh. Aku mau dandanin kamu seeeecantik mungkin. Okeee"

*****

Sekitar pukul 5 sore, Manda dan Ammy kini berada dikamar Manda untuk mendadani Ammy saat ngedate dengan Nicky.
"Pilih bajuku sesuka hati kamu. Ini nihhh... bagus kan?" Tanya Manda sambil menempelkan bajunya kebadan Ammy.
"Gak ada celana jeans sama baju biasa gitu?" Tanya Ammy polos.
"Ammmyyyyy.. kamu tuh mau jalan sama seorang cowok yang populer dikampus. Yaaa, walaupun anak baru. Ayooolaah, coba tampil beda gitu." Bujuk Manda. Dengan pasrah, aku hanya mengikuti perintah Manda.
Dari aku dipilih baju, dipakein make up, rambutnya didandanin segaaala macam.
Hampir sekita 3 jam kurang aku didandanin sama Manda. Entah apa yang telah terjadi. Tapi... kini aku menampakan diri didepan cermin, dan benar kata Manda. Aku cantik.
Dengan drees berwarna merah muda dan rambutku yang kini diurai bebas dan dihiasi oleh pita.
"Ammmyyyy...lo cantik banget. Ayooo turun. Pangeran kamu udah nunggu dibawah." Ajak Manda menarik tangan Ammy.
Ammy perlahan turun dari tangga, dilihatnya Nicky yang sudah memakai baju yang sangat bagus. Tampan. Gumamku dalam hati. Terlihat juga Nicky yang takjub melihat perbedaan yang ada didiruku ini.
"Gimana Nick?" Tanya Manda tersenyum jail sambil melirik kearahku.
"Prefect... yuk Princess ku." Ujar Nicky romantis sambil mengulurkan tangannya kepada Ammy.


Nicky dan Ammy pun kini berada disatu mobil. Hening. Mereka sama-sama diam. Entah apa yang membuat aku diam beribu bahasa, namun... kali ini ku bener-bener merasakan detakan jantung yang sangt dahsyat yang baru kali iniaku rasain dalam hidup aku.
"Nick, kalau kita ketemu sama lawan jenis kita dan kitanya degdegan artinya apaan sih?" Tanya Ammy polos. Nicky yang mendengar perkataan itu dilontarkan dari Ammy hanya tertawa.
"Hahaha kamu ngerasain itu? Pas deket sama siapa?" Tanya Nicky iseng.
"Iya... deket kamu, aku degdegan banget. degdegan banget. Bahkan tangan aku dinngin." Jawabku yang sebenarnya aku tak tau dari itu semua.
"Bentar lagi kita sampai ditempat yang spesial. Okey." Jawab Nicky iseng dengan mengabaikan pertanyaanku.

****

"Ini indah..." Gumamku takjub melihat semua ini.
Taman yang indah. Yang malam itu, penuh dengan bulan dan bintang. Disana terdapat sebuah kursi dan meja yang sudah tersedia berberapa makanan, dengan perpaduan dekorasi taman yang sangat romantis. Disebuah pohon, terdapat lampion yang bersusun rapih dan berbentuk hati.
"Silahkan duduk Princess." Ujar Nicky memperilahkanku duduk. Setelahku duduk,Nicky kini duduk dihadapanku sambil tersenyum. "Suka gak?" Tanya Nicky.
Aku mengangguk. Entaah kenapa aku hanya bisa mengangguk. Mungkin, apa karena aku gugup. Aku masih gak bisa mengartikan arti yang ada pada dalam jantungku ini. Kenapa jantungku semakin lama semakin berpacu dengan cepat?
"Tentang kalau kita bertemu dengan lawan jenis kita dan kita dedegan dengan lawan jenis kita... Kamu gatau artinya?" Tanya Nicky lagi.
"Enggak Nicky. Kalau aku tau. Aku gak akan nanya."
"Kamu tau gak? Kita punya perasaan yang sama. Kamu degdegan saat dekat aku. Dan aku juga dedegan saat dekat kamu." Ujar Nicky yang membuat aku semakin bingung. Aku hanya mengeritkan dahiku arti tidak tahu.
"Itu Cinta." Jawab Nicky sambil menatap mataaku dalam. Seketika Nicky meraih tanganku. Dia menatap kedua bola mataku dengan tatapan yang tulus. Dan saat itu pula, rasanya jantung ini ingin loncat dari tempatnya.
"Kita sama-sama punya rasa Cinta My. Tunggu apa lagi? Tinggal aku yang memulai. Kamu mau, jadi pacar aku? Sekarang, esok, dan selamanya?" Tanya Nicky serius.
Entah apa yang Nicky katakan saat itu, serasa aku mimpi. Ingin rasanya aku menganggukan kepala dan berkata iya. Namunnn... aku mengingat kejadian pahit saat lalu. Kejadian yang membuat pelajaran terbesarku hingga aku tidak mau yang namanya merasakan Cinta. Dan saat itu juga akuuuuuu...
"Ammyyyyyyyy..." Teriak Nicky panik menghampiri aku yang sudah terjatuh ditanah karena pingsan.

******

"Okey Nick, makasih ya udah bawa Ammy. Nanti aku kabarin kamu kok kalau Ammy udah sadar." Samar-samar aku mendengar percakapan antara Nicky dan Manda. Saat itu, aku dibawa oleh Nicky kerumah Manda. Dan saat itu pula aku digeletakan dikamar Manda.
"Duuuh, Ammy kok bisa pingsan sih." Gumam Manda sambil mendekati tubuhku yang masih tidak sadarkan diri. Tepatnya hanya pura-pura.
"Jangan panik Man, aku gak apa-apa."
"Ammmyyyyy... jadi lo pura-pura pingsan? Astagaaaa... kenapa lo lakuin ini sih?" Tanya Manda geregetan.
"Maaf Man, aku gugup banget pas Nicky bilang cinta sama aku. Aku bingung mau jawab apa, yaudah deh aku pura-pura pingsan aja." Jawabku polos.
"Ammmyyy, Nicky tuh tadi panik banget tauuu... gimanasih? Aku juga panik. Aku kira kamu sakit. Intinya kamu cerita sama aku." Paksa Manda.
Mau gak mau, aku harus menceritakan semua tentang masa laluku.

Aku menangis, aku menangis saat menceritakan itu semua kepada Manda.
"Inget kataku tadi yang dikantin. Itu My maksud aku. Hidup ini memang keras. Dan kamu harus tetap jalanin itu semua. Jangan pernah kamu membenci yang namanya cinta karena kenangan msalalu kamu." Ujar panjang lebar Manda.
"My, kamu harus tau... karena sahabat hidup kita senang, karena cinta hidup kita bahagia."
Lagi, dan lagi Manda menjadi puitis. Dan kini aku tau dari arti yang Manda ucapkan tadi. Aku gak boleh munafik sama perasaan aku sendiri. Aku cinta sama Nicky. Yaa, aku cinta sama dia.

****

2 tahun berjalan dengan cepat. Kejadian malam itu membuat aku sadar akan segalanya kenangan dimasalalu aku. Mungkin aku tidak bisa melihat bulan dan bintang lagi, tapi sekarang aku udah bisa melihat kedua orang tuaku lagi. Walau tak bersama seperti dulu.
Kini aku juga berpacaran dengan Nicky. Keputusan hati, yang gak bisa diubah. Dan kini, aku dan Manda bukan hanya teman lagi. Tapi sahabat.
Wisuda kali ini, sangat berwarna. Aku bahagiaaaaaaa sekali, wisuda kali ini aku ditemani oleh orang-orang yang aku sayangin. Mama, Papa, Bibi, Manda dan jugaaaaa... Nicky.
"Cheaaaasssssss..." Teriak kita saat didepan kamera sambil berpose.
"Terimakasih tuhan, yang masih mengizinkan aku untuk bahagia dengan orang y7ang kusayang." Gumamku sambil menatap mereka semua. Orang yang kusayang.

TAMAT


Maaf ya, kalau ceritanya kurang nyambung. :))
Kenangan masalalu yang menyakitkan kadang membuat benteng yang besar buat kita untuk maju dimasa depan. Seharusnya kenangan masalalu hanya untuk jadi sepion untuk kita, agar kita bisa berhati-hati dari masalalu kita. Ingat.... "Kadang hidup penuh dengan kerikil tajam yang membuat kita jalan berjinjit"
Dan jangan karena kenangan dimasa lalu, membuat kamu jadi tidak ingin bersahabat dan juga tidak ingin merasakan Cinta. "Karena sahabat, hidup kita senang. Karena cinta hidup kita bahagia." ♥

Quote dari @Ammy_marina
By admin Malla
Thanks for reading.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar