Rabu, 19 Juni 2013

Kenangan Terindah #CerpenQuote

Tittle: Kenangan Terindah
Length: One Shoot
Author: @XOwners_Quote



#CerpenQUote For @anggitaita1


Kenangan Terindah
Malam ini indah. Tepat tanggal 5 Mei. Tepat pukul 17.00 waktu setempat. Tepat di sebuah danau kecil. Kini, aku hanya sendiri. Menatap Bintang dilangit malam. Kini, aku sendiri menjalani hidupku tanpa kehadiran dirimu. Aku gak tau, kenapa aku bisa bertahan sampai saat ini. Mungkin, kenangan terindah yang kamu kasih ke aku, gak akan aku lupakan. Mungkin, semua yang kita jalani selama ini, adalah Hal terindah yang pernah aku jalani. Aku, dan kamu adalah Hal Terindah yang pernah aku miliki. Meskipun kamu jauh, aku gak merasa kamu jauh. Karena kamu selalu ada dihati aku.

*****

“Selamat pagi manisss...” Sapa Hendra dari belakang sambil memeluk tubuhku dari belakang.
“Hey Tampan. Kemana aja kamu? Aku nyariin kamu, nanyain kamu kemana-mana kamu gak pernah ada kabar ih.” Ambekku menatap wajah Hendra dari belakang.
“Maaf yaa, aku mendadak 3 hari yang lalu pergi. Aku diajak sama papa ke perusahaannya yang ada di Jepang. Yaa, gitu deh. Kata papa aku disuruh ngembangin perusahannya itu. Padahal, aku gak mau kerja dikantoran. Yaaa, resiko sih jadi anak tunggal.” Cerita Hendra panjang lebar. Aahhh... lucu sekali saat melihat Hendra seperti itu. Dia polos. Gak pernah ingin menjadi sempurna dihadapanku. Dia apa adanya. Itu yang membuat aku betah berada disamping Hendra.
“Kita hari ini mau kemana nih?” Tanya Hendra sambil merangkulku dari samping.
“Hmm, menurut kamu? Tapi, aku mau naik Flyingfox, mau main sesuatu yang menantang... Yuhuuu. Gimana menurut kamu?” Jawabku heboh sendiri. Mendengar jawabanku, Hendra menjadi cemas. Aah, aku tidak suka saat Hendra menatapku seperti itu. Aku tidak suka. “Hen, kenapa sih?” Tanyaku lagi.
“Gak, aku gak mau. Oke, gini aja... aku mau buat hari ini tuh spesial...... banget. Spesial sebelum besok kamu akan operasi. Gimana?” Ujar Hendra memberi saran.
Aku menganggukan kepala sambil mengangkat jempol. Apapun yang disarankan oleh Hendra, pasti akan membuatku senang. Karena setiap hari bersama Hendra memang tak pernah membosankan.
Oiya, kenalin... aku Anggita. Anggita Rahma nama kepanjangan aku. Aku sama Hendra udah jadian selama 5 tahun loh. Lama bukan? Aku sama Hendra beda umur 5 tahun. Hahaha semua serba 5 yah. Dan, hari jadian aku sama Hendra tanggal 5 bulan 5 jam 5 sore. Hahaha. Apa semua itu kebetulan, atau bukan yah? Yang jelas, aku sama hendra 5 bulan lagi akan menikah. Hendra udah janji itu sama aku. Aku senang dan aku gak mungkin menolaknya. Selain, aku nyaman disamping Hendra. Yaaa, gitu deh. Aku harap, kita berjodoh.

*****

Pagi itu, sekitar pukul 7. Aku sama Hendra jalan berdua sambil berangkulan disepanjang Taman. Yaah, Taman. Orang pacaran gak jauh dari yang namanya Taman. Jangankan orang pacaran. Para penulis Novel maupun Cerpen pasti kalau lagi jalan pasti di Taman. Hahaha. Aku sama Hendra selalu disini. Menghabiskan waktu bersama. Biasanya di Taman ini ramai. Tapi, kenapa mendadak sepi yah?
“Hen, orang-orang disini pada kemana sih? Aneh banget.” Tanyaku melirik kearah Hendra.
“Gak tau deh... yaudah, kita jalan aja kesana. Aku mau ke Danau. Okeh.” Ajak Hendra.
“Tapi, kita kan ke Danaunya kalau malem aja. Gimana sih?” Tanyaku aneh.
“Emangnya harus setiap malem doang ya? Gimana kalau malam ini Bintangnya gak muncul? Kamu nyesel loh...” Canda Hendra sambil menjawili hidungku.
Aku hanya memanyunkan bibirku. Yaaa, aku Cuma bisa passrah deh. Aku mengikuti langkah Hendra. Karena, tubuhku sudah dijepit oleh lengan Hendra. Alias dirangkul. Tak lama, aku sama Hendra sampai di Danau. Yaaahhh... Danau ini, penuh dengan kenangan terindah yaah. Pertama kita kenal disini. Kita jadian juga disini. Niatnya, akad nikah aku sama Hendra, maunya juga disini sih. Hahaha.
“Ngapain kita disini?” Tanyaku.
“Yaaa, nikmatin ajalah udara pagi. udah aah, jangan cemberut terus. Jelek taauu.” Ujar Hendra memfokuskan pandangannya keatas langit yang masih pagi itu. Aku hanya bersandar dibahu Hendra sambil menatap langit. Tiba-tiba, entah apa yang aku lihat, aku melihat sebuah balon banyaaaakkk sekali yang terbang melintas diawan. Sambil membawa sebuah spanduk bertulisan “ANGGITA LOVE HENDRA” aku terkejut. Aku pun tak sangka. Aku hanya terharu. Aku melirik ke arah Hendra yang ternyata Hendra sudah dari tadi memperhatikan aku.
“Ini apa?” Tanyaku bingung.
“Kan aku bilang, hari ini... aku mau buat hari kamu Spesiaaaaaallll banget. Tungguin kejutan-kejutan lainnya yaah.” Ujar Hendra. Aaahh Hendra. Dia cuek. Tapi... dia bisa aja romantis sama aku. Dia emang gak pernah gombal. Tapi dia romantis. Secara gak sadar, keromantisannya itu membuat sebuah gombalan yang ngena dihati aku. Hahaha.

Sudah siang aku sama Hendra di Danau ini. Kakiku sampai merasa panas karena kena sinar matahari. Padahal, kakiku dari tadi dicelupkan dkedalam danau itu.
“Hen, makan yuuukk. Laper nih.” Pintaku menarik lengan Hendra.
“Tungguin aja. Nanti ada yang dateng kok.” Ujar Hendra misterius. Tak lama dari itu, dia meneprokan tangan dua kali. Tiba-tiba, aku lihat berberapa anak kecil datang menghampiri aku sama Hendra. Ada yang membawa sebuah tikar dan kemudian diletakan disamping kami. Ada anak-anak yang bergerombolan untuk bergotong royong membawa meja. Ada anak-anak yang membawa berberapa makanan. Itu, aku kaget...
“Hen...” Gumamku takjub melihat semua ini yang ada didepan mata. Kurang dari 15 menit, semua sudah rapih. Sebuah meja makan kecil yang diatasnya tersedia berberapa makanan Favorite aku. Layaknya makan di restoran Jepang yah. Iya, karena Jepang termaksud Negara favorite aku selain Indonesia.
“Yuk kesana, kita makan.” Ajak Hendra meraih tanganku. Aku dan Hendra pun kemudian makan. Makan sambil bercanda. Yaah, itulah kebiasaan kita. Gak direstoran. Gak di Cafe. Gak pas lagi kita makan dikeluarganya Hendra, maupun dikeluarga aku. Hahaha. Banyak orang yang bilang aku sama Hendra ini bener-bener cocok. Yaaa, seneng deh dengernya.

1 jam berlalu hanya untuk makan siang. Hahaha kita kalau makan memang lama yah. Gimana nanti berkeluarga? Yaammpun, sudah membayangkannya saja. Seusai makan, aku diajak Hendra untuk berjalan dipinggir Danau sambil menutup kedua mataku. Ah, Hendra mau buat kejutan apa lagi ini? Jantungku berdebar sangat kencang kali ini. 5 menit kemudian, aku sama Hendra berhenti. “Buka mata kamu.” Suruh Hendra. Aku perlahan membuka mataku.
“Woooww...” Gumamku takjub melihat apa yang ada didepan mataku saat ini. Benar-benar, ini membuat aku bahagiaaaa sekali. Dihadapakku kini ada sebuah perahu. Tau kan? Perahu bebek yang kayak ada di TMII. Naah kayak gitu. Tapi gak Cuma gitu doang. Perahu itu membentuk sebuah 2 bebek yang saling menempel, dan kemudian kepala bebek itu saling dilengkungkan hingga membentuk hati. Aaaaa... Hendraaaa. Kamu so sweet sekali.
“Jangan bengong. Yuk kita naik. Kita kelilingin danau ini.” Ajak Hendra sambil menggandeng tanganku.
Saat didalam perahu. Aku masih tak sangka. Benar-benar tak sangka. Ini dua bebek yang dijadikan satu. Gimana bisa? Sesekali aku menoleh kebelakang. Dimana aku melihat leher para bebek yang dilengkungkan menjadi bentuk hati.
15 menit kemudian, aku sama Hendra melihat sebuah pulau kecil. Asyik pulau. Hahaha bukan pulau sih, tapi kayak apa ya? Jadi kayak ada tempat kecil ditengah-tengah danau gitu deh. Disana ada 3 anak kecil sambil memegang sebuah remote, remote apa? Remot kontrol.
“Menurut kamu, anak-anak itu ngapain Gi?” Tanya Hendra sambil menunjuk kearah 3 anak-anak itu yang sedang melambaikan tangannya kearah kami. Aku melirik kearah Hendra sambil menggelengkan kepala tanda tidak tahu. Tiba-tiba hendra memegang bahuku sambil menangakkannya keatas langit. Aku lihat ada 3 buah pesawat-pesawatan terbang. Sumpah, aku tidak menyangka ada pesawat mainan itu dari tadi diatas kepala aku. Itu, bukan pesawat mainan biasa. Pesawat mainan itu berukuran besar. Yaa, tidak terlalu sih... tak lama, pesawat itu menaburkan sebuah bunga tepat dikepala aku dan Hendra. Woowww... suasana menjadi sangat romantis. Aku membayangkan saat nanti aku menikah dengan Hendra. Pasti bunga bertebaran diatas kepala kami. Namun, sebelum menikah bunga ini sudah bertebaran dikepala kami. Aku bahagia. Saking bahagianya aku memejamkan mataku sambil merasakan bunga-bunga itu yang berjatuhan tepat mengenai wajahku. Ku lirik sebentar Hendra yang tersenyum manis kearahku. Haaahhh bahagia sekali memeliki Hendra.

Pukul 5 sore. Aku sama Hendra kembali berjalan kaki menelusuri sebuah tempat. Hendra kini mengajakku ke sebuah pasar malam. Hah? Pasar malam? Ini masih jam 5 Sore. Kenapa Hendra mengajakku ke sini. Di pasar malam, jam segini juga masih belum buka. Tapi, Hendra tatap mengajakku kesana. Dia menarik tanganku untuk menaiki kincir angin. Bagaimana bisa naik kesana sedangkan tukangnya gak ada? Tapi, Hendra tetap menyuruhku naik kesana. Saat aku sudah naik dengan Hendra, Ditempat kincir angin yang aku naikin dengan hendra ada sebuah 2 buah pencetan tulisannya ‘Naik’ dan ‘Turun’ kemudian, Hendra memencet tombol bertulisan ‘Naik’ itu, dan benar saja. Tak lama kita berdua naik keatas.
Deegg! Kincir angin itu tiba-tiba berhenti tepat diatas. Aku kaget. Aku berfikir, kincir angin ini rusak. Tapi, bagaimana bisa rusak? Sedangkan, disini tidak ada tukangnya.
“Hendra. Kok berhenti sih? Ih, mana sepi lagi... kalau sampe malem gimana? Aku mau ke danau liat bintang sama kamu. Gimana dong Hen.” Rengekku sambil memegang tangan Hendra takut. Yaa, bisa dibilang aku takut ketinggian haha.
CUUPPP! Hendra mengecup keningku tulus. Aku kaget, aku bengong saat Hendra mengecup keningku. Aku hanya memegang keningku yang habis dikecup Hendra itu.
“Udah tenang? Tenang ya kamu. Gak apa-apa kok. Ini emang sengaja. Ada kejutan lain okeh. Kita disini nunggu sampai jam 7 malem okey manis.” Ujar Hendra membuat luluh hati aku.

3 jam aku sama Hendra duduk diatas kincir angin ini sambil mengobrol dan bercanda seru. Jam 7 malem ini, pengunjung pada berdatangan. Tapi anehnya, tukang kincir angin ini tidak menggerakan kincir angin ini. Heran. Dan juga, kebanyakan pemgunjung ini adalah anak-anak. Aku heran. Tak lama, Hendra berdiri dikincir angin itu. Aku menjadi takut sambil memegangi tangan Hendra. Karena tempat kincir angin itu menjadi goyang saat Hendra berdiri. Aku gak tau apa yang Hendra lakukan, karena aku hanya bisa memejamkan mata karena takut.
“Udaah, aku udah duduk nih.” Ujar Hendra sambil memegang wajahku. Entah apa yang aku rasakan, angin semilir datang dari atas. Aku menoleh keatas daannn, atap kincir angin ini terbuka. Bagaimana bisa?
“Gimana bisa Hen?” Tanyaku bingung.
“Kamu mau lihat bintangkan? Tuhhh, disana ada bintang banyaak. Diatas ini, kita bisa ngeliat bintang dengan jelas bukan?” Tanya Hendra. Aku tersenyum. Aku pun bersandaran dibahu Hendra sambil melihat keatas langit malam yang bertabur dengan Bintang tersebut.
“Gi, lihat ke bawah deh...” Uja Hendra sambil menyuruhku lihat kebawah. Aku pun melihat kebawah, daan Woooww.. aku takjub melihatnya. Ku lihat anak-anak yang berkunjung tadi kemudian berjejer rapih hingga membuat tulisan ‘H Love A’ aku meneteskan air mata melihat apa yang ada disini. Ini semua indah. Indah...
Hendra menoleh kearahku sambil mengussap airmataku yang membasahi pipiku ini. “Aku gak mau buat kamu nangis. Okey.”
Tak lama, ada berberapa balon lagi terbang keatas sambil menggatungkan sebuah boneka panda besar. Aku kaget melihatnya. Boneka itu terbang kearah kita. Hendra kembali berdiri. Dia berusaha mengambil boneka tersebut. Setelah berhasil, Hendra memberikan boneka panda itu untuk aku. Wooowww. Boneka panda, boneka kesukaan aku. Kemudian pesawat-pesawat tadi di Danau datang lagi. Ini jumlahnya banyak. Sekitar ada 10 buah lah. Mereka mengelilingi diatas kami. Aku tau, pasti pesawat itu ingin menebarkan bunga lagi. Tebak aku. Tapi, tiba-tiba sebuah benda kecil jatuh dari atas. Sebuah kotak kecil berbentuk hati. Hendra mengambilnya. Aku lihat, didalamnya ada sebuah kalung saaaannggaat indah.
“Aku pakein yah.” Ujar Hendra sambil memakaikan kalung itu ke leherku. Aku menyibakan rambut panjangku kesamping. Aku pegang lagi kalung itu. Daan kalung itu cocok ada dileherku.
Tak lama, sebuah sterofom kecil berjatuhan diatas kami. Srerofom berwarna warni yang berbentuk hati kecil-kecil gak hanya srerofom berbentuk hati kecil-kecil. Ada bunga juga yang bertaburan. Aaaa Hendraaa. Ini romantis sekaliii... saat sterofom kecil-kecil dan bunga ini bertaburan, anak-anak yang dibawah seketika berloncat-loncatan senang sambil tertawa-tawa karena semua itu jatuh diatas mereka juga. Aku tersenyum melihat mereka semua.
Aku rentangkan kedua tanganku. Aku lihat bunga dan sterofom kecil ini ada ditanganku. Aku melirik kearah Hendra sambil tersenyum aku bahagiaaaa sekali.
“Hendra. Makasih banget atas hari ini. Dari pagi sampai malam. Kamu buat aku bahagia banget. Aku gak tau apa yang harus aku lakuin kekamu. Karena aku gak seromantis kamu. Mungkin aku hanya bisa berikan sepenuh cinta aku kekamu Hen.” Ujarku panjang lebar dengan mata yang berkaca-kaca menahan tangis haru.
Hendra tersenyum maniiissss sekali. “Gak usah kamu lakuin apapun untuk aku Anggita. Cukup kamu jadi pacar aku, cukup kamu ada disamping aku setiap saat udah buat aku bahagia banget loh. Makasih juga yah.” Ujar Hendra menatap mataku dalam.
Aku dan Hendra sama-sama diam sambil menatap kedua bola mata kami satu sama lain. Wajah Hendra kini semakin dekat. Semakin dekat. Hidungku dan Hendra saling bertemuan. Wajah Hendra juga dimiringkan sedikit. Aku gak tau apa yang Hendra lakukan, karena aku hanya memejamkan mataku.
CUUUPPP!!! Pertama kali aku dan Hendra berciuman. Aaahh... indah sekali. Jika ini sebuah film. Mungkin saat aku dan Hendra berciuman akan dizoom menjadi jauh. Dillihat dari jauh. Dengan masih sterofom kecil-kecil berbentuk hati dan bunga yang bertaburan diatas kami. Daan anak-anak yang sedang bermain-main dibawah iniiii sangaaaatttt indah.

****

“Kak Anggitaa...” Panggil seorang anak perempuan kecil sambil menghampiriku yang sedang asyik melamun kejadian 1 tahun yang lalu.
“Eh iya, kenapa sayang?” Tanyaku sambil menyeka air mataku.
“Kakak ngeliatin bintang atau sedang melamun sih? Ayyo kak. Kita naik perahu bebek lagi terus kepulau. Kita nengokin ke makam ka Hendra yaah.” Ujar anak itu polos.
Makam Hendra. Yaaah, Hendra meninggal. Sehari setelah hari yang menyenangkan itu, aku melakukan operasi esok hari. Saat menjelang operasi, aku menunggu kedatangan Hendra. Namun belum juga datang. Kata mama aku disuruh langsung operasi. Mau gak mau, aku harus segera operasi pencangkokan hati. Iya, hati. Aku punya sebuah penyakit mematikan yang membuat aku harus melakukan operasi tranpatasi hati. Dan, pendonornya adalah, Hendra sendiri. Saat aku sadar dari operasi. Hatiku serasa sangaaaaattt nyaman. Aku merasa Hendra ada disampingku. Bahkan lebih dekat. Aku melihat semua orang menangis. Aku bertanya dimana Hendra. Mereka semua menangis. Akhirnya, mereka bilang, kalau pendonor hati aku adalah Hendra.

Aku mengayuh perahu itu menuju pulau kecil yang ada ditengah-tengah danau. Itulah makam Hendra. aku bahagia Ndra, pernah memilki kamu. Makasih atas semuanya. Aku sadar hari terindah itu, adalah hari pamitan kamu sebelum kamu pergi untuk selamanya meninggalkan aku. Kini sebagian organ tubuhmu ada ditubuh aku. Dan membuah aku merasa nyamaaaan sekali.
“Singkatnya pertemuan tak sesingkat kenangan yang untuk dilupakan.” Gumamku sambil menatap langit malam yang bertabur bintang.
“Terkadang kenangan indah dapat membuat kita bersedih, yaitu saat kita tau kenangan itu tak mungkin dapat terulang kembali. Bener gak kak?” Ujar polos anak kecil yang ada disamping aku. haaahhh... kamu benar. Kenangan indah yang dapat membuat kita sedih, saat kita tau kenangan itu gak akan bisa terulang kembali.

*********TAMAATTTT************
terimakasih yang udah membaca, semoga suka.
Quote by: @anggitaita1
by admin Malla :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar