Senin, 11 Maret 2013

♥ COVER GIRL ♥ ~ Chapter 20 (Last Chapter) ~

Tittle: ♥ COVER GIRL ♥
Length: 20 Chapter
Author: @yasmiin2805 from fanbase @Fanfict_XOIX



♥ COVER GIRL ♥
~ Chapter 20 (Last Chapter) ~



Pisau tajam itu semakin mendekati tubuh Agoy. Iras dengan senyumnya yang mengembang terus berlari menghampiri Agoy untuk memuaskan nafsu membunuhnya yang sangat terlihat di matanya.
"Loe bakal mati!! Hahahaa!!" tawa Iras disela larinya.


BUUGGG!!
Terdengar hantaman keras di ruangan tersebut.
Di hadapannya, Iras sudah tersungkur lemah tak berdaya dengan bangku di atas punggungnya.
"Mala? Kamu, kamu apain tadi?" tanya Agoy saat melihat Mapa telah berdiri tepat di belakang Iras.
Mala segera menghampiri agoy dan memeluknya. (ehm si Mala kesempetan banget dah zzzttt...)
"aku, aku takut ngeliat dia nodongin piso ke abang, jadinya aku ambil aja bangku trus aku pukul ke punggung dia. Kata papa aku, pungung tuh salah satu titik lemah orang. Jadi aku coba aja. Huuft untungnya dia bisa langsung jatoh." cerita Mala dengan takutnya.
Agoy tersenyum melihat kepolosan Mala.
"Mal, tindakan kamu tadi bahaya banget. Gimana kali tadi si Iras ga jatoh, tapi malah balik nyerang kamu?" ceramah Agoy.
Mala tertunduk.
Agoy kembali tersenyum menatap Mala.
"tapi tindakan kamu tadi bagus kok. Kamu udah berani. Makasih ya Mal, udah nolongin aku." sambungnya sambil mengelus rambut Mala.
Mala tersipu mendengar pujian dari Agoy tersebut.



"Bang, loe ga papa kan? Gue sama polisi-polisi ini udah nunggu dari tadi luar, tapi ga ada aba-aba dari loe. Yaa gue khawatir, jadi gue samperin aja loe ke dalem. Siapa tau loe kenapa-kenapa." Ujar Nicky khawatir.
Agoy tersenyum melihat wajah khawatir adiknya itu. (dari tadi bang Agoy senyum mulu dah, mending di BAYANGIIIIIIINNNN!!! wahahaa..)
"gue gapapa kok. Nick, loe tolong telponin ambulans secepetnya, ini si Iras udah tepar digebuk Mala pake bangku." komando Agoy.
Nicky melihat Iras yang terkapar lemah di lantai pondok tersebut.
"iniiii Mala yang gebuk? Waaah hebat Mala." puji Nicky pada Mala yang masih dirangkul oleh Agoy. (eciyeeee pada jeles niiih kalo ngeBAYANGIIIIIIINNNN wkwkwk..)
Nicky pun segera menghubungi Ambulans, sementara bapak-bapak polisi yang sedari tadi berjaga di luar kini telah berada di dalam rumah tersebut dan mengelilingi Iras.



Mala menatap iba pada Iras, pelaku peneroran sekaligus penculikan yang notabene sahabatnya sendiri sejak lama.
"Ras, kenapa harus kamu sih yang ngelakuin ini? Aku sayang kok sama kamu, tapi hanya sebatas sahabat, ga lebih. Aku harap kamu ngerti, Ras." lirih Mala sambil mengelus pipi Iras.
"yaudah Mal, kayanya kamu harus cepet-cepet diungsikan deh. Kamu harus dapet pakean yang layak dulu. Dan aku tau, kamu pasti kelaperan kan? Aku udah siapin makanan buat kamu, ada di mobil. Yuk kita balik duluan." ajak Agoy.
Mala mengangguk menuruti perkataan Agoy.
Agoy kembali merangkul pundak Mala sembari membantunya berjalan, sementara Nicky tetap berjaga di tempat itu sampai Ambulansnya datang.




Di mobil, perjalanan menuju rumah Mala.
"bang, makasih ya udah nolongin aku. Aku gatau deh gimana jadinya kalo ga ada abang tadi." ujar Mala berterimakasih sembari menyantap bekal roti isi beserta Susu coklat hangat buatan Agoy.


"ini berkat temen-temen juga kok yang udah bantuin. Kita semua kan sayang sama kamu, masa sih kita tega ngeliat kamu diculik gitu." ujar Agoy.
"eeeh tapi ya bang. Aku jadi penasaran deh. Emang isi bukunya Iras tuh apa sih? Sampe kalian tau dia pelakunya?" tanya Mala kemudian.
"ituu, isinya curhatan-curhatan dia setiap hari. Buku itu kayanya diary deh. Tapi menurut aku itu udah kaya buku perencanaan kejahatan. Abis isinya itu rencana-rencana peneroran dia ke kamu, sama perasaan dia saat dia berhasil nyulik kamu. Pokonya dia bahagia banget deh bisa bikin kamu sengsara." sambung Agoy lagi.
"iiih masa gitu bang? Sumpah ya aku kenal Iras udah lama, dan aku ga nyangka dia bisa setega itu sama aku. " kata Mala sambil bergidik.
"yaaa gitulah Mal. Orang pshyco kaya dia emang terlihat baik, bahkan sangat baik di mata orang lain. Tapi kenyataannya, mereka pembunuh berdarah dingin."
Mala menerawang ke luar jendela. Pandangannya kosong. Pikirannya jauh melayang.
'Iras, kenapa harus kamu? Sampe sekarang aku ga percaya kamu bisa ngelakuin hal ini ke aku. Semoga kamu baik-baik aja disana, Ras.'




~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~



Langit pagi terasa sangat terik menyambut kedatangan dua orang kakak beradik yang baru menuntaskan liburannya di Jepang.
"Ko, makasih yaa udah mau ngajak aku ke Jepang. Sebenernya ga perlu repot-repot ke Jepang sih ko supaya aku ga sedih lagi. Di Indonesia jyga banyak tempat liburan asik." Ujar Mila saat dirinya dan Lee baru mendarat Dari pesawat.
"iyaaa ga papa adenya Koko tersayaaang. Itung-itung kita liburan bareng lah. Kan koko ga pernah liburan bareng sama Mila lagi, jadii yaaa sekalian deh." balas Lee sambil merangkul adik cantiknya itu.
Mereka berdua berjalan beriringan dengan senyum mengembang meninggalkan lapangan terbang.


"Mila." sapa seseorang yang sedari tadi menunggu di tempat parkir.
Mila yang merasa dipanggil namanya berbalik ke belakang.
"Nicky? Kok, tau aku disini?" tanya Mila heran.
Nicky menghampiri Mila dan Lee yang hendak masuk mobil yang telah menjemput mereka.
"hai Mil. Apa kabar? Aku kangen banget loh sama kamu." tanya Nicky dengan senyum sumringahnya. (aaauuwwww BAYANGIIIIIIINNNNN!! manis bangeeeet!)
"eehm kayanya bakal ada yang temu kangen nih. Yaudah, Koko balik duluan deh. Mila balik sama Nicky aja ya, koko yakin, banyak yang harus kalian bicarakan. Nick, titip Mila ya." kata Lee sambil mengangkat alisnya pada Nicky.
Nicky tersenyum kembali pada Lee.
"siaap! Thanks ya Ko." ujar Nicky.
Lee langsung masuk mobil dan melaju pergi meninggalkan Nicky dan Mila.
Niicky menatap wajah Mila yang terlihat malu-malu dan salah tingkah.
"yuk, kita pulang." ajak Nicky. Ia mengandeng tangan Mila menuju mobilnya. (hadeeeuuuhhh mereka kembali mesra. BAYANGIIIIIIINNNNNN!!!)



"Mil, aku seneng banget bisa ketemu sama kamu lagi. Selama kamu pergi ke Jepang ya, banyaaaak banget kejadian seru. Andai kamu disini, pasti lebih seru lagi." cerita Nicky.
Mila mengerutkan dahinya.
"kejadian seru? Kejadian seru gimana maksudnya?" tanya Mila.
"kamu inget kan sama penerornya Mala?" mulai Nicky. Mila mengangguk.
"iyaaa inget. Terus kenapa?" tanyanya lagi.
"nah. Ternyata penerornya ituu si Iras, sahabatnya Mala sendiri." sambung Nicky.
"Iras? Iras penyanyi terkenal itu?" tanya Mila tak percaya.
Nicky mengangguk mantap.
"iyaa, Iras penyanyi terkenal itu."
"kok bisa.? Motif dia ngelakuin hal itu apa?" tanya Mila masih penasaran.
"dia itu, cinta sama Mala. Tapi dia ga berani bilangnya. Dan saat itu dia benci sama aku gara-gara aku sempet deket sama Mala." Nicky menghentikan bicaranya, lalu menatap Mila.
"cuma temen kok Mil, ga lebih."
Mila hanya tersenyum saat Nicky melanjutkan omongan itu.
"akhirnya dia ngelakuin hal jahat itu. Hhuufftt. Ga nyangka banget ya. Sahabat sendiri bisa ngelakuin hal sejahat itu cuma gara-gara cinta." keluh Nicky.
"iya. Kasian Mala sampe di teror kaya gitu." tambah Mila.
"tapi jujur ya Mil, aku malah kasian sama kamu." kata Nicky.
"kasian sama aku? Kenapa?" tanya Mila heran.
Nicky tak menjawab. Ia mengarahkan mobilnya menuju tempat makan yang biasa mereka datangi.
"makan dulu yuk Mil. Aku tau kamu pasti laper."


Nicky dan Mila mengambil tempat di luar ruangan, berdekatan dengan air mancur yang menghiasi taman mini yang ada di restoran itu.
"Nick, bilang dooong, kamu kasian sama aku gara-gara apaaa?" tanya Mila lagi, penasaran.
Nicky tersenyum sebelum menjawabnya.
"bang Agoy, jadi nuduh kamu sebagai pelakunya. Soalnya waktu keberangkatan kamu ke Jepang itu bertepatan sama hilangnya Mala. Jadi bang Agoy kira, kamu nyulik Mala terus menghilang bareng Mala, gitu. Dan juga, banyak hal-hal yang bikin bang Agoy makin curiga sama kamu. Tapi aku ga percaya kok Mil. Aku malah pengen ngebuktiin ke Bang Agoy kalo bukan kamu pelakunya. Dan aku bener kan. Bukan kamu pelakunya." cerita Nicky.



Mila menutup mulutnya. Ia tak percaya bang Agoy bisa menuduhnya seperti itu.
"tenang aja Mil. Sekarang bang Agoy merasa bersalah kok sama kamu. Dia nyesel udah nuduh kamu kaya gitu. Dan pasti dia bakal minta maaf kok sama kamu. Tapi sebelumnya aku aja deh yang minta maaf sama kamu. Maafin bang Agoy ya Mil." ujar Nicky sambil menggenggam tangan Mila.
Mila tersenyum kepada Nicky.
"iya Nick, aku maafin kok. Lagian aku rasa wajar kalo Bang agoy nuduh aku kaya gitu. Dia pasti ngira aku dendam sama Mala gara-gara dia deket sama kamu. Dan dia nyangka aku tega ngelakuin hal itu. Yaudahlah Nick, yang penting kan sekarang udah ketauan fakta sebenernya, tanpa aku harus ngelawan." jawab Mila bijak.
Nicky tersenyum bangga pada Mila.
"makasih ya Mil. Kamu emang cewe terhebat yang pernah aku temui. Ga salah, aku tetep cinta sama kamu sampe sekarang." ujar Nicky sambil menatap Mila.
"oya? Yakin? Mala gimana?" tanya Mila dengan senyum.
"Mala? Hahahaa. Mungkin, dia bakal jadi kaka ipar aku."




~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~



Hari ini adalah hari yang sibuk. Terutama bagi Cessa dan Hendra. Bagaimana tidak, malam ini, Budi dan Rheina akan merayakan pernikahan mereka. Dan diyakinkan, hari ini merupakan hari bahagia bagi mereka berdua.
"say, Budi sama ka Rhei pasti bahagia banget deh. Akhirnya mereka dipertemukan di ikatan pernikahan. Waah romantis!" ujar Cessa sambil melamun.
"iyaaa.. Hari ini, adalah harinya mereka. Semoga sukses deeeh." sambung Hendra.


"Sa, Hend, bantuin di dalem yuk. Rheina lagi butuh bantuan buat pakean tuh. Kalian udah selesai siap-siapnya kan?" panggil mama Cessa.
"eeh iyaa udah kok tante." jawab Hendra.
"aah ga usah panggil tante. Panggil mama aja. Toh nanti kamu juga bakal manggil mama, jadi sekarang di biasain aja." ujar Mamanya Cessa dengan tersenyum.
Hendra tersipu malu, begitu juga dengan Cessa.
"iiih mama apaan sih bikin keki aja deh." sahut Cessa.
Mamanya tertawa melihat anak dan calon menantunya itu senyum-senyum malu.
"udah sana, bantuin kaka kamu gih." perintah mamanya lagi.
Hendra dan Cessa pun segera menuju ruangan dalam.



"haii kakakkuu yang cantik. Apa yang mesti dibantu sih kaaaa?" tanya Cessa saat masuk ke ruangan make up.
"iniii aku bingung sama sepatunya. Kan ada tiga, aku bagusnya pake yang mana?" tanya Rheina yang lagi kebingunan sambil berjongkok di depan ketiga pasang sepatu yang membuatnya bingung itu.
Cessa tertawa melihat kakaknya itu.
"ya ampuuun kakakku inii. Cuma milih sepatu aja sampe kebingungan." Cessa kemudian mengambil sepatu berwarna Putih bercorak krem yang senada dengan kebaya yang ia kenakan.
"yang ini aja kaaa. Pasti cantik deh."
Rheina lalu memasang sepatu yang dipilih Cessa itu ke kakinya.
"aaah iya! Cantik! Pas banget di kaki kaka. Makasih yaaa sayaaang." Rheina tersenyum puas. Ia mencium kedua pipi adiknya itu.
"eeh kalian berdua udah siap? Dikit lagi kan bakal ngadain akad." tanya Rheina.
"udaaah kaka ipaar. Kita berdua mah udah siap dari pagi tadi, tinggal pengantennya aja nih yang kerepotan dari tadi." jawab Hendra.
"maklumlah saay, grogi tuuuh ka Rhei." ledek Cessa.
"iiiihh iyaa iyaa aku emang grogi. Udah aah, yuk berangkat. Mama sama papa udah nungguin tuh di depan."
Mereka bertiga pun berangkat menuju lokasi akad nikah akan berlangsung, dimana keluarga Budi telah menunggu disana.



~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~



Di lokasi akad Nikah, Nicky, Kiki, Agoy, telah duduk manis menunggu acara berlangsung.
Sementara Budi telah ada di depan penghulu, bersiap memulai akad.
Tak lama, Keluarga besar Rheina datang dengan 3 mobil.
Dan beberapa saat kemudian, acara pun dilangsungkan.


Tak butuh waktu lama, Akhirnya Budi dan Rheina kini telah resmi menjadi sepasang suami istri. Mereka tak bisa menyembunyikan raut wajah super bahagia mereka.
Ya, benar kata Hendra dan Cessa. Hari ini akan menjadi hari paling berbahagian bagi mereka berdua. Acara pagi ini lancar, tinggal menunggu acara resepsi di malam hari.


"selamet ya kakakkuuuuu! Akhirnyaa ka Rhei sama Budi jadi suami istri juga. Heh Bud, jagain nih kaka aku, awas yaa kalo dia kenapa-kenapa!" ancam Cessa main-main.
"hahahaa iyaa bawel! Pasti aku jagain lah."
"makasih yaa sayaaang. Semoga kamu juga bisa nyampe sini sama Hendra. Kaka doain!" ujar Rheina sambil berbisik.
Cessa senyum-senyum mendengar bisikan Rheina.
"iyaa kaa, amiiiinnn.."


"selamet ya Bud. Wuiiihh akhirnyaa ada juga yang masakin sebelum berangkat ngampus hahahaa.." ledek Hendra.
"yeee enak aja loe Hend. Loe tuh, cepet-cepet nikah sama Cessa, sebelum Cessa direbut Alwin lagi. Soalnya, ehem.." Budi mendekatkan dirinya ke telinga Hendra.
"gue denger-denger, Alwin hari ini bakal dateng ke Indonesia buat ngehadirin acara resepsi gue sama Rheina tar malem." sambung Budi.
"hah?? Ntar malem bakal ada Alwin? Siapa yang ngundang?" tanya Hendra kaget.
Budi mengangkat bahunya. "gatau deh. Mungkin Rheina. Kan dia kenal juga sama Alwin." jawab Budi.


"Ka Rheina!"
Rheina yang dipanggil namanya menoleh pada arah suara.
"Kiki? Kenapa?" tanya Rheina.
"eeeng, aku ada perlu dikit nih sama kaka. Boleh bicara berdua ga ka?" pinta Kiki.
"ooh iya boleh kok. Bentar ya ay." pamit Rheina pada Budi.
Rheina dan Kiki pun menuju tempat yang agak jauh dari mereka, agar pembicaraan rahasia itu tak terdengar siapapun.
"itu mereka ngomongin apa sih? Sambil ketawa-ketawa sama bisik-bisik gitu." ujar Budi penasaran.
Hendra tertawa melihat wajah cemburu Budi.
"yaelaah Bud, cemburuan aja lu. Palingan juga ntar ka Rheina ngasih tau ke loe."
Budi hanya terus mengamati Rheina dan Kiki yang masih asik berbicara dari kejauhan.




~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~



Sore harinya, Ochi sedang memainkan gitar kesayangannya, sendiri.
"ntar malem ke pestanya kakanya Cessa. Aduhhh paati mama nyuruh gue pake gaun deh. Maleeeeessss! Pake jeans sama kaos oblong aja boleh ga ya?" gumam Ochi.
"ga boleh! Masa ke pesta pake jeans sih Chi?" sambung mamanya dari belakang.
"iiih mama nyambung aja." ujar Ochi kaget.
Mama duduk di sampingnya.
"lagian ya Chi, kamu tuh cewe. Masa kemana-mana pake jeans sama kaos doang sih? Paling rapi pake kemeja. Ya ampuuuun mau jadi apaaa anak mama yang satu ini? Ntar malem pokonya pake gaun. Mama udah siapin tuh, spesial buat kamu." ujar mama bersemangat.
"heh? pake gaun? Aaaaa gamaaauuu mamaaaa! Kiamaaaat kalo Ochi pake gaun! Udaaah Ochi pake jeans ajaa sama kemeja. Yaah yaah ma, pliiiiisssss.." Ochi memohon pada mamanya.
"engga boleeeeh. Yang ada ya, kamu nanti ga bisa di bedain, mana kamu mana Kiki. pas kalian masuk gedung bareng, ntar kalian di kirain sama-sama cowok loh!" tolak mamanya.



"iiih ma, kok jadi nyamber ke Kiki? Kan belom tentu juga Ochi bareng sama Kiki. Ngasal aja niih si mama." rengut Ochi sambil mencubit pipi mamanya.
"looh emang kenapaa ga sama Kiki? Kan rumah deket, lokasi tujuan sama, ya pasti Kiki barengan sama kamu laah sayaang." seru Mamanya.
"ga juga ma, belom tentu. Kiki kan punya pacar. Eeeh bukan ding, maksudnya calon pacar. Yaa pasti dia ngajak si calon pacarnya itu lah." ujar Ochi dengan nada suara pelan.
"oh ya? Jadi sekarang Kiki punya gebetan? Waah bagus deh. Trus, kamu mana gebetannya? Masa kalah sama Kiki?" ledek Mamanya.
"iiiihh mamaaaa! Tauu aaah Ochi mau tidur aja aah!" Ochi berdiri beranjak menuju kamarnya.
"yeee malah tidur. Gaboleh! Ntar malem harus cantik! Mama yang dandanin! Sekarang mandi sanaaa!" Mamanya menyeretnya menuju kamar mandi.
"aaaa mamaaaaaahhh!"



~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~



Di tempat yang berbeda, Bobby sedang mengerjakan tugas kuliahnya yang bejibun saat handphonenya bergetar di atas meja.
"Rheina?" Bobby segera mengangkat panggilan dari teman lamanya itu.
"heey Rhei? Tumben kamu nelpon? Apa kabar?" tanya Bobby excited.
"haii Bob. Kabar aku baik koo, baik banget malah. Aku cuma pengen ngasih tau sesuatuuuu, tapi maaf ini mendadak banget, ga papa kan?" ujar Rheina dari seberang sana.
"iyaaaa ga papa kok Rhei. Emang ada apa?" tanya Bobby penasaran.
"inii Bob. Aku mau ngundang kamu ke acara nikahan aku. Acaranya ntar malem. Dateng yaaa banyak temen-temen lama SMA juga kok yang dateng." undang Rheina.
Okey, Rheina dan Bobby adalah teman lama sewaktu mereka SMA. dan lama tak bertemu, akhirnya mereka bisa menjalin komunikasi lagi.
"nikah? Woooww! Okeeh aku dateng. Ntar smsin aja ya alamatnya dimana. Eeeh emang kamu tau nomor aku dari siapa? " tanya Bobby.
"okeeh ntar aku smsin alamatnya. Dari siapa yaaaa hahahaa adddda aja. Aku tunggu yaa ntar, maaf mendadak. See tou tonite!" Rheina langsung menutup saluran teleponnya.
"iih dasaar ya.. Hhhmm acaranya ntar malem ya. Gue pake baju apa yaa.." Bobby segera mengobak-abik isi lemarinya.
Setelah lama mencari, akhirnya ia mendapatkan setelan yang pas ia kenakan untuk malam ini.
Sebuah kemeja berwarna krem dengan celana jeans semi resmi dan sepatu santai. Terlihat tampan, tak begitu resmi, namun cocok dipakai untuk acara malam ini.
"hhhmm baju udah dapet. Trus, gue sendirian gitu kesana? Ketauan banget jomblonya." gumam Bobby dengan muka datar.
"ngajak siapa dong? Devina? Yakali dia mau. Paling dia udah acara sama Kiki, kan ini malem minggu. Hadeeeuuhh.." keluh Bobby lagi.
"yaaaa sudahlah. Nasib jomblo emang kaya gini. Terpaksa deh gue jalan sendirian. Kalo bukan pestanya Rheina juga gue ga bakal pergi ini mah." gumam Bobby akhirnya pasrah.




~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~




TOK TOK!!
Nicky mengetuk pintu rumah Mila.
Tak lama, pintu dibuka oleh pembantunya.
"hai Mbok. Eeeng, Mila ada?" tanya Nicky.
"ada mas. Tunggu ya saya panggilin. Mari mas Nicky, mas Agoy, masuk dulu." ujar mbok nya mempersilahkan masuk.
Nicky yang bersama Agoy pun masuk dan duduk di ruang tamu.
Tak lama, Mila keluar dari kamarnya.
"eeh Nicky, bang Agoy. Tumben ke rumah." sapa Mila, lalu duduk berhadapan dengan Nicky.
"ini Mil, aku cuma nemenin bang Agoy. Oiya, Koko Lee mana?" tanya Nicky.
"ituu, Koko ada di dalem. Lagi siap-siap." jawab Mila.
"siap-siap? Siap-siap kemana?" tanya Agoy.
"Koko mau balik ke Korea. Kerjaan disana kan masih banyak, jadi dia harus balik. Ooh iya, emang bang Agoy mau ngapain mesti di temenin kesini?" tanya Mila.
Agoy berpindah tempat duduk. Kini ia duduk di sebelah Mila.


"Mil, abang mau minta maaf. Abang sempet nuduh kamu sebagai pelaku peneroran dan penculikan Mala. Jujur dulu abang bener-bener ngira kamu pelakunya. Eeh ternyata abang salah. Mangkanya, abang merasa bersalah banget udah su'udzon sama kamu. Maafin abang ya Mil, pliiissss.." Agoy meminta maaf pada Mila dengan posisi tangan memohon.
Mila tersenyum pada Agoy.
"iya baang, Nicky juga udah bilang kok. Aku ga marah kok, cuma sempet kaget doang. Tapi udah maafin bang Agoy kok. Udah yaaaa, aku emang cocok laaah jadi pelaku saat itu, situasinya memungkinkan banget sih. Bisa kebetulan gitu. Hahahaa.." tawa Mila.
"makasih yaaa Mila. Udah deh, kamu emang baik banget. Cepetan jadi ade abang aja deh, supaya Nicky ga galau-galau lagi nih." ledek Agoy sehingga membuat Nicky dan Mila tersipu malu.
"apaan aih lu bang!" Nicky menjitak kepala Agoy.
"yeee tapi mau juga tuuuhh!"



"eeh ada Nicky, eeh ada Agoy." sapa Lee yang baru keluar dari ruangan dalam.
"heey Lee!" Agoy langsung menghampiri Lee dan memeluknya.
"udah lama kita ga ketemu, dan sekarang loe mau berangkat lagi ke Korea? Waaah parah loe." ujar Agoy.
"yaaa mau gimana lagi Goy? Perusahaan disana ga ada yang handle. Mana waktu liburan gue juga udah abis. Yaa terpaksa gue balik kesana." cerita Lee.
"eeeng Goy, kita ngobrolnya di luar aja yuk. Kayanya ada yang harus dibicarain antara adik-adik kita." ujar Lee memberi kode.
"kokoooo mulai deeeehh.." rengek Mila.
"hahahaaa udaah ga papa, kalian ngobrol aja yaa yang anteng, yang mesra, tar koko sama Agoy balik ke dalem semoga kalian udah balikan ya.." Lee dan Agoy pun segera keluar rumah menuju teras.



Nicky dan Mila hanya saling berhadapan, kadang saling mencuri pandang hingga beberapa kali bertemu pandang. (aaiiihh, mereka berdua ini kayanya harus di BAYANGIIIIIINNNNN deeh hahahaaa..)
"eeeng, Mil. Makasih ya udah maafin abang aku." ujar Nicky membuka pembicaraan.
"iyaaa sama-sama Nick. Lagian kan itu cuma kesalah pahaman doang." jawab Mila ramah.
"eeeng Mil. Ntar malem ada acara ga?" tanya Nicky.
Mila mencoba mengingat-ingat sejenak.
"ga ada deh kayanya. Emang kenapa Nick?" tanya Mila.
"gini Mil. Aku pengen ajak kamu ke acara nikahannya temen aku. Tadinya sih aku mau jalan sama Bang Agoy doang, tapiii yang ada ntar kita berdua disangka homoan lagi. Jadinya bang Agoy ngajakin Mala. Dan aku masa jalan sendirian? Jadi aku mau ngajak kamu. Gimana? Bisa ga?" pinta Nicky.
"hahahaaa bisa kok Nick. Lagian aku juga sekalian mau minta maaf sama Mala. Selama ini kayanya aku jahat banget sama dia." ujar Mila menyetujui.
"hah? Beneran mau Mil? Asik! Makasih ya Miill makasiiihh!" Nicky menciumi tangan Mila sambil terus mengucapkan kata terimakasih.
"eeeh maap Mil, refleks." Nicky lalu melepas tangan Mila.
Mila hanya tertawa kecil melihat tingkah lucu Nicky. "ntar malem aku jemput yaa.."



~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~



To: Devina
17.09
Udah siap Dev? Aku jemput sekarang?


From: Devina
17.10
Dikit lagi Ki, eeh tapi kalo mau dateng sekarang juga ga papa sih, nunggu ya hehehee


To: Devina
17.15
Okey deh aku jemput skrg. Gpp aku nunggu. Apa sih yang engga buat kamu hahahaa *gombal*



Kiki segera keluar kamar menuju mobilnya untuk menjemput Devina.
"eeeng Ochi jalan sama siapa ya? Kan ga mungkin gue ngajakin bertiga. Tar yang ada dia ngambek lagi sama gue. Hm, gue telpon aja deh." Kiki lalu menghubungi ponsel Ochi.


"yaa haloo.." Ochi menyahut dari seberang sana.
"heey Chi. Loe jalan sama siapa?" tanya Kiki.
"kenapa emang?" tanya Ochi.
"yeee loe mah ditanyain duluan malah balik nanya."
"gue bawa mobil sendiri kayanya. Abis mau jalan sama siapa lagi? Loe pasti jalan sama....eehm...Devina kan?" ujar Ochi terdengar ragu saat menyebut nama Devina.
"iya Chi. Gue udah keburu ngajak Devina nih. Loe ga papa jalan sendiri? Atau loe mau bareng sama gue juga?" tawar Kiki.
"heh? Bareng sama loe? Loe mau bikin gue jadi obat nyamuk? Udah gih sana loe jemput Devina. Jangan bikin cewe nunggu kelamaan, ga baik. Udah ah gue mau siap-siap dulu. See you Ki!" Ochi langsung mematikan saluran telponnya.
"hhhmm yaudah diajakin bareng gamau hahaha." Kiki langsung menancap gas mobilnya.


Sementara dari seberang jalan, Ochi menatap kepergian mobil Kiki dari jendela kamarnya.
"have fun ya Ki sama Devina. Kayanya malem ini bakal jadi malem terpahit buat gue."
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~



Di tempat acara. Banyak sudah undangan yang berdatangan.
Baik undangan dari pihak Rheina ataupun dari pihak Budi.
Sungguh, hari ini merupakan hari berbahagia bagi mereka berdua. Senyum tak pernah hilang dari bibir Rheina dan Budi yang kini berada di atas pelaminan, bagai Ratu dan Raja yang sedang menggelar pesta kebahagiaan.


Hendra dan Cessa yang telah lebih dulu berada di tempat itu kini tinggal menunggu teman-teman mereka datang.
Dari luar gedung, terlihat Kiki dan Devina memasuki ruangan.
"haii Ki, hai Devina. Waaah Ki kamu ganteng banget. Devina juga cantik. Yuk mari masuk. " sapa Cessa dengan ramah.
Kiki dan Devina pun melenggak masuk.
"oiya Ki, Ochi mana? Dia pasti dateng kan?" tanya Cessa.
"iya dia dateng kok. Mana mungkin dia ga dateng." jawab Kiki.


Tak lama, Kiki dan Mila memasuki ruangan dengan serasi. Nicky dengan kemeja berwarna coklat dengan tangan digulung hingga 3/4 nya, sedangkan Mila dengan gaun coklat susu selutut lengkap dengan tiara cantik yang menghiasi rambutnya yang dicurly. Mila meletakkan tangannya di lengan Nicky. Aiiihh, bagaikan pangeran dan putri!
"ciyeee ciyeeee yang balikaaann.." goda Hendra pada Mila dan Nicky.
"iih Hendra apaan sih. Ga kok, belom."jawab Mila malu-malu.
"iya Hend, belom. Dikiiiittt lagi.." jawab Nicky.
"Nicky ih!" kata Mila sambil mencubit lengan Nicky.
"aaauw! Sakit tau Mil. Eeh gapapa deh, cubit lagi dong.!" sodor Nicky.
"iih kalian malah ngegosip disini. Giih sana Nick, Mil, masuk dulu." Ujar Cessa mempersilahkan.
Nicky dan Mila pun segera masuk ke dalam, menghampiri Kiki dan Devina.


Sesaat setelah kedatangan Nicky dan Mila, datang calon pasangan baru, Agoy dan Mala.
"ya ampuun kayanya di acara nikahan ini banyak yang bawa pasangan baru deh yaaaa.." ledek Hendra saat Agoy dan Mala lewat.
"apaluuuuu Hend! Biarin aja napa wooo!" Agoy menoyor kepala Hendra.
Mala hanya tersenyum digoda oleh Hendra seperti itu.


Acara telah dimulai. Semua undangan telah asik dengan hidangan yang disajikan.
Ya, acara malam itu hanya acara makan-makan dan temu kangen bagi Rheina, karena ia mengundang teman-teman lamanya.
Rheina dan Budi kini berbaur dengan para undangan, untuk menerima ucapan selamat dari teman-teman mereka.
"hai Rhei! Selamet yaaaa akhirnya kamu nikah juga.." sapa Bobby pada Rheina dan Budi.
"haaaayyy Boob! Aaa aku kangen kamu loh! Ay, kenalin. Ini Bobby. Dia temen SMA aku. Bob, kenalin, Budi. Pangeran aku." ujar Rheina mwmperkenalkan mereka berdua.
"Bobby."
"Budi."
"waah Rhei, beruntung banget nih kamu ngedapetin cowo kaya Budi. Semoga kalian langgeng ya!" doa Bobby.
"thanks Bob."


Di sisi lain..
"Saa! Aah maaf gue telat. Tadi ragu mau dateng apa engga." panggil seseorang sambip menepuk pundak Cessa.
"auw! Sakit tau!" Cessa berbalik pada orang tersebut.
Di hadapannya, berdiri seorang gadis manis dengan rambut dikuncir kuda, dengan riasan tipis di wajahnya, mengenakan baju semi dress berwarna hitam, tapi tetap dengan celana Jeans. Simple, namun terlihat rapi dan cocok di kenakan olehnya.
"Ochi??? Wuiiihh Chii kamu cantik bangeeet beneran deh!" ujar Cessa sambil memutar-mutar tubuh Ochi.
"aduuuhh Sa jangan diputer-puter gini dooong lu kira gue gangsing apa!" protes Ochi.
"abisnya kamu cantik banget Chi, beneran! Tar kita foto bareng! Aku harus ngeabadiin moment 'cantik'nya kamu ini!" histeris Cessa.
"Sa Sa plis deeh."
Cessa tersenyum melihat wajah bete Ochi.
"hehheee iya deeh maap maaap. Emang kenapa tadinya gamau kesini?" tanya Cessa.
"yaa abis, paati gue bakal sakit hati lagi ngeliat kemesraan tuuh orang berdua. Tuuuuhhh.." Ochi menunjuk ke arah Kiki dan Devina yang sedang bercanda di seberang mereka.
"yaaaaahhh.. Sabar ya Chi. Mungkin Tuhan udah kasih kamu yang lebih baik daripada Kiki. Udah aaah masa di malam bahagianya kaka aku kamu malah galau siiih. Mending nyanyi aja giih sana! Hibur kita sama suara merdu kamu. Giiihhh ." Cessa mendorong Ochi hingga mendekati panggung.
"heh nyanyi? Ga aaah. Gue ga bisa nyanyi kalo ga ada gitar." tolak Ochi.
"tuuuh ada gitar. So, ga ada alesan lagi buat kamu nolak permintaan aku!" Cessa naik di atas panggung dan mengambil mic yang tergantung di tempatnya.



"eeeng hadirin yang berbahagia. Malam ini, kalian akan dihibur oleh satu penampilan yang keren. Dia akan menyanyikan lagu ciptaannya sendiri dengan live accoustic music. Tanpa banyak bicara lagi, dengan bangga saya tampilkan, Ochi!" ujar Cessa di atas panggung.
"aaaah gila nii Cessa!" geram Ochi. Mau tak mau Ochi naik ke atas panggung.
Apalagi Hendra ikut mendorong Ochi untuk mau bernyanyi malam itu.
"eeeng, malam semua. Gue nyanyi disini atas permintaan Cessa. Maaf kalo kurang mengenakkan, soalnya dia mintanya dadakan banget sih, jadi gue ga ada persiapan. So, please enjoy with my music." ujar Ochi sambil tersenyum.
Semua hadirin memperhatikan Ochi yang telah duduk di atas panggung sambil memangku gitar, tak terkecuali Kiki yang nampak tak berkedip melihat sahabatnya begitu manis.



Harusnya malam ini bertemu
Aku menunggu But You Run And Hide
Apakah ini semua salahku
Mungkin kau takut so you Run and Hide
Run and Hide


Ku mencoba tuk menjaga perasaan
Please understand
Sepertinya ku mengenalmu
Jauh sebelum ku bertemu

Ceritakan semua rahasia jalan hidupmu
Bila engkau bersedih, aku disitu


Harusnya malam ini bertemu
Aku menunggu But You Run And Hide
Apakah ini semua salahku
Mungkin kau takut so you Run and Hide
Run and Hide


Ceritakan semua rahasia jalan hidupmu
Bila engkau bersedih, aku disitu


Harusnya malam ini bertemu
Aku menunggu But You Run And Hide
Apakah ini semua salahku
Mungkin kau takut so you Run and Hide


Harusnya malam ini bertemu, huuu
Run and hide
Apakah ini semua salahku
So you Run and Hide
Run and Hide

You Run and Hide
You run and hide
(Ratu Sweethella-Run And Hide)


PROOKK PROOKK PROOKK!!
Tepuk tangan memeriahi seisi ruangan.
Hampir semua terhibur dengan live accoustic perform Ochi tadi.
Sehabis bernyanyi, Ochi langsung turun dan menemui Cessa.
"Saaaa gue malu bangeeeet!" ujar Ochi histeris.
"iih malu kenapaa? Bagus tauu Chi. Aku udah rekamin. Tar nonton sendiri ya perform kamuu."


"iya Chi, bagus tau. " ujar Kiki mendatangi Ochi.
"iiih loe lagi nambahin." kata Ochi sambil cemberut.
"suara kamu bagus loh Chi. Kamu mau jadi penyanyi? Aku bisa kok ngebantuin kamu." saran Devina yang masih bersama Kiki.
"No, Thanks." jawab Devina.




Di sisi lain ruangan tersebut.
"Haii Mala." sapa Mila.
"heey Mil. Aaa kangen nih sama kamu. Ke Jepang ga bilang-bilang. Aku kan mau nitip bunga sakura. Hehehe.." canda Mala pada Mila.
"Mal, aku mau minta maaf ya. Selama ini aku jutek sama kamu. Trus aku juga sering nuduh kamu deket sama Nicky. Maap yaaaa.." sesal Mila sambil menggenggam tangan Mala.
Mala tersenyum melihat Mila.
"aku ga pernah marah kok sama kamu. Yang ada, aku yang merasa bersalah udah bikin hubungan kamu sama Nicky berantakan. Sekarang, balikan yaaaaa.." pinta Mala.
"hahahaa yaudah kita impas." kedua dara cantik itu pun berpelukan.



"eehm permisi. Minta perhatiannya sedikit." ujar Rheina berbicara di atas panggung.
"spesial untuk hari ini, temen ade aku bakal nyanyi buat kita semua. Kata dia, lagu ini di persembahkan untuk seseorang yang dia cintai. Langsung saja, dengan senang hati, ini dia, Kiki...!" Rheina mempersilahkan Kiki naik ke atas panggung.
"aaargh! Ini yang gue benci! Kiki pasti bakal nembak Devina kan!" gumam Ochi dalam hati.
"Sa, gue balik aja ya. " pamit Ochi pada Cessa.
"eeeh mau pamit kemana? Acaranya kan belom selesai, Chi." tahan Cessa.
"iya Chi, lagian, apa kamu ga pengen ngedengerin sahabat kamu nyanyi?" sambung Devina.
Ochi hanya melirik sinis pada Devina. Akhirnya ia mengurungkan niatnya untuk meninggalkan tempat itu dan tetap ada disitu sampai acara usai.



"selamat malam, hadirin yang berbahagia. Malam ini saya ingin menghibur kalian semua dengan lagu yang asik, serta ungkapan hati saya sendiri. Nicky dan Hendra, naek dong! Iringin gue!" Nicky dan Hendra yang dipanggil namanya langsung naik ke atas panggung dan mengambil posisi. Nicky pada gitar, serta Hendra pada Drum. (mari kita BAYANGIIIIIIIINNNN lagiiiiii!!)



Ku ingin kau tau, kucinta padamu
Saat denganmu kujadi diriku sendiri
Hanyamu.. Untukku..
Dan waktu... Kan membuktikan semua ini
Karnaaa..


Kamulah yang pertama dan terakhir
Kamulah segalanya
Kamulah yang melengkapi hidupku
Kamulah segalanya

Tiada yang bisa memisahkan kita
Biarlah mereka terus mencoba
Kamulah yang pertama dan terakhir
Kamulah segalanya


Kamulah ratu, ratu di hidupku
You are my number one, girl
Oooh I give you the world
Hanyamu.. Untukku..
Dan waktu.. Kan membuktikan semua ini
Karenaaaa..


Kamulah yang pertama dan terakhir
Kamulah segalanya
Kamulah yang melengkapi hidupku
Kamulah segalanya

Tiada yang bisa memisahkan kita
Biarlah mereka terus mencoba
Kamulah yang pertama dan terakhir
Kamulah segalanya


Kamulaaaaahh..
Kamulah yang pertama dan terakhir
Kamulah segalanya
Kamulah yang melengkapi hidupku
Kamulah segalanya
(XO-IX -Kamulah segalanya)




Proookk proookkkk!!
Tepuk tangan yang tak kalah meriah pun didapat Kiki dan kawan-kawan.
"terimakasih untuk tepuk tangannya. Tapi saya menyanyi disini bukan hanya untuk menghibur kalian semua. Saya ingin menyatakan perasaan saya pada seseorang, yang saya cintai." ujar Kiki.
Ochi menggenggam tangan Cessa. Ia tak kuat melihat Kiki di atas panggung.
Di ujung sana, Bobby berusaha menyembunyikan rasa sakit hatinya pada Kiki. Ia tetap tersenyum melihat Kiki di atas panggung.
"Devina, maukan kamu naik ke atas panggung?" panggil Kiki dengan senyumnya yang sangat manis. (aaaaaaa BAYANGIIIIIIINNNNN!!!! die!)
"Sa maaf gue bener-bener ga kuat." kata Ochi hendak berlari menuju toilet.
"Chi!" tahan Cessa.
"kalo kamu pergi, Kiki akan tau perasaan kamu. Tahan ya Chi." ujar Cessa masih menggenggam tangan Ochi.
Dengan sangat-sangat terpaksa Ochi menetapkan kakinya di tempatnya berdiri.



Dengan anggunnya, Devina naik ke atas panggung. Sementara Kiki membantu Devina naik ke atas panggung dengan memegangi tangannya.
Kini, dua sejoli itu tengah berada di atas panggung, berpegangan tangan.
"Dev, aku mau ngucapin makasih banyak, kamu udah bantuin aku selama ini. Tanpa kamu, mungkin rencana aku ga akan berhasil sampe malam ini." ujar Kiki.
Devina tersenyum. "sama-sama Ki. Ini rencana aku juga kan."
Ochi tak bisa berkonsentrasi dengan percakapan Devina dan Kiki di atas panggung. Ia sibuk melengoskan pandangannya agar tak melihat kejadian di atas panggung.



"lagu tadi, gue persembahkan untuk seseorang yang gue sayang selama ini. Cewe yang bikin gue jadi diri sendiri tiap gue bareng dia. Cewe yang selalu sukses bikin gue ngakak di tengah kelucuannya. Cewe yang selama ini selalu cemburu kalo gue jalan bareng Devina. Cewe yang tomboy, tapi selalu jadi dirinya sendiri. Ochi, sahabat gue sendiri." ujar Kiki dengan mantap dari atas panggung.
"Chi, nama kamu disebut Chi!! Lagu tadi buat kamu, bukan buat Devina!!" Ujar Cessa histeris sambil mengguncang-guncang tubuh Ochi.
"hah? Apa Sa? Gue ga denger yang Kiki bilang. Gue gamau denger." balas Ochi yang sedang menutup telinganya.
"iiiihhh!" Cessa menarik tangan Ochi yang dari tadi menutupi telinganya.
"mangkanya denger., lagu itu buat kamu, bukan buat Devina!!" ulang Cessa.
"hah??" Ochi tak percaya dengan apa yang didengarnya.



Tak lama, Kiki telah berada di depannya, berlutut dengan lutut kiri menjadi tumpuannya.
"Kiki? Mau ngapaiiiiin?" tanya Ochi masih bingung.
"Chi, gue sayang sama loe. Gue cinta sama loe, melebihi cinta loe ke gue. Loe mau, jalanin hidup yang baru bareng gue?" pinta Kiki dengan mesranya. (aaaaaa Kiki romantis bangeeeeetttt!! BAYANGIIIIIIINNNNN!!!)
"tapi Ki, selama ini loe sama Devina?" tanya Ochi.
Kiki tersenyum. "itu bukan seperti yang loe bayangin." ujar Kiki sambil tersenyum pada Devina.


"semua ini rencana aku dan Kiki, Chi. Aku dan Kiki cuma bersandiwara selama ini. Kiki pengen ngeliat setulus apa kamu cinta sama dia, sampe ngerelain dia buat aku. Sebenernya aku ga tega ngeliat kamu terus-terusan cemburu, tapi apa boleh buat. Ini juga mau aku kok. Jadi, tunggu apa lagi, kalian saling mencintai. Yang langgeng ya!" ujar Devina dari atas panggung.



"So Chi, would you be mine?" tanya Kiki sekali lagi, kini dengan menggenggam tangan Ochi.
Ochi menangis, ia tak bisa lagi menahan air matanya.
Namun kali ini bukan air mata kesedihan yang keluar, melainkan air mata terharu, karna cintanya ternyata terbalaskan dengan yang lebih indah. Walaupun pada awalnya perasaannya "dipermainkan" oleh Kiki dan Devina karna rencana mereka yang benar-benar rapi dan canggih, namun pada akhirnya ia benar-benar bahagia.
"I will, Ki. I Will." jawab Ochi dengan senyum mengembang.
"yeaaaayyy!!!" Kiki meloncat kegirangan. Ia sangat bahagia akhirnya ia biaa menyatakan perasaannya pada Ochi, perasaan yang selama ini ia simpan, demi rencananya yang ia Rancang bersama Devina.
Seisi ruangan ikut bahagia melihat adegan romantis itu.



"okey Ki, kamu udah nyelesein tugas kamu. Sekarang, aku yang akan ngakuin sesuatu." ujar Devina yang masih berdiri anggun di atas panggung.
"Dear, Bobby. Maaf selama ini aku kesannya ngegantungin kamu. Aku cuma pengen ngeliat dan ngetest, seberapa tulus kamu cinta sama aku. Seberapa cinta kamu ke aku. Dan kini, aku tau. Kamu cowo tertulus yang pernah cinta sama aku. Sekarang, aku ga mau ngegantung hubungan ini lagi. Bob, kamu mau jadi pacar aku?" tanya Devina dengan beraninya. Jujur, ia mengumpulkan keberaniannya dari semalam.


Kiki menarik tangan Bobby, lalu mendorongnya agar ia naik ke atas panggung, menemani Devina.
"ini waktunya. Sorry udah bikin loe jealous selama ini. Cuma rencana bray, bukan beneran!" ujar Kiki sambil menaikkan alisnya.
Bobby yang masih melongo tak percaya berjalan pelan menaiki panggung.
"Bob.." Devina mengambil tangan Bobby.
"aku minta maaf udah ngegantungin kamu selama ini. Sekarang, aku mau hubungan kita pasti. Sekali lagi aku tanya, kamu mau jadi pacar aku?" tanya Devina.
Bobby menatap mata Devina dengan penuh kasih sayang, lalu berkata.
"maaf Dev, aku ga bisa nerima kamu." ujar Bobby, lalu menghempas tangan Devina.
Seisi ruangan terkejut mendengar jawaban Bobby.
"looh Bob kenapa? Bukannya loe juga cinta sama Devina?" tanya Kiki.



Bobby kemudian berlutut di hadapan Devina., mengambil tangan Devina, lalu berkata.
"bukan kamu yang harusnya nyatain hal itu ke aku. Itu bagian aku. Yang harusnya kamu katakan adalah jawabannya. So, Dev, kamu mau ngedampingin aku seumur hidup?" tanya Bobby dengan wajah yang sangaaaaaat manis. (maukah kalian ngeBAYANGIIIIIIIINNNNN!!!?)
Air mata Devina tak bisa lagi ditahan.
Kebahagiaan sangat memenuhi dirinya malam ini.
"aku mau Bob. Aku mau, banget." jawab Devina dengan senyum yang mengembang.


"ciyee ciyeeeee banyak yang jadiaan niiih malem iniii.." ledek salah satu tamu undangan
Devina-Bobby serta Kiki-Ochi hanya tersipu malu diledek seperti itu.
"Ki, asli loe tuh jahat banget tau! Ngeboongin gue sampe segitunya. Bikin gue jealous sepanjang hari, dan ternyata itu cuma rekayasa? Iiish beneran loe yee!" ujar Ochi kesal.
Kiki tertawa melihat sahabat (eeh sekarang pacar dink) nya itu ngambek.
"hahahaaaa ya kan gue pengen ngebuktiin kalo loe tuh cinta beneran apa engga sama gue. Kalo gue sih udah cinta sama loe sejak kita kecil. Tapiiii gue takutnya loe cuma nganggep gue sahabat doang, yaudah gue nyari pelarian. Eeeh ternyata gabisa. Loe tetep di pikiran gue, Chi." gombal Kiki.
Ochi tersipu malu dengan kata-kata Kiki.
Apa yang Kiki rasakan, benar-benar mirip dengan yang ia rasakan. Ah, jodoh!



Sesuai Janji Bobby, Kini Bobby memainkan piano yang tersedia di atas panggung dan memainkan sebuah lagu, khusus untuk orang yang ia cintai, Devina.



Apalah arti hidup, tanpa cinta
Apalah arti cinta, tanpa kasih
Dan apalah arti diriku tanpa hadirmu
Apalah arti semua tanpa dirimu

Ada dalam pelukku
Bersatu slamanya

Karna cintaku ada untuk dirimu
Memberikan smua yang terindah
Karna kasih suciku hanya untukmu
Yang takkan mungkin hilang
Dan takkan pernah bisa sirna


Ada dalam pelukku
Bersatu slamanyaaaaa


Karna cintaku ada untuk dirimu
Memberikan smua yang terindah
Karna kasih suciku hanya untukmu
Yang takkan mungkin hilang
Wohhoooo

Karna cintaku ada untuk dirimu
Memberikan semua yang terindah
Karna kasih suciku hanya untukmu
Yang takkan mungkin hilang
Wwoohhoowwuuoo
(UNGU-Apalah Arti Cinta)



Semua undangan yang ada di ruang tersebut benar-benar terhibur dengan alunan piano dan suara Bobby yang sangat merdu.
Namun yang sangat terhibur dan bahagia adalah Devina.
Ya, Bobby telah menepati janjinya.
Menyanyikan sebuah lagu untuknya, saat menyatakan cinta padanya.
Aah, sweet!




Para hadirin melanjutkan makan mereka.
"hai Sa. Hai Hend." sapa seseorang.
"heey! Alwin! Wow! Sejak kapan ke Indonesia?" tanya Cessa histeris. Ia tak menyangka Alwin bakal hadir di pesta kakanya.
"semalem aku mendarat. Ini juga karna undangan Rheina." ujar Alwin.
"eehm, btw siapa nih Win?" tanya Hendra pada Alwin. Terlihat Alwin menggandeng seorang wanita cantik.
"ooh ini. Kenalin." Alwin memperkenalkan wanita yang ia gandeng.
"ini Vhivy, pacar gue. Dia ini pacar pertama gue dulu. Ternyata gue emang ga bisa berpaling dari dia. Gue selalu nyari yang baru, tapi emang cuma dia yang ada di pikiran gue."
"Hai Sa, hay Hendra. Salam kenal. Aku Vhivy. Maaf ya selama ini Alwin ngegangguin kamu. Hehehee.." sapa Vhivy dengan ramah.
Cessa dan Hendra bergantian menyalami Vhivy.
"bagus deh loe udah punya pacar, jadi ga bakal ngegangguin Cessa lagi." ujar Hendra girang.
"iiih Hendra apaan sih. Alwin ga pernah ngegangguin aku kooo..." sahut Cessa.
"tenang aja Hend, gue yakin, Vhivy ini tulang rusuk gue. Dikit lagi kita juga nikah. Tapi ga disini, mungkin di Belanda.." jelas Alwin.

"oooh okeey. Jangan lupa undaang!" seru Cessa.



~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~


Pesta telah berakhir. Namun kebahagiaan Bobby-Devina baru dimulai.
"Dev, makasih banyak ya. Aku ga pernah nyangka kalau endingnya aku bisa ngedapetin kamu. Aku janji, aku ga bakal ngecewain kamu. Aku ga bakal bikin kamu sakit hati. Pokonya aku bakal ngejagain kamu semampu aku!" janji Bobby di dalam mobil saat mengantar Devina pulang.
"iya Bob, iyaaaa. Aku percayaa kok. Aku minta maaf kalo aku udah mainin kamu, bikin kamu cemburu sama Kiki. Itu beneran sandiwara Kiki sama aku kok. Aku sebenernya ga tega tiap ngeliat kamu Galau gara-gara aku. Tapi mau gimana lagi. Sandiwara ini malah makin sukses ngeliat kamu cemburu hehehe.." jelas Devina.
Aaah, kebahagiaan benar-benar menyelimuti mereka berdua.



~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~




Pagi harinya, mentari bersinar dengan sangat cerah, Menyinari perasaan Nicky saat ini.
"Mila, ga papa kan aku ajakin jalan-jalan pagi gini?" tanya Nicky pada Mila.
"iyaaaa gapapa koo Nick. Aku juga bete dirumah sendirian. Abis koko udah jalan semalem." jawab Mila.
Nicky dan Mila asik berjalan pagi, menikmati keindahan matahari yang begitu terik.
"eeh Mil, aku pengen ngajak kamu ke suatu tempat." ujar Nicky.
"kemana?" tanya Mila.
"tapiii tutup duluu matanya. " sambungnya.
"hah? Iiih takut aah gamau. Tar kalo aku jatoh pas jalan gimana?" protes Mila.
Nicky tertawa melihat Mila yang ketakutan.
"haahaaaa ga laaah Milaaa. Kan aku pegangin. Yaaa tutup dulu matanya." pinta Nicky sekali lagi.
Akhirnya Mila meng-iyakan permintaan Nicky.
"iya deh. Tapi janji ya pegangin."
Nicky mengangguk.
Ia kemudian menutup mata Mila dengan selembar kain, lalu menuntun Mila menuju suatu tempat.



Tak lama, Nicky meminta Mila menunggu sejenak.
"Mal, tolong pegangin Mila ya." pinta Nicky.
"Mal? Ada Mala disini?" tanya Mila, masih dengan mata tertutup.
tak ada yang menjawab. Mila hanya merasakan tangan yang memeganginya sedari tadi berubah menjadi tangan yang lebih kecil.


Jreng!
"Mil, kamu boleh buka mata kamu." perintah Nicky.
Dengan perlahan Mila membuka tutupan matanya, dengan sedikit dibantu oleh Mala.


Di hadapannya, terlihat beberapa anak kecil memegangi masing-masing satu buah karton berwarna warni dengan satu persatu huruf tertera di dalamnya.

BACK TO ME , MILA.


mila menahan tangisnya, ia sangat terharu membaca tulisan yang ada di karton-karton yang dipegangi anak-anak kecil itu.

Dari belakang anak-anak kecil itu, terlihat seorang memeluk gitar, sambil duduk dengan gagahnya.
"this is song, for you, Mila."



Tiba saat mengerti
Jerit suara hati
Yang letih meski mencoba
Melagukan rasa yang ada

Mohon tinggal sejenak
Lupakanlah waktu
Temani air mataku
Teteskan lara merajut asa
Menjalin mimpi
Endapkan sepi-sepi


Cintakan membawamu
Kembali disini, menuai rindu
Membasuh perih

Bawa serta dirimu
Dirimu yang dulu, mencintaiku
Apa adanya


Saat dusta mengalir
Jujurkanlah hati
Kenangan bathin jiwamu
Kenangan cinta seperti dulu
Saat bersama tak ada keraguan


Cintakan membawamu
Kembali disini, menuai rindu
Membasuh perih

Bawa serta dirimu
Dirimu yang dulu, mencintaiku
Apa adanya


Tiba saat mengerti
Jerit suara hati
Yang letih meski mencoba
Melagukan sesal yang ada
Mohon tinggal sejenak lupakanlah waktu
Temani air mataku, teteskan laraku


Cintakan membawamu
Kembali disini, menuai rindu
Membasuh perih

Bawa serta dirimu
Dirimu yang dulu, mencintaiku
Apa adanya

Cintakan membawamu
Bersama jiwaku, dirimu yang kutunggu-tunggu
(XO-IX - Cintakan Membawamu Kembali)



Nicky meletakkan gitarnya, kemudian mendekati Mila.
"Mila. Mungkin lagu itu bukan apa-apa kalau dibandingin dengan perasaan aku saat ini. Aku, bener-bener sayang sama kamu. Aku ga sanggup harus kehilangan kamu lagi. Aku ga bisa hidup tanpa kamu. Please, back to me, I love You, Mila."
Nicky menggenggam tangan Mila, lalu meletakkannya di dadanya.
"aku janji, aku gabakal ngecewain kamu lagi Mil." sambung Nicky.
Kali ini, ia meminta dengan suara bergetar.


"aku yakin kok Nick, aku yakin. Aku juga cinta sama kamu. Aku ga bisa hidup tanpa kamu juga." jawab Mila dengan berlinangan air mata.
"jadi?" tanya Nicky meminta kepastian.
Mila mengangguk. Dengan pasti ia menjawab, "I back, for your heart."




~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~



Siangnya..
Di ruangan kecil dan gelap.
Hanya tempat tidur besi dan lemari kecil yang ada di ruangan itu.
Sementara ruangan tersebut hanya si terangi pancaran sinar matahari yang menelusup masuk lewat jendela berterali.
Seorang lelaki berkulit bersih sedang meringkuk dengan memeluk sebuah bingkai foto. Pandangannya kosong melompong. Sesekali ia melirik foto yang ia peluk.


"Bang, aku kasian ngeliat kondisi Iras sekarang. Dia jadi kaya gitu." ujar Mala prihatin saat melihat Iras dari luar jendela.
"aku juga ga nyangka dia bisa jadi kaya gini. Aku pikir, penyakitnya bisa di sembuhin dengan terapy-terapy psikologi. Ternyata engga."
"aku pengen minta maaf sama Iras bang, gara-gara aku, dia jadi kaya gini." ujar Mala.
"maaf mba., pasien belum bisa di dekati. Setiap didekati orang, dia selalu mengamuk. Kami takut, pasien bisa membahayakan mba." cegah seorang suster yang mendampingi mereka.
"see?? Ga boleh kan Mal? Yaudah lah ya. Kita ngeliat dari sini aja."
Mala terus menatap sahabatnya itu. Iras menatap ke arah foto yang dipeluknya.
"itu foto siapa sih sus?" tanya Mala.
"itu foto mba." jawab Susternya.
"ya ampun Iras.." Mala menangis melihat kondiai Iras yang makin memprihatinkan itu.
"tenang ya Mal. Iras bakal aman kok disini.." Ujar Agoy sambil memeluk Mala untuk menenangkannya.
Tak lama, Iras melihat ke arah foto yang ia peluk. Mengusap bingkai tersebut, lalu menciuminya.
"aaaarrrrgghhh Malaaaaaaa!!!!!" teriaknya histeris.
Mala hanya bisa menangis melihat kondisi sahabatnya yang sangat ia sayangi itu. Betapa kasiannya.



Sejam kemudian, Mala dan Agoy meninggalkan kamar Iras dan rumah sakit Jiwa tersebut.
"bang, makasih ya udah ngejagain aku selama ini. Aku juga minta maaf, selalu ngerepotin abang." ujar Mala saat dirinya dan Agoy sedang duduk di sebuah taman yang indah.
Agoy tersenyum manis pada Mala. (huwwooooo senyumnya BAYANGIIIIIIINNNNNN!!!!)
"aku sama sekali ga merasa di repotin sama.kamu kok Mal. Malah aku seneng bisa ngejagain artis ngetop kaya kamu."
"aaah abang. Ga koo aku ga nganggep diri aku artis. Aku juga seneng kok bisa dijagain sama orang baik dan jujur kaya abang."



Agou kemudian menggenggam tangan Mala.
"Mal, setelah pelaku peneroran kamu ketauan, berarti aku ga jadi bodyguard kamu lagi dong?" tanya Agoy kecewa.
Mala tersenyum mendengar perkataan Agoy.
"kayanya sih gitu bang."
Agoy menunduk lesu mendengar jawaban Mala.
"tapi, abang mau ga jadi bodyguard buat hati aku? Kayanya hati aku maunya dijagain sama abang nih." sambung Mala.
Agoy terkejut mendengar perkataan Mala.
"ngejagain hati kamu? Kamu mau, aku jagain hati kamu?" tanya Agoy tak percaya.
Mala mengangguk.
"aku titip hati aku sama abang ya. Jangan di ilangin, jangan di sakitin." ujar Mala dengan senyum yang manis.
Agoy mengangguk, dengan penuh kebahagiaan dan kepastian.
"pasti Mal, pasti! Hati kamu akan aku jagain, sampe kapanpun, dan gimana pun keadaannya. Thanks Mal, udah percayain hati kamu untuk aku. Aku, cinta kamu, Cover Girl."



*THE END*



tanpa banyak komentar seperti biasanya, aku cuma mau bilang,
Thanks buat yang udah setia baca cerbung COVER GIRL ini sampai tamat.
Thanks yang udah mau nungguin, thanks yang udah ngasih aku semangat tiap nulis.
Thanks udah nagih tiap harinya, udah kasih kritik dan saran. Semua sangat berarti buat aku.
Semoga kalian suka dengan karya aku ini.
Kalian, semangatku :*
Maaf kalo endingnya kurang berkenan di hati kalian. Aku masih perlu banyak belajar.
Bye, see you at next FanFiction. Muaaaaaaaach!! :*


♥ Xowners_PALU ♥
♥ Fanfict_XOIX ♥





♥ COVER GIRL ♥ ~ Chapter 19 ~

Tittle: ♥ COVER GIRL ♥
Length: 20 Chapter
Author: @yasmiin2805 from fanbase @Fanfict_XOIX




♥ COVER GIRL ♥
~ Chapter 19 ~




Siang hari itu terasa terik sekali. Nicky, Kiki dan Hendra baru saja keluar dari kelas mereka.
"eeh guys, gue balik duluan ya." pamit Hendra.
"emang mau kemana Hend? Tumben." tanya Nicky.
"inii Nick, Hendra di ajakin Fitting baju sama Cessa. Udah mau nyusul Ka Rheina sama Budi kali tuh hahahaaa.." ledek Kiki.
Nicky tertawa mendengar candaan Kiki. Sementara Hendra hanya merengut diledek seperti itu.
"yeee apaan sih loe Ki. Orang cuma jadi pendamping doang wooo!" Hendra menoyor kepala Kiki.
"udah ah gue jalan duluan. Cessa udah nungguin di parkiran. Bye!" Hendra pun berjalan menjauhi Nicky dan Kiki.
"jangan lupa ntar dateng ke caffe biasa buat ngebicarain rencana pencarian Mala!" teriak Nicky pada Hendra sembari mengingatkan.
"siiippp!!" Hendra mengiyakan.


Nicky dan Kiki pun memisahkan diri. Nicky pulang dengan mobilnya, sedangkan Kiki masih menunggu Ochi yang belum keluar dari kelasnya.
Dddrrtt..
Dddrrtt..
Handphone Kiki yang ia letakkan di saku celana kanan bergetar tanda pesan masuk.
Kiki segera mengambil handphonenya dan membacanya.


From: Devina
14.36
Ki, aku ada perlu. Bisa ketemuan?


"Devina ngajak ketemuan? Eeeeng." Kiki membalas pesan dari Devina itu.


To: Devina
14.37
Bisa. Kapan?


From: Devina
14.40
Sekarang bisa?


To: Devina
14.43
Bisa sih. Yaudah, dimana?


From: devina
14.45
Di taman kota aja Ki. Aku meluncur kesana. C u! ;)


"duhh. Ochi gimana dong?" gumam Kiki.
Tak lama, Ochi keluar dari kelasnya.
"nah itu dia keluar. Dia pulang sendiri aja gapapa deh Ya." Kiki langsung menghampiri Ochi.
"eeh Ki. Maap yaa lama nungguin tadi tu dosen lama banget sih ngajarnya." ujar Ochi.
"iya ga papa Chi. Eeeng, gini Chi, gue mau minta maap juga. Gue ga bisa balik sama loe." kata Kiki ga enakan.
"loh emang kenapa?" tanya Ochi.
"iniii Devina ngajakin ketemuan, katanya urgent." jelas Kiki.
Ochi menganggukkan kepalanya pelan.
"oooohh Devina. Yaudah. Trus tadi ngapain nunggu gue? Sana gih tar telat lagi. Ga baik bikin cewe nunggu." seru Ochi dengan senyum yang terkesan dipaksakan.
"gapapa nih Chi? Gue ga enakan sama loe." ujar Kiki lagi.
"yaelaaah ga papa. Lu kaya baru kenal gue aja deh. Udah ah gue laper, mau ke kantin dulu. Giih loe pergi, ati-ati ye." Ochi mendorong tubuh Kiki hingga masuk ke dalam mobil.
Kiki tersenyum melihat tingkah Ochi.
"makasih ya Chi, loe baik banget sih jadi orang. Daahhh." Kiki mengelus lembut rambut Ochi sebelum pergi.
Ochi hanya tersenyum saat Kiki mengelus rambutnya.
Kiki pun pergi meninggalkan Ochi.
"yayayaaa.. Saking baeknya gue, gue ngebiarin rasa sakit hati ini menjalar di hati gue. Asal loe bahagia lah Ki."



~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~



Sorenya, Cessa dan Hendra masih berada di butik tempat Rheina dan Budi fitting baju.
"Sa, kamu sama Hendra pake baju warna biru ini ajaaa, pasti cocok deh." saran Rheina pada Cessa sambil menunjukkan sepasang baju kemeja dan kebaya berwarna biru yang modelnya sangat serasi.
Cessa tersenyum melihat busana tersebut.
" boleeh ka, cantik juga bajunya. Gimana Hend?" Cessa memperlihatkan baju tersebut pada Hendra.
Hendra mengangguk tersenyum sambil mengelus rambut Cessa. (EHM! selalu deh bikin envy. BAYANGIIIIINNN! hihihii)
"boleh. Aku suka modelnya. Kalo kamu yang pake pasti cantik banget deh." puji Hendra sehingga membuat Cessa tersipu.



"jeileeeeehhh kok malah kalian sih yang lebih mesra daripada gue sama Rheina? Ntar yang ada nih ya Rhei, kita bakal kesusul nih. Ni anak berdua yang duluan naek ke pelaminan." ledek Budi sambil menunjuk kepala Hendra dan Cessa.
"hahahaa bisa jadi ay. Kalo ngeliat Hendra mesra gitu ke Cessa., jadi pengen di mesrain juga deeeehh.." Kata Rheina seakan memberi kode.
Budi tersenyum manis, maniiiisss sekali. (huduuuhh ga tahan ngeBAYANGIIIIINNN senyum ka Budi.)
"aku ga bisa mesra, ay. Aku juga ga bisa gombal kaya Hendra. Soalnya ngeliat mata kamu aja aku langsung luluh, ga bisa berkedip dan langsung terhipnotis, berasa kamuuuuu aja di otak aku. Yaa jadi aku ga bisa berkata apa-apa buat ngegombalinnya." ujar Budi sambil menggenggam tangan Rheina.
"aaaa so sweeeettt!" histeris Cessa.
"iiih ayank bisa aja iiih. " Rheina tersipu malu mendengar tutur kata yang keluar dari mulut Budi tadi.


"eeeh ini kenapa jadi ajang gombal-gombalan siiihh. Cepetaan ayoo fitting bajunya lagi, udah deket niih harinya." ujar Mamanya Rheina dari belakang mereka.
Rheina, Cessa, Budi, dan Hendra cekikikan sendiri mendengat teguran dari mamanya Rheina dan Cessa tadi.




~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~



Malamnya, Kiki mendatangi rumah Ochi.
"Ochiiii, Ochiiii." teriak Kiki dari luar rumah.
Ochi mengeluarkan kepalanya dari jendela kamarnya yang berada di lantai atas.
"apaaaa?"
Kiki mendongak ke atas.
"yeeee malah nanya kenapa. Ayoooo. Katanya mau ikut pertemuan buat nyari Mala." ajak Kiki.
"ooh iyaaa gue lupa!" Ochi menepuk jidatnya.
"tungguuuuu, gue siap-siap duluuuu." Ochi pun segera bersiap menemui Kiki.
"dasaaaar pelupa akut! " gumam Kiki.


Tak lama kemudian, Ochi telah bersiap menemui Kiki.
"ayoooo jalan." ujar Ochi.
Kiki menatap Ochi dari kaki sampe ujung kepala.
"Chi, ini yang dateng tuh cowo-cowo loh. Loe pakean cuma gini doang gitu?" tanya Kiki sambil masih memperhatikan stelan yang dikenakan Ochi.
Celana jeans beraksen baretan sobek, sepatu kets, serta kaos oblong berwarna hitam. Rambutnya hanya dikuncir kuda seperti biasa.
"laaah emang kenapa? Emang biasanya gue kaya gini kan." seru Ochi sambil kembali memperhatikan pakaiannya.
"yaaa iya siiiih. Tapi nii disana bakal banyak cowo yang dateng, masa iya penampilan loe juga kaya cowo gini? Ga ada niat buat tampil cantik gituuu di depan mereka?" tanya Kiki lagi sambil memutar balikkan badan Ochi.
"heh? Emang niat gue kesana mau ngapain? Mau nyari cowo? Aaah banyak ngatur deh loe Ki kaya emak gue aja. Udah yuk jalaaan, tar telat lagi." Kiki menarik tangan Kiki lalu masuk ke dalam mobil.




Setibanya di kafe yang dituju, Kiki dan Ochi segera mencari tempat yang telah Agoy pesan untuk menbicarakan rencana ini.
"kayanya disana deh. Yuk Chi." Kiki merangkul pundak Ochi lalu berjalan bersama menuju tempat duduk yang telah ditentukan.
Di tempat tersebut telah ada seseorang yang sedang membaca sebuah buku.
"Iras ya?" sapa Kiki.
"eeh eeng iya hehehe. Temennya Nicky kan? Ayo duduk." ajak Iras sambil membetulkan posisi duduknya.
Kiki dan Ochi pun segera duduk di kursi yang ada di sekitar situ.
"udah lama loe?" tanya Kiki.
"ya sekitar 15 menitan lah." jawab Iras dengan senyumnya yang manis. (atulaaaahh BAYANGIIIIINNNN!)



"eeeng sorry gue mau nanya dong. Ini Iras yang penyanyi ngetop itu kan?" tanya Ochi ragu.
Iras mengangguk.
"penyanyi doang ah, belom ngetop-ngetop banget hehehe.. Iras." Iras menyodorkan tangannya untuk berjabat tangan dengan Ochi.
"haah serius? Ya ampuuunn, gue tuh suka dengerin lagu-lagu loe. Suara loe tuh emas banget! Kenalin, Ochi." Ochi pun menjabat tangan Iras.
Iras tersipu mendengar pujian dari Ochi.
"aaah ga begitu bagus kok. Masih standar doaang." ujar Iras merendah.
"suara loe emang bagus kok Ras. Gue aja suka ngedengerinnya." seru Kiki.
Iras tertawa mendengar pujian dari Kiki.
"aah kalian berdua bisa aja hahahaa.."
Tak lama mereka bercengkrama, datanglah Nicky, Agoy, Hendra, Budi, dan beberapa agen detektif.



"hay Guys. Maap lama. Nih nungguin Nicky lama banget mandinya." ujar Agoy.
"diiih nyalain gue enak aja. Loe kali yang lelet pake bajunya." ujar Nicky menyalahkan Agoy balik.
"woooyy berantem deeh baru juga dateng. Udah yuk, langsung kita mulai aja." kata Kiki menengahi.
Mereka berdua pun berhenti berdebat, duduk di tempat yang telah di sediakan, lalu mulai membicarakan rencana pencarian besar-besaran terhadap Mala.




Sekitar sejam kemudian, mereka telah selesai membicarakan rencana tersebut.
Pencarian besar-besaran itu akan dimulai besok pagi, rencananya mereka akan melosok ke desa-desa kecil, hingga ke pegunungan.
"eeng guys, rapat kita selesai sampe disini. Terimakasih, Nicky, Kiki, Iras, Budi, Hendra, Ochi, dan mas-mas detektif ini udah mau berpartisipasi dalam pencarian Mala. Mohon kerja samanya juga." ujar Agoy berterimakasih.
Tak lama gerombolan cowo-cowo ganteng + 1 cewe setengah cowo itu pun bubar perlahan.
Nicky dan Agoy menuju mobil mereka, hendak balik ke rumah.



"eeeh bang, tunggu. Kayanya dompet gue ketinggalan di atas meja deh." ujar Nicky sambil mencari-cari dompetnya di kantong.
"yaelaaah kebiasaan. Yaudah gih sana cepetan, gue tunggu."
Nicky pun segera kembali ke dalam caffe, menuju tempat duduk tadi.
"tuuh kan apa gue bilang. Ketinggalan di atas meja." Nicky mengambil dompet tersebut lalu memasukkannya ke dalam kantong celananya.
"eh, punya siapa tuh? Kayanya ketinggalan juga deh." ujar Nicky saat melihat sebuah buku tergeletak pula di atas meja.
Nicky mengambil buku tersebut, lalu berkata,
"yaudah deh gue bawa aja dulu. Siapa tau punyanya bapak-bapak Detektif tadi.



~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~



Keesokan harinya, di rumah Devina.
"mom, Devina berangkat ya Mom." pamit Devina pada Maminya.
" kamu berangkat pake apa sayang? Mobil kamu kan di bengkel." tanya Maminya.
"oh iyaaaa!" Devina menepuk jidatnya.
"yaaah gimana doong. Dev pinjem mobil mom aja deeeehh.." rengek Devina.
"eeeh jangan. Ntar mom mau pergi arisan. Kamu nebeng sama siapa kee gitu." tolak maminya.
"nebeng sama siapaaaa? Ini udah jam segini mana ada yang mau mampir kerumah Dev. Yaudah deh Dev cari taksi ajaa.." Devina pun keluar rumah dengan bersungut-sungut.


"kalo sama abang ojek ini aja gimana?"
Devina mendongak. Di depan pagar rumahnya ternyata telah menunggu seorang cowok ganteng duduk macho di atas motor gedenya, lengkap dengan jaket kulit serta helm gedenya.
"Bobby?" ujar Devina heran.
Bobby tersenyum manis pada Devina.
"yooii. Mau ga?" tawar Bobby sekali lagi.
"loh, kok bisa disini?" tanya Devina.
"yelaaah banyak tanya niiihh. Ayoooo ikut. Tar telat loh. Nih." Bobby menyodorkan helm.pada Devina.
Devina puen mengambil helm yang disodorkan Bobby, lalu naik ke atas motor.
"makasih ya Bob. Kamu terlalu baik sama aku." kata Devina di atas motor.
"terlalu baik? Hahahaa ga laah Dev. Aku jahat tau. Aku cuma pengen ngerasain ngejemput kamu. Mungkin untuk yang terakhir kalinya. Karnaaaa yaaaaa siapa tau ajaa besok dan seterusnya bakal ada cowo yang tiap hari anter jemput kamu. Kan sayang kalo aku ga ngejemput kamu sekarang, tar ga bakal bisa lagi. Hehehee.." Tutur Bobby. Devina hanya diam mendengar perkataan Bobby.
Entah mengapa, hatinya terasa sesak saat Bobby mengucapkan kalimat-kalimat tersebut. Sakit.



~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~



"eeeh bro, kata bang Agoy, ntar dia mau ngumpul lagi. Ada yang pengen dia omongin." ujar Nicky pada Kiki dan Hendra.
"apa lagi emangnya? Bukannya yang kemaren udah fix ya?" tanya Hendra.
"engga. Katanya ada perubahan rencana." ujar Nicky.
Hendra dan Kiki pun mengangguk-angguk.
"jangan lupa ajak Ochi juga. Gue udah bbm Iras juga kok."



Sorenya, di caffe yang sama. Rombongan yang kemarin itu hari ini kembali berkumpul.
"maaf guys, gue ngajak kalian ketemuan lagi. Gue cuma mau bilang, kalo pencarian kita terhadap Mala, dibatalin aja. Di selesain. Kayanya semua percuma." ujar Agoy lesu.
Hampir semua terkejut mendengar pernyataan Agoy.
"apa bang? Di batalin? Selesai gitu? Udah sampe sini aja? Tapi kenapa bang?" tanya Kiki.
"gue rasa, semua ini sia-sia. Toh udah ampir 3 minggu Mala ilang, dan ga ditemuin sampe sekarang. Mungkin, Mala udah ada di lain alam." ujar Agoy tambah lesu.
"Bang! Loe ga boleh ngomong kaya gitu! Kita harus optimis dong bisa nemuin Mala!" ujar Nicky.



Hening.
Semua belum berani mengeluarkan suara.
Semua masih bingung dengan argumen Agoy, namun tak ada yang berani membantah.



"gini aja deh." Iras akhirnya memberanikan diri untuk membuka mulut.
"gimana kalo kita nyari Mala, masing-masing? Buat yang berniat untuk nyelesein pencarian ini, terserah. Dan buat yang mau nerusin pencariannya Juga terserah. Daripada di koordinir kaya gini, tapi malah ga jelas kan?" saran Iras.
"Nah!! Bener kata Iras. Gue juga setuju. Mungkin buat yang ngira hal ini sia-sia, terserah aja. Yang jelas, gue yakin kok Mala masih hidup dan semoga bisa diketemuin." sahut Budi.


"aaarrghh terserah kalian!! Gue yakin, pencarian kalian akan sia-sia!! Mala udah ga ada! Mala udah ga bisa di selametin, tau!!" Agoy pun pergi meninggalkan mereka dengan emosi.



~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~



Suasana gelap. Hening.
Mala masih terduduk lemah di bangkunya.
Sudah hampir 3 minggu ia disekap di tempat yang ia pun tak tau dimana keberadaannya itu.
"aku takut disini. Aku mau keluar dari sini." rintih Mala.
"loe mau keluar dari sini? Ga akan bisa kayanya. Semua udah nyerah tuh nyari loe. Dan mungkin, cuma gue yang tau keberadaan loe disini. HAHAHAAA!!" tawa si pelaku dengan keras.
Mala menangis terisak. Ia takut si pelaku akan berbuat kejam terhadap dirinya.
"tapi, kenapa harus kamu? Kenapa harus kamu yang berbuat kaya gini ke aku,? Aku percaya sama kamu. Aku ga nyangka kalo ternyata kamu, kamu yang berbuat setega ini." keluh Mala di tengah tangisnya.
"halaaah diem loe!!! Ga usah sok manis dengan nangis di depan gue! Loe pikir gue bakal iba dan ngelepasin elo, gitu? Hahahaa jangan ngarep! Ga bakal!"



Si pelaku menghampiri Mala, lalu memegang rahang Mala dengan keras.
"mungkin, loe akan mati di tangan gue." bisiknya kemudian.
Mala kembali menangis.
"kamu sakit! Kamu shyco!! Lepasin aku, Iras!!!" bentak Mala. Pada si pelaku.
"woooww! Loe udah berani nyebut nama gue? Hahaha baguslah! Ya., emang gue, Iras Angga, yang udah neror dan nyulik seorang CoverGirl cantik yang selama ini dipuja-puja orang!! Seorang Mala, yang baik hati dan tidak sombong, saking baik hatinya sampe ga nyadar, kalo gue selalu disakitin sama sifat loe!!" ujar si peneror, yang ternyata adalah Iras.
" kenapa Ras? Kenapa? Aku salah apa sama kamu?" tanya Mala sambil menangis sesegukan.
Iras tertawa mendengar pertanyaan Mala.
"salah loe?? Salah kamu apa?? BANYAK!! Loe ga tau kan, kalo loe selalu nyakitin hati gue?? Loe ga pernah nyadar!! Gue tuh CINTA sama loe! Gue CINTA! Tapi apa? Loe malah ngedeketin cowo lain kan? Itu bikin gue marah, Mal!!" bentak Iras memekakkan telinga Mala.
"apa? Kamu cinta sama aku? Tapi Ras., kamu tau kan kalo aku anggep kamu itu sahabat aku, ga lebih." ujar Mala.


BRAK!! Iras menggebrak meja di dekatnya.
"Nah! Itu!! Itu yang bikin gue sakit hati smaa loe! Itu yang bikin gue marah, yang bikin gue benci, yang bikin gue akhirnya ngelakuin hal ini sama loe! Sahabat, yayayaa sahabat. Bullshit!!" bentak Iras lagi..
Mala terdiam. Ia tak berani membuka mulutnya lagi. Semakin ia berbicara, semakin pula Iras membentaknya.



"Mala sayang," Iras mendekati Mala dan mengelus pipinya pelan.
"loe ga ada hiburan kan? Mending gue nyanyiin loe ya. Lagu yang bisa bikin loe sadar, kalo gue itu cinta sama loe."
Iras mengambil gitar yang memang tergeletak disitu. (yang nyangi tuh identik pake gitar ya? Hahahaa gapapa deh, anggep aja cuma alat musik itu yang bisa dimainin sama semua MX :p )

#NP: WALI - Egokah Aku


Ku tak pernah merasa
Gundah di hatiku ketika denganmu
Saat kau, kau belai rambutku
Kau temani aku
Kau basuh lukaku


Kini semua berlalu
Karna engkau tak memilihku


Salahkah aku mencintaimu
Walau ku tau ku tak dihatimu
Egokah aku memilikimu
Walau ku tau kau tak memilihku

Kuharap Tuhan cabut nyawamu
Agar tak ada yang milikimu


Sadarkah kini ku tak rela
Indahku tlah sirna
Mimpiku tak nyata
Kini semua berlalu
Karna engkau tak memilihku


Salahkah aku mencintaimu
Walau ku tau ku tak dihatimu
Egokah aku memilikimu
Walau ku tau kau tak memilihku


Kuharap Tuhan cabut nyawamu
Agar tak ada yang milikimu
Kuharap Tuhan cabut nyawamu
Agar tak ada yang milikimu...
(WALI - Egokah Aku)



Iras meletakkan gitar itu di lantai, kemudian menghampiri Mala lagi.
"gimana Mal? Sekarang loe tau kan, apa yang gue rasain, haahh!! Gue sakit hati! Dan gue ga akan ngebiarin sakit hati ini terus berlanjut!!"
Iras mengeluarkan sesuatu dari balik jaketnya.
"Ras, kamu mau ngapain Ras?" tanya Mala resah.
"loe tau ini? Ini namanya piso. Dan loe tau kan piso itu tajem? Yah. Mungkin, kalo gue gores dikiiiittt aja di pipi mulus loe ini, ga bakal ada lagi yang mau sama loe. Dan loe akan ngemis-ngemis cinta ke gue, karna cuma gue yang mau nerima loe apa adanya. Cuma gue yang mau sama loe yang pipinya udah cacat!" ujar Iras sambil menggores-goreskan ujung pisau itu di pipinya sendiri.


"Ras pliisss jangan lakuin hal itu. Aku minta maaf kalo aku udah bikin kamu sakit hati karna perbuatan aku. Aku ga tau kalo kamu punya perasaan yang lebih sama aku. Kamu juga ga pernah bilang hal itu kan?" pinta Mala.
"aaah diem loe! Jangan masang muka iba loe di depan gue! Loe tau sendiri kan gue paling ga bisa ngeliat muka iba loe kaya gitu!"
Iras tetap memainkan pisau kecilnya itu di pipi Mala, bukan di sisi yang tajam, hanya di sisi yang tumpul.
Sementara Mala tetap menangis karna takut Iras akan berbuat lebih jauh padanya.



BRAAKKK!!!
Terdengar dobrakan pintu dari luar.
Iras dan Mala sontak terkejut mendengar suara keras tersebut.
"siapa itu!!" teriak Iras.
"gue!" nampak sesosok manusia bebadan Kekar dan tinggi, masuk ke dalam rumah kumuh itu dan kini berada di hadapan Mala dan Iras.
"ba, bang Agoy?" ujar Mala tak percaya.
Agoy tersenyum. Akhirnya ia bisa melihat sosok Mala lagi di hadapannya, orang yang ia sayangi.
"hai Mal. Kamu kangen sama aku? Aku kangen loh sama kamu." sapa Iras pada Mala.
"Agoy?! Kenapa loe bisa disini?" tanya Iras yang tak percaya kedoknya telah terbongkar.
Agoy tertawa.
"Hahahaaa! Loe heran kenapa gue bisa tau keberadaan loe? Dari ini!" Agoy mengeluarkan sebuah benda dari balik jaketnya.
"itu kan, Buku Harian gue! Loe dapet dari mana?" tanya Iras panik.
"ya. Ini buku harian loe. Gue tau semua dari sini, karna loe nulis semua kejahatan loe disini, di buku ini. Gue dapet buku ini dari Nicky. Dia yang secara ga sengaja nemuin buku ini. Buku loe ini ketinggalan di atas meja caffe, pas kita pertemuan pertama kali. Loe ga nyadar kan? Dan loe pun ga nyadar, pembatalan pencarian Mala tadi siang itu, cuma rekayasa supaya gue bisa ngikutin loe sampe malem ini. Hahahaaa! Ternyata ini Jalan Tuhan. Tuhan yang langsung ngasih tau gue kalo pelaku sebenernya adalah Loe, Iras Angga! Seorang penyanyi terkenal, sahabat Mala. Ckckck, gue ga nyangka loe setega ini sama sahabat loe sendiri." ujar Agoy kecewa pada sikap Iras pada Mala.
"aaahhh diem loe! Banyak bacot!! Gue ga peduli sama gelar penyanyi terkenal itu. Gue cuma mau, cewe yang bikin gue sakit hati selama bertahun-tahun. Ini!!" Iras menunjuk Mala dengan pisaunya.
"weeiiittsss broo, maenannya piso niiih. Beraninya sama cewe lagi. Sinii kalo emang loe cowo, hadepin gue. Jangan beraninya sama cewe!" ujar Agoy menantang Iras.
Iras yang sedang dalam keadaan marah merasa tertantang dan langsung menghampiri Agoy.


BUG!!
Iras menonjok perut Agoy. Namun,
"aauuw!" teriak Iras. Ia merasakan sakit pada kepalan tangannya akibat perut Agoy yang begitu keras.
Ia mengibas-ngibas tangannya yang terasa perih itu.
"yaelaaah Ras, segitu doang kemampuan loe? Mending loe nyerah dan lepasin Mala. Kasian dia, dia ga tau apa-apa." ujar Agoy.
Iras berbalik sasaran. Ia menghampiri Mala, memotong tali yang mengikat tangan dan Kaki Mala, lalu mengalungkan lengannya ke leher Mala sambil menodongkan pisau ke leher Mala. (eeeng, BAYANGIIIINNN sendiri deh yaaa kaya gimana kejadiannya)


"Ras., Ras kamu mau apa?? Ras pliiss jangan berbuat aneh, aku takut Ras!!!" jerit Mala ketakutan.
"diem!! Goy, gue ga peduli loe mau ngomong apa!! Gue ga bakal ganggu cewe ini lagi, kalo dia udah ga ada di dunia ini! HAHAHA!!" tawa Iras kencang.


Agoy berjalan perlahan mendekati Iras dengan santainya.
Iras yang melihat Agoy berjalan menuju dirinya perlahan mundur, namun masih menodongkan pisau di leher Mala.
"kenapa loe mundur? Loe takut sama gue? Ras, udahlah. Gue tau loe tuh orang baik, loe ga bakal tega nyakitin Mala lebih jauh lagi. Jadi mending, loe nyerah. Gue yakin, Mala bakal maafin kok." Ujar agoy sambil tersenyum manis. (sempet ngBAYANGIIIINN ga kalian? :p )



"Goy, stop!!! Gue bakal beneran ngelakuin apa yang loe pikir ga bisa gue lakuin!!" ancam Iras.
"oya? Loe berani nyakitin orang yang loe cintai? Loe masih tega nyakitin orang yang selama ini di hati loe? Kalo iya, gue pengen liat. Kalo loe bisa nyakitin Mala, berarti loe emang penyakitan Ras. Loe Shyco! Loe ga punya hati. " Ujar Agoy sambil menunjuk dadanya.
"aaarrggghhhh!!!!" Iras berteriak kencang. Ia tak tahan dengan segala tekanan yang dilontarkan Agoy.
"ya! Gue ga emang ga bisa nyakitin Mala, orang yang gue cintai. Tapi..." Iras perlahan membuka lingkaran tangannya yang membelenggu leher Mala, juga menjauhkan todongan pisaunya di leher Mala.


"Tapi gue bisa nyakitin loe!!!" Iras berlari cepat mendekati Agoy, sambil mengarahkan pisau tersebut tepat di dada Agoy, seperti hendak menikam Agoy.
Agoy yang kala itu tak siap dan tak menyangka Iras akan menghampiri dirinya hanya terdiam mematung.
"BANG AGOY AWAAAAASSSS!!!" Teriak Mala kencang.



*To Be Continued*


WOW! bagaimana nasib Agoy selanjutnya?
Apakah ia akan selamat dari tikaman Iras?
Dan, apakah Iras benar-benar tega membunuh Mala dan Agoy.
Okey, tahan nafas, sabar. Jawabannya akan kalian dapatkan di COVER GIRL Chapter 20, yang mungkin akan menjadi Chapter terakhir dari perjalanan Fanfict Cover Girl ini :')


Thanks for reading, makasih buat yang udah koment secara Ikhlas :)


♥ Xowners_PALU ♥
♥ Fanfict_XOIX ♥

♥ COVER GIRL ♥ ~ Chapter 18 ~

Tittle: ♥ COVER GIRL ♥
Length: 20 Chapter
Author: @yasmiin2805 from fanbase @Fanfict_XOIX




♥ COVER GIRL ♥
~ Chapter 18 ~



"Win? Ngapain kamu pagi-pagi kesini?" tanya Cessa yang masih terheran dengan keberadaan Alwin di depan pintunya.
"Sa.." Alwin mengambil tangan Cessa dan menggenggamnya dengan erat.
"aku cuma mau bilang kalo aku..." belum selesai Alwin bicara, tiba-tiba..
"wooyy Raksasa Pirang!!" teriak Hendra dari depan pagar.
Hendra terlihat sangat marah dan cemburu melihat Alwin menggenggam tangan pacar tersayangnya itu.
Hendra berlari cepat menghampiri Alwin melepas tangan mereka berdua.
"ngapain loe pegang-pegang cewe gue hah! Sana luu hush hush jauh jauh dari cewe gue.." Hendra mengibas-ngibas tangannya pada Alwin.
Alwin tersenyum kecil melihat tingkah Hendra.


"eeh cowo china, kalem aja kale. Emang gue mau pergi jauh kok, jadi loe tenang aja." jawab Alwin masih cool. (emang gabisa ilang maaah ini coolnya. Hhmm BAYANGIIIIINNN!!!)
"mau pergi jauh? Mau kemana Win?" tanya Cessa.
"aku mau balik ke Belanda Sa. Orang tua aku minta aku nerusin bisnis disana. Jadi aku pagi ini mau pamit sama kamu. " ujar Alwin.
"ke Belanda Win? Sampe kapan? Kamu bakal balik lagi ke Indonesia?" tanya Cessa lagi.
Alwin mengangkat kedua bahunya.
"gatau deh Sa. Mungkin sampe bisnisnya lancar dan bisa dilepas." jawabnya.
Hendra hanya manggut-manggut sambil mendengar Cessa dan Alwin berbicara bergantian.
"yaaaahhh.." kata Cessa dengan wajah sedih.
"tar kalo ada waktu maen-maen ke Indonesia yaa, aku pasti bakal kangen banget sama kamu, soalnya kamu tuh udah aku anggep kaya kaka aku sendiri.." Ujar Cessa lalu memeluk tubuh Alwin dengan sayang. (jangan dibayangin deh -____-)
Alwin pun membalas pelukan Cessa.
"wooy woooyyy ada gue wooy!" protes Hendra yang merasa dikancangin.
Cessa dan Alwin pun melepaskan pelukan mereka.
"hehehee maap sayaaaaang, kan ceritanya perpisahan. Kamunya gamau salam perpisahan gitu sama Alwin?" tawar Cessa.
Mau tak mau Hendra pun berpelukan sebentar dengan Alwin, sebagai tanda perpisahan.
"baik-baik yaa bro loe disana. Semoga dapet jodoh deh, supaya ga saingan sama gue lagi buat ngedapetin Cessa." doa Hendra.
Alwin tertawa mendengar doa dari Hendra.
"hahahaaa iyeee amin dah. Loe juga., jagain Cessa ya, awas kalo dia kenapa-kenapa, gue gabakal segan lagi buat ngerebut dia dari pelukan loe!"


Tak lama, Alwin pun berpamitan pada Cessa dan Hendra, karna pesawat yang akan membawanya ke Belanda akan terbang 3 jam lagi.
"ati-ati yaaa Win, wish you luck!! God bless you!" teriak Hendra dan Cessa saat mobil Alwin pergi berlalu meninggalkan pekarangan rumah Cessa.



~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~



Agoy dan Nicky hari ini berencana untuk melaporkan penculikan ini kepada pihak yang berwajib sekaligus meminta bantuan kepada pihak polisi agar mau membantu mencari keberadaan Mala.
"Bang, loe yakin mau ngelaporin hal ini? Masalahnya, dekektif aja gabisa looh nemuin keberadaan Mala, apalagi yang cuma polisi? Well gue bukannya ngeraguin intuisinya polisi, tapi gue kurang yakin aja, gitu." ujar Nicky.
"iyaaaa kita coba aja dulu Nick. Siapa tau polisi bisa ngebantu. Gue juga agak ragu sih, tapi daripada engga sama sekali?" ujar Agoy.
Nicky mengangguk-anggukkan kepalanya.


Tak lama dari perbincangan itu, tiba-tiba..
PRAAANNGG!!!
Nicky dan Agoy sontak menoleh ke arah depan rumah mereka.
"apaan tuh bang?" tanya Nicky.
"aauuu! Yuk liat!" Nicky dan Agoy segera berlari menghampiri pintu depan, dan ternyata kaca jendela rumah mereka dipecahkan oleh batu yang lumayan besar dengan kertas terikat disana.
"sialan! Tu peneror sekarang maennya ke rumah kita ya!" umpat Agoy kesal.
Nicky mengambil kertas yang dililit di batu tersebut, lalu membacanya.


"LAPOR POLISI, CEWE INI MATI!"


"Arrgghh sial!! Dia kok bisa tau?" kata Agoy makin geram.
Nicky segera berlari ke luar, mencari orang yang tadi melempar batu dan kertas itu.
"udah ga ada orang. Tapi gue yakin bang, pasti si peneror itu mata-matain kita. Parah banget sih, kayanya dia niat banget pengen ngebunuh Mala." ujar Nicky.
Agoy mengambil kunci mobil, lalu segera masuk ke dalam mobil.
"mau kemana bang?" tanya Nicky.
"ikut gue cepetan." Agoy memerintahkan Nicky untuk masuk ke dalam mobil juga. Nicky pun segera masuk ke dalam mobil sesuai perintah Agoy.
"emang mau kemana sih bang? Kayanya buru-buru banget deh." tanya Nicky lagi.
Agoy menancap gas , lalu menjawab, "kerumah Mila."



~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~



di kampus.
"Nicky mana?" tanya Hendra pada Kiki dan Ochi yang sedang makan di kantin.
Saat itu Hendra datang bersama kekasih tercintanya, Cessa. Uhuk!
Hari ini dia ga masuk. Mau seharian nyari Mala. Kenapa Hend, kangen ya?" ledek Kiki sambil tertawa. Ochi pun ikut tertawa mendengarnya.
"wooo enak aja. Cuma kurang ajaaa gitu ngeliat ga ada dia." jawab Hendra sambil menoyor kepala Kiki.
Hendra dan Cessa pun mengambil tempat duduk bersebelahan.



"yaelaaahh ni bedua bikin iri aja dah. Kalian gausah pacaran disini napa, kan bikin sepet mata tauk!" ujar Ochi ngedumel sendirian.
"yeee Ochi sewot aja iiih hihihii.. Yaudaah kamu cepetan doong pacaran sama ki.....ups!" Hampir saja Cessa keceplosan menyebut nama Kiki. Kalo saja ia tidak dipelototin oleh Ochi, mungkin rahasia ini akan terbongkar.
"sama siapa Sa?" tanya Kiki penasaran.
"eeeeeng, ituuu, eeeeng, samaaaaa..." Cessa terlihat salah tingkah menjawabnya.
"sama kipasnya Cessa nih!" Ochi langsung menyambar kipas plastik yang dipegang Cessa siang itu.
"niiih gue mau pacaran dulu sama kipasnya Cessa., panas siih udara disini." alibi Ochi.
"ooooohhhh.." Kiki ber-oooohh- panjang.
"huft! Ampir aja!" gumam Ochi dalam hati.



"eeeh yank, tar abis kuliah kita nyusul ka Rheina sama Budi ya, fitting baju. Kata ka Rheina kamunya juga ikut, soalnya kamunya juga bakal jadi pendamping pengantin gitu deh." ujar Cessa pada Hendra.
"ciyeeeee yang mau ngedampingan penganteeenn. Abis itu nyusul yaaaa.." ledek Kiki.
"hahahaa amiinn amiinn.. Eeeh Ki, loe gimana? Udah pasti gitu sama Devina?" tanya Hendra.
JLEB! hati Ochi langsung sakit mendengar pertanyaan Hendra.
Hati Ochi langsung sakit saat mendengar pertanyaan yang dilontarkan Hendra, namun ia berusaha menyembunyikan itu dari Kiki.
Sementara Cessa yang menyadari perubahan suasana hati Ochi langsing menggenggam tangan Ochi dan menenangkannya.
"gue sama Devina? Kenapa hahahaa.. Yaa gitu laaahh." jawab Kiki tak pasti.
"yagitulah gimana?? Udah mau ditembak gitu si Devinanya? Kasian tauu anak orang digantungin mulu." ujar Hendra lagi.
Ochi rasanya ingin melakban mulut dan seluruh badan Hendra., lalu membuangnya ke jurang yang paling dalam supaya Hendda tidak menanyakan hal itu lagi pada Kiki.
Tapi berhubung disitu ga ada lakban, jadi dia mengurungkan niatnya.


Kiki hanya tertawa penuh misteri mendengar pertanyaan Hendra tadi.
"kepo banget sih loe Hend hahahaa.. Semua ada waktunya. Tenang ajaaaa.." ujar Kiki.
Ochi mengelus dadanya sambil berkata dalam hati, "sabar Chiii sabaarr., dia bukan jodoh kamu, sabaaarrr.."
Kasian Ochi. *pukpuk*




~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~




Sesampainya Agoy dan Nicky di rumah Mila.
"bang loe tega banget ya! Loe masih nuduh Mila sebagai pelaku peneroran ini? Gue kenal Mila udah lama bang, ga mungkin dia tega ngelakuin hal ini!" Nicky gusar dengan Agoy gara-gara Agoy masih curiga pada Mila.
" kita liat aja Nick. Bahkan bukan cuma Mila yang gue curigain. Lee juga. Ayo turun." Ajak Agoy pada Nicky.
Mau tak mau Nicky pun ikut turun.


"permisii.." kata Agoy.
Tak lama, pembantunya membukakan pintu.
"eeh mas Agoy, mas Nicky. Nyari mba Mila sama Koko Lee ya?" Tanya pembantu itu.
Agoy mengangguk. "iya mbo, mereka ada?" tanya Agoy balik.
"kan saya udah pernah bilang sama mas Nicky. Mba Mila sama Kokonya lagi liburan ke Jepang." jawab pembantu itu.
"nah! Loe denger sendiri kan bang? Ga percayaan amat sih lu!"
"ck! Eeeng yaudah deh mbo, makasih ya." Agoy pun langsung berpamitan pada pembantunya Mila itu.


"udahlah baaang. Ga baik tau su'udzon kaya gitu." sela Nicky.
"iyee iyee. Yaudah deh gue bakal nyari siapa pelakunya. Yang jelas, siapapun itu, gue ga akan pernah maafin dia!" kata Agoy bersemangat."
"semoga bukan Mila, Tuhan." pinta Nicky dalam hati.




~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~




Sore harinya, di rumah Bobby.
"males banget ga sih dirumah sendirian, tanpa ada orang? Dan gue males banget buat keluar. So? Gue mesti ngapain gitu?" omel Bobby sendiri sambil setengah hati membereskan perabotan di rumahnya yang berserakan.


Setelah ruangan tengah beres., ia kemudian menuju kamarnya untuk beristirahat sejenak.
"gue nelpon Devina aja kali ya?" baru saja Bobby mau memencet nomor Devina, tiba-tiba ia mengurungkan niatnya.
"aaah gajadi ah. Paling juga teleponnya lagi sibuk lagi telponan sama Kiki."
Bobby pun meletakkan kembali hpnya ke atas kasur, lalu mengambil gitar yang bersandar cantik di sudut ruangan.
"nyanyi aja aaaah di share ke soundcloud siapa tau ada yang mau denger hehehee.."
Bobby pun merekam suaranya di soundcloud yang sedang menyanyikan lagu,,,
Diantara Kalian - D'Masiv.



Kuakui ku sangat, sangat menginginkanmu
Tapi kini ku sadar ku diantara kalian
Aku tak mengerti
Ini semua harus terjadi

Kuakui ku sangat, sangat mengharapkanmu
Tapi kini ku sadar, ku tak akan bisa
Aku tak mengerti
Ini semua harus terjadi


Lupakan aku, kembali padanya
Aku bukan siapa-siapa untukmu
Kucintaimu, tak berarti bahwa
Ku harus memilikimu slamanya



Ku akui ku sangat, sangat menginginkanmu
Tapi kini ku sadar ku diantara kalian
Aku tak mengerti
Ini semua harus terjadi


Lupakan aku, kembali padanya
Aku bukan siapa-siapa untukmu
Kucintaimu, tak berarti bahwa
Ku harus memilikimu slamanya


Ooh aku tak mengerti
Ini semua harus terjadiii..


Lupakan aku, kembali padanya
Aku bukan siapa-siapa untukmu
Kucintaimu, tak berarti bahwa
Ku harus memilikimu slamanya

Lupakan aku, kembali padanya
Aku bukan siapa-siapa untukmu
Kucintaimu, tak berarti bahwa
Ku harus memilikimu slamanya
(D'Masiv - Diantara Kalian)



Share to Soundcloud!
Bobby kembali memutar lagu yang ia cover tadi.
"eeeh eeh kalo di denger-denger suara gue keren juga ya? Hahahaaa bakal sering-sering ngecover lagu di soundcloud ini maah kalo udah ketauan suara gue keren begini jahahaa.." ujar Bobby menghibur dirinya sendiri.
Ah, andai saja ini benar terjadi.-




~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~



Malamnya, di rumah Kiki.
"Ki, ajak Ochi makan malem disini dong, mama kangen nih sama dia." ujar Mamanya Kiki pada Kiki yang sedang BBM'an dengan Nicky.
"apaan si mamah. Kaya gapernah ketemu Ochi aja deh. Kiki mah bosen ketemu dia, tiap hari ketemu." jawab Kiki males-malesan.
"yeee ya itu kamu. Kan mama jarang ketemunya. Yaudah cepetan kamu panggil Ochi sana, kita makan berempat." perintah mamanya.
"hah? Berempat? Siapa aja gitu?" tanya Kiki.
"ya ampuuun Kiki kamu tuh banyak tanya banget ya. Yaa mama, papa, kamu, sama Ochi dong. Udaaaah sana panggil!" perintah mamanya Kiki lagi.
Kiki pun segera berlari menghampiri rumah Ochi untuk menjemput Ochi.



Saat dirumah Ochi, Kiki melihat Ochi sedang memainkan gitarnya di depan teras.
"Chi, diundang makan tuh sama mama gue." kata Kiki sambil menarik tangan Ochi.
"wooy wooy asal narik aja loe. Tumben banget tante ngajakin gue makan bareng, emang kenapa?" tanya Ochi heran sambil menyimpan gitarnya.
"gatau tuh. Katanya kangen sama elo. Ayooo cepetan dah gue laper niiihh.." Kiki menarik tangan Ochi lagi, lalu merangkul pundak Ochi sampai ke rumahnya. (okeeh okeeh, BAYANGIIIIINNNN!!! ini si ochi demen banget dah -____-)



Tak butuh waktu yang lama, Kiki dan Ochi kini telah berada di depan meja makan, bersama kedua orang tua Kiki.
"halooo Ochi. Tante udah lama ga ketemu kamu niiih. Jadi tante ngajakin kamu dinner deh. Kamu belom makan kan?" tanya mamanya Kiki dengan ramah.
"yaelaaaah maah, si Ochi maah walaupun udah makan pasti dia ngembat makanan lagi. Dia kan perut karet." ledek Ochi.
BUG!
Ochi menendang kaki Kiki.
"auw!!!" Kiki meringis kesakitan.
"hahahaaa kalian berdua yaaa ga pernah akur dari dulu. Pasti ada aja berantemnya. Awas biasanya yang kaya begitu jodoh loh hahahaa.." ledek Papanya Kiki.
Ledekan itu membuat pipi Ochi merah padam.
"apa sih oom ga kok. Ini si Kiki emang rese banget selalu ngeledekin Ochi. Lagian kan Kiki udah punya gebetan om ga mungkin juga dia sama Ochi hehehee.." kata Ochi sambil memaksakan senyumnya.
"Heh!! Sembarangan ngomong loe Chi!" ujar Kiki sambil menoleh pada Ochi.
"weeeee..." Ochi menjulurkan lidahnya pada Kiki.
"hahahaa tuhkan, kalian malah keliatan mesra kalo kaya begini. Tar jodoh ati-ati loh yaa.." ujar papanya Kiki lagi.
"yaelaaah papa, Jodoh di tangan Tuhan. Jadi, ini mau ngobrol aja nih? Ga makan-makan gitu?" tanya Kiki sembari melihat dengan selera ke arah makanan yang tersedia di meja makan.
"ooh iyaaaa astaga keasyikan ngobrol jadinya lupa. Ayoo ayoo dimakan yaa makanannya." ujar mamanya Kiki mempersilahkan makan.
"jodoh? Apa iya gue berjodoh sama Kiki? Aah mimpi aja itu mah." gumam Ochi dalam hati.




~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~



Suasana tengah malam.
Gelap dan dingin. Tak ada seorang pun yang berada di tempat itu sekarang, kecuali seorang gadis manis yang sedang terduduk lemas dengan tangan dan kaki terikat di sebuah kursi, serta mata dan mulut yang ditutup oleh lakban.
Keadaannya sangat memprihatinkan.
Rambutnya kusut tak beraturan, pakaiannya lusuh, tak dicuci berhari-hari, kulitnya pun terluka akibat gigitan nyamuk.


"tolong aku. Tolong. Aku takut disini." rintih gadis cantik itu.
"bang Agoy, Nicky, Iras, siapapun, tolong aku. Aku butuh kalian disini." ujarnya pelan sekali lagi.
Ya, gadis itu adalah Mala, Cover Girl cantik yang menghilang beberapa hari ini.
Ia sangat lelah dan ketakutan berada di tempat segelap dan dingin ini.
Untungnya, ia tidak dibiarkan kelaparan.
Tiap siang dam malam ia selalu mendapat makanan yang cukup. Hanya saja tak diketahui siapa yang menyuapnya.
Suara yang ia dengar pun suara yang telah diubah dengan suatu alat.
"aku mau pulang, aku cape disini. Aku takut. Siapa aja, tolong aku. Aku udah ga sanggup lagi disini." rintihnya sambil menangis.
Ia benar-benar ketakutan berada di tempat penyandraannya.



KLEK!
terdengar suara pintu dibuka.
Mala hanya terdiam. Ketakutan.
Mala mendengar langkah kaki mendekati dirinya.
Semakin dekat, dekat, dan dekat.
Sampai ia bisa merasakan hawa dari orang itu.
Ya, kini dia telah berhadapan dengan sang peneror.
Orang yang kurang lebih dua bulan ini menerornya dengan berbagai aksi-aksi menakutkan.


"Halo Mala. Kini kita berjumpa lagi." ujar si Pelaku, dengan suara yang masih diubah dengan suatu alat.
"kamu, kamu siapa? Kamu kenapa bawa aku ke tempat ini?" tanya Mala dengan takut.
"hahaha. Loe gaperlu tau siapa gue. Dan tujuan gue bawa loe ke tempat ini, yaaa karna gue sebel sama loe. Loe dibilanginnya ga bisa! Akhirnya, loe sendiri kan yang nanggung sakitnya?" ujar si Pelaku sambil berteriak di telinga Mala.
"apa? Aku salah apa sama kamu? Kayanya kamu dendam banget sama aku." tanya Mala lagi.
"haah?? Loe masih nanya "aku salah apa"? Kan gue udah bilang, jauhin Nicky! Jauhin! Loe malah makin lengket sama dia!" tangan pelaku itu menggenggam rahang Mala dengan kerasnya.
"gue ga akan segan nyakitin loe, kalo itu bisa bikin loe menjauh dari Nicky!!! Inget itu!!" si Pelaku melepas tangannya dari rahang Mala dengan keras, lalu pergi meninggalkan Mala sendirian lagi di ruangan itu.
"jangan-jangan, dia ituuuu..." Mala mencoba menerka.




~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~



"Nick! Gue dapet sedikit petunjuk dimana Mala berada!" ujar Agoy panik saat datang ke rumahnya.
FYI, semalaman Agoy berjaga-jaga di rumah Mala dengan beberapa Detektif handal merundingi proses pencarian Mala.
"oya? Dimana bang?" tanya Nicky penasaran.
"menurut info yang gue dapet, Mala belom keluar dari Indonesia. Mungkin dia ada di suatu tempat terpencil dimana gabisa dilacak keberadaannya dengan cepat. Tapi gue yakin, nanti kita pasti bisa dapetin dia." jelas Agoy.

"tau dari mana loe kalo Mala belom keluar dari Indonesia?" tanya Agoy.
"gue tadi ke Bandara, nanya ke petugas penting disana lah, gue nanya ada gaaa yang atas nama Mala keberangkatan Jepang. Ternyata ga ada. Dan gue juga nyari perjalanan ke semua negara. Ternyata ga ada." sambung Agoy.
Nicky menepuk jidatnya.
"Jepang? Bang, loe nanya pertama kali keberangkatan ke Jepang? Segitu curiganya kah loe sama Mila sampe loe fokus banget sama Mila? Parah loe bang." ujar Nicky sedikit kecewa pada Agoy.
"yaaaa ga gitu Nick. Tapi kebetulan aja yang terpikir di pikiran gue pertama kali ya Jepang. Udahlah santai aja. Yang jelas gue tetep pada pendirian gue. Siapapun yang udah bikin hidup Mala resah, gue ga bakal maafin dia. Siapapun! Walaupun, dia itu mantan dari ade gue sendiri."




~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~



Di kampusnya Devina..
"Bobby!" panggil Devina pada Bobby yang sedang membaca buku di kelasnya.
Bobby kemudian menoleh pada Devina.
"ya? Kenapa Dev?" tanya Bobby.
Devina menghampiri Bobby, lalu duduk di samping Bobby.
"Bobb, aku udah denger looh suara kamu di soundcloud itu. Suara kamu bagus, tau. Nyanyinya juga menghayati banget." puji Devina.
Bobby tersipu mendengar pujian Devina.
"hahahaa engga lah Dev, biasa aja deh. Aku juga masih belajar. Cuma iseng doang semalem abis ga ada kerjaan." kata Bobby merendah.
"aaaah emang dari dulu suara kamu kan bagus Bob. Aku suka banget loh dengerin suara kamu."
"hahahaaa aaah kamu maaah bisa ajaaa.. Idung aku ngembang niiihh dipuji mulu sama kamu. Itu juga lagunya udah lama banget suka aja sama lagu itu." kata Bobby sambil mengenang lagu D'Masiv-Diantara kalian.


"hahahaaa yaa kalo suka pasti jadinya keren. Teruuuuss, katanya mau nyanyi buat akuuuu.. Manaaa?" tagih Devina sambil menyodorkan telapak tangannya pada Bobby, seakan meminta sesuatu.
Bobby mengerutkan dahinya.
"nyanyiin kamu? Hahahaa.." Bobby tertawa sedikit, lalu mengelus pelan rambut Devina. (huuft huuuftt BAYANGIIIIINNNN!!!! Kabobb so sweet banget dah!)
"kan aku udah bilang, aku bakal nyanyiin kamu lagi, kalo aku nyatain cinta aku ke kamu. Tapiiiii kan udah ga bisa lagiii aku ungkapin semuanya. Kamu udah milik orang lain, ga boleh diganggu. Hehehee.." Bobby menjawil hidung Devina.
"tar, kalo kamu udah ga cinta lagi sama Kiki, kamu bilang ya ke aku. Aku bakal mulai dari awal lagi buat ngerebut hati kamu. Sekalipun, kamu jandanya Kiki nantinya." Bobby tersenyum tulus kepada Devina.



~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~



Di kampusnya Nicky, Kiki dan Hendra.
"eeh bro, bang Agoy bilang ke gue, katanya keberadaan Mala ada di Indonesia. Dan mungkin masih di Jakarta, tapi daerah yang terpencil banget sampe ga bisa di deteksi dengan cepat." cerita Nicky pada Hendra dan Kiki.
"trus, kita mesti nyari dimana lagi dong?" tanya Kiki.
Nicky mengangkat bahunya.
"gatau nih Ki. Gue blank banget. Mulai ga fokus sama hal ini." kata Nicky.
"looh emang kenapa Nick?" tanya Hendra.
"huufftt.." Nicky menghela nafasnya sebentar, lalu bercerita.



"ya itu. Gara-gara Bang Agoy masih nyurigain Mila. Bahkan sampe sekarang, dia masih curigaan sama Mila."
"ya terus? Apa yang bikin loe bingung?" tanya Kiki.
"gini Ki. Entah kenapa akal dan pikiran gue mulai membuka alasan-alasan dari bang Agoy kenapa dia bisa nuduh Mila sebagai pelakunya. Dan bodohnya lagi, kayanya otak gue mulai ngaco banget deh." jelas Nicky.
"ngaco kenapa sih Nick? Loe bahasanya ribet banget dah!" protes Hendra.
"yaaaaaa gue ngerasa gue udah kacau banget. Masa kemudian, gue mulai setuju sama pendapat abang gue? Gila kan? " sambungnya.
"hah?? Jadi loe pun curiga sama Mila? Waaaah kacau kacau. Kalo udah dua orang yang curiga kaya gini, bisa jadi emang bener dia pelakunya. Yaaaa loe liat sendiri kan, emang banyak banget kebetulan antara Mila dan si pelaku. Yaa mau ga mau Mila emang jadi tertuduh." ujar Kiki.
"tapiii gue ga yakin sih. Si Mila kan baik gitu. Mana mungkin dia tega ngelakuin hal sadis?" sahut Hendra.
"NAH! itu jugaaa yang bikin gue ga yakin sama Dugaan bang Agoy. Mangkanya gue malah lebih fokus ke Milanya daripada ke Mala." ujar Nicky.



"Nick, Hend, kalian pernah denger penyakit 'Pshycopat' ga?" tanya Kiki pada kedua sahabatnya itu.
Nicky dan Hendra mengerutkan dahinya.
"pshycopat? Iya gue tau. Oooh Ki, plis jangan bilang kalo loe mendeteksi Mila punya penyakit kaya gitu? Itu penyakit kejiwaan Ki!!" seru Nicky.
Kiki menatap Nicky dengan pandangan iba.
"maaf Nick, tapi emang gitu analisa gue."




~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~




KLEK!!
Terdengar bunyi pintu dibuka dengan kasarnya. Mala memasang telinga dengan seksama, mendengarkan siapa kah yang masuk.
Langkah kaki makin mendekati dirinya.
"makan!" katanya kasar.
Suaranya masih terdengar aneh. Suara yang diubah dengan alat.
"aku ga mau makan. Bukain mata aku! " pinta Mala dengan suara sedikit dilantangkan.
"hahahaaa!!" Orang misterius itu tertawa.
"terserah loe mau makan atau engga. Yang penting gue udah ngasih loe makanan." pelaku itu pun hendak meninggalkan Mala, namun diurungkan.
"udah lama ya kayanya loe penasaran banget sama gue. Okeh. Mulai hari ini, kita ga usah maen rahasia-rahasia lagi. Gue bakal ngebongkar identitas gue, supaya loe tau, dan mungkin loe akan nyesel pernah kenal sama gue. Tapi gue ga peduli! Gue cape sakit hati gara-gara loe!!" bentak si pelaku.


Perlahan, si pelaku menyentuh lakban yang menempel di mata Mala, lalu menariknya dengan kasar.
BREEETT!!
"aauuuwww!!" Mala kesakitan saat lakban itu dilepas dari matanya.
Perlahan, Mala membuka matanya yang masih terasa sakit itu.
Dan akhirnya, ia melihat sosok orang yang selama ini menerornya dan menculiknya.
Tak di elakkan, ia sangat kaget melihat kenyataan di depannya.
"Ka, Kamu????"



*To Be Continued*



Waaahh waaahhh, siapakaah yang menculik Mala?
Apakah benar Mila, orang yang dicurigai Agoy selama ini?
Atau orang lain yang menimpakan kesalahannya pada Mila?
Dan apakah Agoy dan Nicky bisa mengetahui keberadaan Mala?
Okeeeh daripada kalian kepo, mending tungguin aja yaaaaa Chapter selanjutnyaaaa..
Wohooo senang deeeeh ngeliat kalian penasaran :3


Sekarang terserah kalian deh ya mau koment apa engga, males suruh koment kebanyakan pembaca gelap sih~
Pembaca Gelap = ilegal = HARAM!
Dududu~


♥ Xowners_PALU ♥
♥ Fanfict_XOIX ♥