Tittle: ~SAHABAT???~
Length: one shoot
Author: @Xowners_PALU
This is for you, bang @bobbynyoXOIX.
~SAHABAT???~
"hey bro, besok dateng ya ke rumah gue, kita party sampe pagi okeeeehh.." seru Bobby pada kumpulan teman-temannya yg sedang nongkrong di parkiran kampus. Teman-teman yg disapanya pun kompak mengangguk seraya berkata "pasteeee Booob.."
Bobby pun melangkahkan kakinya dengan angkuh menuju kelasnya.
Indra Fahmi atau yg lebih akrab disapa Bobby adalah salah satu mahasiswa di Universitas ternama di Jakarta.
Bobby merupakan anak tunggal dari salah satu invertor untuk kampus tersebut, jadi tak heran, gaya Bobby lebih sombong dibanding mahasiswa lainnya.
Selain anak investor kampus tersebut, Bobby juga salah satu member Boyband yg sedang naik daun, XO-IX. Jadi tak heran jika Bobby merasa dirinya bisa menggenggam dunia.
Bagaimana tidak, selain kaya raya, diapun sedang memiliki ketenaran yang memuncak.
Ia sering mengadakan pesta dirumahnya, karna kedua orang tuanya sibuk keluar negeri untuk melancarkan bisnis mereka.
Kring kring...
Kring kring...
Terdengar bunyi handphone Bobby berbunyi.
"Agoy?" kata Bobby saat membaca nama yg tertera di layar handphonenya.
"kenapa Goy?" tanya Bobby ketus.
"hey Bob, hari ini kita ada latian di Basecamp, jangan lupa ya. Dan jangan telat." kata Agoy memperingati.
"iyaaa gue inget kok. Ga usah sok ngingetin gue deh!" jawab Bobby dengan suara besar, lalu langsung mematikan saluran teleponnya.
"ribet banget sih jadi orang." maki Bobby lagi.
Sore harinya, saat latian, namun belum nampak batang hidung Bobby di Basecamp.
Sementara ke-delapan personil Lainnya sudah setengah jam menunggu di basecamp.
"Bobby mana sih? Lama banget datengnya." tanya Iras.
Agoy menggeleng. "gatau tuh. Tadi gue udah nelpon dia. Coba gue telpon lagi." Agoy pun mengambil ponselnya lalu menghubungi Bobby lagi.
Beberapa menit setelah berbicara dengan Bobby via telpon, Agoy menutup teleponnya dengan muka bete.
"kenapa bang?" tanya Nicky.
"well, same as yesterday, dia masih di rumahnya, baru bangun tidur." jawab Agoy malas."
Semua menghela nafas panjang.
"Bobby tuh kebiasaan deh. Setiap latian selalu telat. Mesti ditegur tuh, ga boleh di diemin mulu, bisa ngelunjak dia!" ujar Lee marah. Dia sangat geram dengan kelakuan Bobby yang sembarangan dan tak pernah menuruti peraturan.
Satu setengah jam kemudian, Bobby telah sampe di Basecamp, dan berjalan santainya tanpa rasa bersalah.
"hey guys, yuk latian." ujar Bobby santai.
Lee menoleh kepada Bobby, lalu menghampiri Bobby yg masih berada tak jauh dari pintu masuk.
"heh Bob!! Loe tuh ya, udah masuk tanpa salam, telat dua jam, dan masih bisa petantang petenteng kaya gini?? Kita dikejar deadline Bob, dan kita belom satu kalipun latian dengan serius! Ini semua gara-gara loe yg selalu dateng telat!" ujar Lee keras di depan wajah Bobby. Sementara Agoy dan yang lainnya segera menahan tangan Lee yang hendak memberikan bogemnya ke wajah Bobby.
"heh Lee! Masih untung gue mau dateng ya! Gue masih banyak urusan sebenernya daripada ngurusin boyband ini! Kalo loe ga suka nungguin gue, kenapa loe ga keluar aja dari Boyband ini?? Toh Boyband ini yang biayain juga bokap gue!" ujar Bobby tak kalah kerasnya.
"ooh jadi gitu??! Okee kalo itu mau lo! Gue keluar dari Boyband ini! Gue keluar dari XO-IX!" sahut Lee.
Nicky, Kiki, Iras, Budi, Agoy, hendra, dan Alwin terperanjat dengan perkataan Lee.
"woy! Kenapa jadi gini sih?? XO-IX itu 9, ga kurang, ga lebih! Ga ada yg keluar!" bentak Alwin keras dan membuat Lee terhentak dan terdiam, begitu pula Bobby.
"sekarang, duduk semua! Pala Bobby sama Lee mesti dibenerin nih kayanya." ujarnya lagi.
Mereka ber-8 pun mengikuti perintah Alwin. Aseeelliii Alwin keliatan galak banget!!!
"okey, sekarang kita bicarain semua." seru Alwin membuka pembicaraan.
"Bob, kita tau, bokap loe yg ngebiayain Boyband ini, dan kita sangat berterimakasih sama bokap loe yg selama ini ngebiayain kita." ujar Alwin.
Bobby hanya diam dan masih memasang wajah songongnya. (hhmm, bisakah kalian ngeBAYANGIIIIINNNNN!!!!!)
"terus? Kalian mau ganti uang bokap gue?" tanya Bobby. Lee menatap Bobby geram. Kepalan tangannya pasti melayang di wajah Bobby jika Nicky tidak menahannya.
"iya Bob. Kita udah sepakat, bakal ngeganti semua uang yg pernah bokap loe kasih ke XO-IX, dan kita bakal ngebiayain diri kita sendiri. Dengan penghasilan yg kita dapet selama setahun ini, rasanya kita bakal bisa ngebiayain XO-IX tanpa bantuan orang tua loe." jawab Agoy.
Wajah Bobby mengkerut. "jadi maksudnya, kalian nolak sumbangan dari gue lagi? Sombong banget!" seru Bobby.
Lagi-lagi Lee mengepalkan tangannya.
"woy Bob! Loe tuh yang sombong! Inget Bob, karma tuh berlaku ya! Suatu saat loe bakal ngedapetin balasan dari kesombongan loe selama ini!!" ujar Lee dengan marah. Bobby hanya mendelik sedikit, lalu tersenyum kecil seolah mengejek.
"bukan gitu Bob, kita bukannya sombong gamau nerima bantuan dari orang tua loe lagi. Tapi kita mau nyoba mandiri dengan penghasilan yg udah kita dapetin selama ini. Kan ga mungkin juga kita bergantung mulu sama orang tua loe." jawab Kiki bijak.
Bobby memandang Kiki dengan pandangan meremehkan.
"yaudahlah terserah kalian. " ujar Bobby, lalu melenggangkan kakinya menuju pintu keluar.
"Bob, loe mau kemana? Kita belom latian loh." panggil Hendra.
Tanpa menengok Bobby menjawab, "gue ogah latian kalo hawanya masih panas kaya gini. Tunggu kalian reda dulu aja baru kita latian."
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Malamnya, di pesta yang disebut Bobby.
Hanya tampak teman-teman kampus yang datang, sementara tak tampak personil XO-IX di party itu.
Yaaa, kalian harus tau, Bobby lebih sering bergaul dengan teman-temannya diluar XO-IX daripada dengan XO-IX sendiri.
Menurut Bobby, semua personil XO-IX itu terlalu serius dan tak ada yg bisa diajak senang-senang, oleh karna itu Bobby lebih sering bergaul dengan teman-teman kampus dan clubbingnya.
"eeh Bob, emang ini party apa sih? Perasaan baru dua hari lalu deh loe ngadain Party." tanya salah satu temannya yang datang ke acara itu.
Bobby tersenyum ketus. "party apa aja boleh dah. Asal rumah gue rame. Males gue ngeliat nih rumah sepi banget." jawab Bobby cuek.
Temannya itu hanya mengangguk lalu pergi meninggalkan Bobby dan bergabung dengan kelompoknya yg lain.
Tiga jam kemudian, satu persatu kawan-kawan Bobby berpamitan pulang. Dan jarum pendek pada jam dinding di rumah gedong itu menunjukkan pukul 3 dini hari.
Pukul setengah 4, Bobby masuk kedalam kamar mewahnya.
Dikamarnya, ia langsung merebahkan dirinya di kasur empuk itu.
Matanya menerawang ke atas.
Sepertinya ada yang sedang ia pikirkan.
Ya, ia sedang merenungi sesuatu.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Paginya,
"huaaaaammmm..." seru Bobby menguap saat dia bangun.
Bobby mengira paginya akan tentram seperti pagi-pagi sebelumnya, namun ternyata, perkiraannya salah.
Baru saja Bobby hendak melangkahkan kakinya turun ke lantai bawah, tiba-tiba,
TOOKK TOOKK!!!
TOOOKK TOOOKKK!!!!
Bobby terkaget. "siapa sih pagi-pagi udah namu aja."
Pembantu di rumah Bobby membukakan pintu.
"mas Bobby, ada yg pengen ketemu." seru pembantunya.
Bobby mengerutkan alisnya keheranan, lalu berjalan menuju ruang tamu.
Ditemuinya 3 orang lelaki berseragam Polisi, dan seorangnya lagi berpakaian rapi dengan jas hitam dan dasi bermotif polkadot.
"anda semua siapa ya? Pagi-pagi namu di rumah orang, gedor pintunya keras banget lagi. Ga tau sopan santun ya?" tanya Bobby kasar.
"perkenalkan." lelaki berpakaian rapi itu mengulutkan tangannya pada Bobby, namun tak diindahkannya.
"saya pak Tomi, saya pengacara. Saya kemari hendak menyuruh anda dan seluruh penghuni rumah ini untuk Pergi meninggalkan rumah ini, karna kami dari pihak pengadilan akan menyita rumah ini beserta isinya." bapak itu pun mengeluarkan surat kuasa untuk menyita rumah itu.
Bobby semakin keheranan dengan pernyataan bapak itu.
"loh loh ada apa ya? Kalian tiba-tiba datang dan mau nyita rumah saya?" tanya Bobby.
"maaf, ini bukan lagi rumah anda. Mulai hari ini, kami akan menyitanya karna orang tua anda telah menggadaikan sertifikat rumah ini untuk menutupi hutang-hutang mereka, dan mereka tidak bisa membayarnya hingga sekarang, jadi kami harus menyita rumah ini beserta isinya untuk membayar hutang-hutang mereka." jelas bapak pengacara itu lagi.
Bobby tak bisa berkata apa-apa lagi. Ia hanya menatap lemah saat barang-barang dirumahnya diangkut oleh orang-orang berbadan besar suruhan bapak pengacara tadi.
Ke-lima pembantunya pun segera mengemasi barang-barang mereka karna saat sore tiba rumah tersebut harus kosong tak berpenghuni.
"mas Bobby, ayo saya bantu kemasi barang-barangnya." ajak salah satu pembantunya.
"ga usah! Saya bisa sendiri!" Bobby pun melangkahkan kakinya menuju kamarnya, lalu mengemasi seluruh barangnya dengan sangat terpaksa.
Kini ia mulai berpikir, ia akan tinggal dimana?
"Nah! Doni! Gue nginep dirumah dia aja dulu, kan gue sering ngajak dia buat ikut party, pasti dia mau nolongin gue."
Bobby pun segera menghubungi Doni.
"Don, gue nginep di rumah loe beberapa hari ya." pinta Bobby pada Doni.
"hah? Nginep? Tumben?"
"ehm, rumah gue disita sama pengadilan. Gue pun ga ngerti kenapa bisa disita." cerita Bobby.
"hah? Disita? Berarti loe sekarang miskin dong?" tanya Doni lagi.
Bobby hanya diam tak menjawab.
"beneran Bob? Wah maaf deh. Gue ga bisa bantu loe. Ehm Bob, buat beberapa hari ini jangan hubungi gue dulu ya, gue bakal sibuk. Thanks." Doni pun memutus telponnya tanpa menunggu jawaban dari Bobby.
Bobby mengerutkan wajahnya.
'apa-apaan ni orang? Gue minta tolong ga mau nolongin!' batin Bobby dalam hati.
"coba gue nelpon ke Arie, siapa tau dia mau nampung gue sementara."
Bobby pun menghubungi Arie, namun hasilnya sama, Arie pun menolak Bobby untuk tinggal di rumahnya.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
"guys, kayanya kita mesti minta maaf deh sama Bobby. Walau bagaimanapun juga, dia bagian dari keluarga XO-IX. Kita ga ada hak buat marah-marah kaya tadi." ujar Hendra tiba-tiba.
Lee berbalik, menatap Hendra.
"apa loe bilang? Ga ada hak?? Salah men! Kita punya hak buat marah dan negor dia. Dia sama kaya personil yg laen, kalo punya salah ya harus ditegor. Sedangkan dia, kesalahannya banyak banget!" kata Lee dengan sedikit membentak.
"heey hey, masih pagi nih, jangan berantem dulu dong!" lerai Iras.
"okey Lee, gue tau loe masih marah tentang masalah kemaren. Gue pun marah sama Bobby, tapi apa sebaiknya kita maafin Bobby dan minta dia kembali ke XO-IX? Inget, kita punya jadwal yang mesti ditepatin. Kalo kita ga latian, bakal kacau perform kita nanti!" sahut Budi.
Nicky, Iras, Agoy, Kiki, Hendra, dan Alwin mengangguk setuju dengan ucapan Budi tadi.
"please Ko, kali ini kita bicara di profesionalitas, lebih baik kita mentingin urusan bersama, baru mentingin ego masing-masing. Okeh Ko??" kata Nicky sambil tersenyum pada Lee. (kyyyaaaaaa BAYANGIIIIINNNN senyum manisnya ka Nicky!!)
Lee berpikir sejenak. Tak lama kemudian, ia mengangguk pasrah.
Semua personil tersenyum bahagia melihat keputusan Lee yang mau mengalah dan mengenyampingkan egonya demi kepentingan XO-IX.
seusai sarapan, mereka berdelapan pun memutuskan untuk menghampiri Bobby di rumahnya. Mereka belum tau kalaaauuu.....
~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Semua penghuni rumahnya telah pergi. Mulai dari pembantu, supir, serta tukang kebunnya yang telah puluhan tahun bekerja dirumahnya kita tak tampak batang hidungnya.
Bobby kini sendiri di rumah gedong itu.
"see?? Sekarang gue harus kemana? Kartu ATM di blokir semua, dan di dompet gue tinggal duit 50 ribu doang. Anjrit!!!" maki Bobby seraya berjalan meninggalkan rumah mewahnya. Ya, rumah mewahnya yang telah disita oleh pengadilan.
Bobby berjalan perlahan sambil setengah melamun.
Tanpa sadar, ia menyebrangi jalan raya di depan rumahnya, dan karna melamun, tak disangka,,
BBBRRRUUUUUKKK!!!!!
"Bobby!!!" teriak Alwin dkk yg kebetulan telah sampai di depan rumahnya dan menyaksikan kejadian itu.
Karna melamun, Bobby menyeberang jalan tanpa melihat kanan-kiri terlebih dahulu.
Alhasil, mobil sedan tua yang sedang melaju dengan cepat menubruk badan Bobby dan membuatnya terpental sejauh 5 meter.
"cepeett masukin Bobby ke mobil! Kita bawa dia ke rumah sakit!!" ujar Lee mengomando teman-temannya.
Tanpa diperintah dua kali, Iras, Alwin, dan Agoy langsung mengangkat tubuh Bobby dan melajukan mobilnya menuju rumah sakit terdekat...
Sesampainya di rumah sakit, Bobby langsung dimasukkan ke ruang UGD dan kawan-kawannya menunggu dengan sabar di ruang tunggu.
30 menit kemudian, dokter yang menangani Bobby keluar, menghampiri Nicky cs yang sedang cemas menunggu Bobby di dalam UGD.
"Gimana dok keadaan kawan kami?" tanya Alwin cemas.
Dokter menghela napas panjang, menambah kekhawatiran ke delapan cowok keren itu.
"tulang kering kaki kanan Bobby patah akibat benturan keras yang terjadi tadi." jelas Dokter.
"parah dok?? Kira-kira bisa cepet sembuh ga?" tanya Agoy.
"parahnya lumayan. Untuk masalah kesembuhan, saya belum bisa berbicara banyak. Tapi sepertinya, butuh waktu setengah tahun agar kaki bobby bisa kembali seperti semula lagi." kata Dokter itu lagi, lalu undur diri pada XO-IX.
"setengah tahun bukan waktu yang singkat loh! Gimana sama perform kita?? Apa kita harus perform berdelapan?" tanya Iras panik.
"tenang guys, kita liat keadaan Bobby dulu di dalem." ujar kiki. Mereka berdelapan pun masuk ke ruangan Bobby dirawat.
Keadaannya menyedihkan.
Kepalanya dibalut perban, kakinya di gips tebal. Wajahnya pucat pasi. (Nahlo!! BAYANGIIINN keadaan ka bob!)
Ia terbaring lemah di ranjang tempat tidur.
"see? Dengan keadaannya yg seperti ini, mana bisa dia ikut sama XO-IX?" ujar Lee.
"sstt Lee! Loe diem dulu deh. Kita tungguin Bobby sadar dulu deh!" ujar Alwin sedikit berteriak.
Mereka berdelapan akhirnya menunggu (lagi) sampai Bobby sadar dari pingsannya.
Sekitar sejam kemudian, akhirnya Bobby sadar dari pingsannya.
"dimana gue?" tanyanya pertama kali.
"hey Bob! Akhirnya loe sadar juga. Loe ada di rumah sakit, tadi loe ketabrak pas lagi nyebrang di jalan raya depan rumah loe." jelas Iras.
"aauw! Kepala gue rasanya berat banget. Dan..." Bobby mencoba menggerakkan kaki kanannya.
"kaki gue!! Kaki gue kenapa di gips kaya gini??" ujar Bobby panik bukan kepalang.
Dia menatap seluruh personil satu persatu, tapi tak ada yang memberi jawaban. Mereka hanya menunduk dan saling menatap satu sama lain.
"woy jawab woy!! Kaki gue kenapa??" tanya Bobby lagi, kali ini dengan berteriak.
Nicky mendekati Bobby dengan perlahan.
"bang, tadi loe ketabrak mobil pas loe mau nyebrang. Dan, kata dokter, tulang kering di kaki kanan loe patah dan untuks ementara kaki loe mesti di gips kaya gini." cerita Nicky.
"HAH?? PATAH??" ujar Bobby lagi.
Nicky mengangguk.
Bobby menyapu wajahnya dengan kedua tangannya. "patah?? Hahaha patah!! Ya, patah! Dan sekarang gue ga bisa jalan!!"
Lee yang semenjak tadi marah-marah kini menatap Bobby dengan tatapan iba.
"tenang aja Bob, selama loe ga bisa jalan, kita yang akan jadi kaki untuk loe." seru Lee tiba-tiba sambil menyentuh bahu kanan Bobby dengan pelan.
"Alaaahh!! Ga usah pegang pegang gue!" Bobby menghempas tangan Lee dari bahunya.
"gue pengen sendiri! Kayanya kalian semua mending pergi dari tempat ini. Cepetan!!!" bentak Bobby lagi.
Ke delapan cowok ganteng itupun segera meninggalkan kamar Bobby.
"Bobby tuh ya, biarpun lagi sakit tetep aja sombongnya ga ilang." keluh Hendra.
"yah maklumlah, bawaan lahir." seru Budi.
"gimana kalo kita makan dulu? Laper nih guys!" ujar Iras kepada yang lain.
Alwin menjitak kepala bulat Iras.
"loe tuh ye, makaaaaaaannn aja yang ada di pikiran loe. Tu perut udah gendut woy, kurangin makan!"
Iras mengusap-usap kepalanya.
"yaelah Lee, orang laper masa ga boleh makan? Kalo gue mati kelaperan loe yang tanggung jawab ya.." ujar Iras lagi.
Agoy dan yang lainnya hanya tertawa melihat tingkah Iras dan Lee.
Mereka pun tetap menuju kantin rumah sakit untuk mengisi perut mereka yang memang telah meronta-ronta sejak tadi.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
3 hari kemudian, Bobby telah dibolehkan meninggalkan rumah sakit. Namun ia masih harus duduk di kursi roda karna kakinya yang masih sakit.
"okey, selama enam bulan gue duduk di kursi ini? Tepos lah pantat gue." keluhnya.
Alwin yang mendorong kursi tersebut hanya geleng-geleng dibuatnya.
"Bob, kita anter loe ke rumah loe ya." kata Agoy.
Bobby seketika menunduk.
dia tak menjawab perkataan Agoy.
Iras yang melihat gelagat aneh dari Bobby langsung bertanya, "Bob? Gimana? Mau dianter ke rumah loe, atau mau ikut kita ke basecamp?"
Bobby mendongakkan kepalanya.
"ehm, gue ikut kalian ke basecamp aja deh." jawabnya.
Mereka ber-sembilan pun segera menuju basecamp kesayangan mereka.
Sesampainya di basecamp, Bobby langsung menuju kamar yg memang telah disediakan untuk masing-masing personil bila ingin beristirahat di basecamp.
"guys, Bobby kenapa sih? Kelakuannya aneh banget. Tiap ditanyain tentang rumah, dia ga pernah mau jawab. Apa jangan-jangan....." Hendra menduga. Yang lain penasaran dengan lanjutan perkataan Hendra.
"jangan-jangan apa Hend?" tanya Budi.
"ya jangan-jangan, Bobby diusir dari rumahnya?" tanya Hendra menduga-duga.
Yang lain kaget mendengar dugaan Hendra.
"hah? Diusir? Masa sih? Setau gue orang tua Bobby sekarang ada di luar negeri ngejalanin bisnisnya, dan Bobby cuma tinggal sama pembantu-pembantunya. Masa iya pembantunya ngusir majikan? Yang engga-engga aja sih lu Hend!" seru Nicky.
BLETAAKK!! Satu jitakan keras mendarat di kepala Nicky.
"oouucchhh!!!" Nicky mengusap-usap kepalanya yang terasa sangat nyeri.
"bukan gitu maksud gue Nick. Ya emang ga mungkin kan pembantu ngusir majikan? Yaa siapa tau aja, rumahnya Bobby disita atau apalah jadi dia udah ga boleh lagi tinggal di rumahnya ituu.." sambung Hendra lagi.
"iya emang gue diusir dari rumah!" kata Bobby yang tiba-tiba muncul dari kamar, masih dengan kursi rodanya.
"Rumah gue disita sama pengadilan gara-gara orang tua gue ga bisa ngelunasin utang mereka dan akhirnya mereka ngegadein rumah! Sekarang, kalian pasti gamau kan berteman sama gue gara-gara gue udah miskin, udah ga punya apa-apa, Dan ditambah lagi sekarang gue cacat! Gue ga bisa jalan, gue ga bisa salto lagi dan gue pasti bakal nyusahin kalian! Sekarang pasti kalian bakal ngedepak gue dari XO-IX karna gue udah ga ada gunanya lagi di XO-IX, iya kan??!!" teriak Bobby dengan negative Thinkingnya itu.
Semua member hanya diam sambil mengernyitkan dahi masing-masing. Kompak deh mereka. (BAYANGIIIIINN hahahahaaa )
"loe ngomong apa sih Bob? Emangnya kita peduli loe kaya atau miskin? Emang kita peduli gimana keadaan fisik loe? Engga lah! Loe tuh sahabat dan saudara kita, sekalipun loe jadi gembel atau apapun, kita tetep anggap loe sama, ga ada bedanya saat loe miskin atau saat loe kaya." ujar Lee.
Bobby tetap jutek.
"halaaahh ga usah boong deh loe Lee! Gue tau kok kalian semua tuh mau bertemen sama gue karna gue punya uang aja kan?? Gue tau semua!" ujar Bobby lagi. Tanpa menunggu jawaban dari teman-temannya itu, dia masuk kembali ke kamar dan membanting pintu dengan sangat keras sehingga membuat semua personil terkaget.
"Bobby mungkin masih belom bisa terima sama musibah yang dia alami secara mendadak dan berturut ini. Gue ikut sedih dan kasian ngeliat kondisi dia kaya gitu." ujar Kiki sedih. Yg lain mengangguk.
"yaps, sama. Gue juga sedih banget ngeliat Bobby kaya gitu. Kalo gue boleh minta sama Tuhan sih, gue lebih suka Bobby yang dulu. Yang walaupun sombong dan ga peduli sama kita, tapi tetap ceria dan ga pernah musingin masalah hidupnya. Tapi sayang, nasi udah menjadi bubur. Semua udah terjadi." Sesal Agoy.
"hhmm tapi gapapa sih Goy kalo nasi udah jadi bubur, gue lagi pengen makan bubur ayam nih, kayanya enak deh." kata Iras ngelantur. Daaaann,,
BLETAAAKK!!
satu jitakan manis akhirnya Iras dapatkan dari Alwin.
"Ras plis deeeehh kita lagi serius niih.." ujar Alwin.
"gue juga serius Win. Yaudah kalo kalian gamau makan bubur ayam, gue aja yang nyari bubur ayam sendiri, daaaahh.." Iras pun berjalan santai menuju pintu depan.
"tunggu Ras gue ikutttt gue juga lapeerr.." Nicky pun mengejar Iras, diikuti dengan personil lainnya yang rupanya juga lapar. Ckckck dasaaarr!
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Seminggu telah berlalu, namun sikap Bobby masih sama seperti awal ia keluar dari rumah sakit.
Sikapnya masih jutek, galak, dan tetap bernegative thinking kepada Lee, Alwin, Nicky, Iras, Budi, Kiki, Hendra, dan Agoy. Bobby beranggapan bahwa mereka berteman dengannya hanya karna dirinya orang kaya. Dan ketika semua kekayaannya itu hilang, yang tinggal hanya rasa KASIHAN, bukan pertemanan yang tulus.
Dan Bobby berfikir, sedikit lagi pasti ia akan diusir dari basecamp karna hanya merepotkan mereka saja.
"Bob, makan yuk. udah gue siapin tuh makanannya." ajak Agoy pada Bobby yang sedang melamun di taman belakang basecamp.
Bobby menoleh sedikit, lalu menjawab, "ga usah sok merhatiin gue deh. Ga usah sok baik kalo nantinya kalian juga bakal ngedepak gue dari basecamp dan Boyband ini." jawab Bobby sinis.
Agoy hanya terdiam, rasanya sakit dituduh seperti itu.
Saat Agoy hendak menjawab perkataan Bobby tadi, Nicky langsung menarik tangan Agoy kedalam.
"ga usah dibales bang, bang Bobby tuh sekarang lagi ga percaya diri sama apa yang lagi dialami, jadi ya gitu, bicaranya masih harus ditinggiin supaya dia ga dianggap remeh sama kita. yaa Walaupun kita ga akan nganggep kaya gitu.." jelas Nicky pada Agoy.
Agoy mengangguk. "gue juga ga bakal marahin dia kok tadi. Gue cuma pengen ngejelasin kalo kita ga bakal ngeluarin dia dari boyband kita. Kita kan ngebentuknya bareng, masa cuma gara-gara masalah ini mesti ada yang out? Gue mah ga rela amit-amit jabang bayi kuda nil deh nick!" seru Agoy sambil mengetuk-ngetuk meja dengan kepalan tangannya.
Nicky terbahak-bahak melihat kelakuan Agoy yang konyol itu.
"hahaha ada-ada aja loe bang. Yaudah kita makan duluan aja yuk, ntar gue anterin makanannya bang Bobby ke kamar dia, siapa tau aja dia mau makan di kamar."
Nicky dan Agoy pun segera menuju ruang makan untuk makan bersama yang lainnya. Sementara Bobby masih duduk di kursi rodanya di taman belakang itu.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Hari itu, untuk pertama kalinya Bobby masuk kuliah lagi setelah kejadian buruk menimpa dirinya.
Dia berjalan dibantu dengan tongkat khusus untuk menyangga kaki kanannya yang masih di gips itu.
Bobby berjalan perlahan dan sangat tertatih melewati lapangan basket yang sedang penuh dengan 'teman-temannya' yang dulu sering berpesta dengannya dirumah mewahnya itu.
Namun sekarang, saat Bobby melewati segerombol orang-orang itu, mereka menatap Bobby dengan pandangan jijik dan meremehkan. Tatapan sinis yang dilontarkan pada Bobby dari ujung rambut Bobby hingga ujung sepatunya membuat Bobby seperti ingin menghilang langsung dari hadapan mereka. Malu, merasa diremehkan, terhina, minder, segala perasaan menyelimuti hati Bobby.
"kasian banget loe sekarang Bob, udah miskin, rumah ilang, uang lenyap, mobil disita, dan sekarang, loe cacat?? Astagaaaa!! Ehm Bob, mending nomor hape sama pin BB gue loe apus aja ya, mending kita ga usah kenal lagi. Eehh, itu sih kalo loe masih punya hape yaa.." ujar salah satu lelaki yang sedang duduk disana. Dia dulu sering diajak Bobby untuk clubbing dan party bersamanya.
Bobby menatap cowok itu dengan geram.
"LOE.......!!" Bobby mengepalkan tangannya hendak meninju pipi kiri lelaki itu, namun,
"Bob jangaaaann!!" Agoy dan Lee menahan tangan Bobby yang hampir sampai ke pipi kanan lelaki tersebut.
"apa-apaan loe Bob!!? Heh jangan asal mau nonjok gue loe ye, pipi gue lebih mahal daripada diri loe sekarang! Cih!" lelaki itu dan rombongannya pergi meninggalkan Bobby, Lee dan Agoy.
"Brengsek tu orang! Gue kaya aja, ngedeketin gue! Sekarang pas gue miskin dan cacat, dia sama sekali ga mau bertemen sama gue! Sialan!" Maki Bobby kesal.
Agoy hanya mengusap-usap punggung Bobby, menyuruhnya sabar.
"udahlah Bob, berarti itu bukan temen loe yang sebenernya." ujar Lee.
Bobby memandang Lee dengan sinis.
"terus, kalian pikir dengan kalian ngebaik-baikin gue kaya gini, gue bakal nerima kalian jadi temen gue? Inget ya, sekarang gue emang miskin dan ga bisa apa-apa. Tapi liat aja, gue bakal buktiin kalo gue bisa bangkit walaupun tanpa kalian!" Bobby pun pergi meninggalkan Agoy dan Lee dengan wajah yang merah.
" kasian ya Bobby, ditinggalin sama temen-temennya dulu. Dan temen-temennya itu, pada brengsek semua! Cuma mau bertemen sama Bobby kalo Bobby ada duitnya aja. Si Bobby juga, kenapa mau bertemen sama orang-orang ga jelas gitu, ckckck.." seru Agoy.
"udahlah Goy, dari kejadian ini kita bisa liat, yang mana yang bukan temen, dan yang mana yg beneran temen." sambung Lee.
Agoy mengangguk. "semoga Bobby bisa cepet ngembaliin kepercayaan dirinya dan bisa nemuin temen-temen sejatinya. Gue kasian banget ngeliat kondisi dia yang sekarang."
Mereka berdua pun beranjak dari lapangan itu menuju kelasnya.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
sorenya di basecamp, ke-delapan personil XO-IX sedang bersiap untuk latihan, sedangkan Bobby sedang berada di taman belakang basecamp. Belakangan ini Bobby lebih senang menyendiri di taman tersebut.
TOK TOK!!
terdengar suara pintu depan diketuk.
Iras pun membukakan pintunya.
"ehm permisi. Saya kemari mencari seseorang bernama Bobby. Dia ada?" tanya lelaki paruh baya itu. Pakaiannya rapi, memakain jas hitam lengkap dengan koper hitamnya.
"ada pak. Tapi kalo boleh tau bapak siapa ya?" tanya Iras sambil mempersilahkan bapak itu masuk.
"perkenalkan," bapak itu mengulurkan tangannya.
"nama saya Tomi, saya pengacara."
Iras pun menjabat tangan bapak itu dan mempersilahkannya duduk.
"sebentar pak, saya panggil Bobby dulu." Iras pun masuk ke dalam rumah dan memanggil Bobby.
Tak lama kemudian, Bobby tiba di ruang tamu dengan memakai tongkatnya.
"elo?? Mau apa lagi loe nyari gue?? Belum puas semua harta gue loe ambil hah??" seru Bobby pada lelaki itu.
"maaf mengganggu. Saya cuma mau memperlihatkan ini," bapak itu pun mengeluarkan selembar kertas dan memperlihatkannya pada Bobby.
"kertas apa itu?" tanya Bobby.
Di balik tembok, delapan personil sedang menguping pembicaraan Bobby dan bapak itu.
"ini adalah daftar hutang yang belum terbayar. Jumlahnya 10 juta lagi. Saya sudah menghubungi orang tua anda, namun keduanya tidak mengangkat telepon dari saya, jadi dengan terpaksa saya mendatangi anda selaku anak mereka." jawab bapak itu dengan sopan.
Kiki yang mendengar dari balik tembok merasa geram dengan bapak itu. Ia pun segera keluar dari balik tembok.
"Heh pak! Bapak tuh ga punya perasaan ya! Udah tau semua hartanya bapak ambil tanpa nyisain sepeserpun, dan sekarang bapak kemari untk nagih sisa hutangnya? Ga beres ni bapak! Mending sekarang bapak keluar dari rumah kami, karna bapak sudah sangat mengganggu jadwal latihan kami. Terimakasih!" Kiki membukakan pintu dan mengisyaratkan bapak itu untuk keluar meninggalkan rumah mereka.
"maaf jika saya mengganggu, namun ini sudah tugas saya."
Bapak itu meletakkan kertas tersebut di atas meja.
"kertas ini saya letakkan disini. Saya harap, dalam 2 hari kedepan Bobby sudah bisa melunasinya. Jika tidak, terpaksa saya harus memenjarakan dia dengan tuduhan penipuan peminjaman barang. Terimakasih." bapak itu pun pergi meninggalkan basecamp.
Nicky, Iras, Budi, Agoy, Lee, Alwin, dan Hendra keluar dari balik dinding tempat nguping tadi dan menghampiri Bobby dan Kiki yang berada di ruang tamu.
mereka tak berkata apa-apa, hanya sesekali memperhatikan wajah Bobby yang tak bisa menyembunyikan bingungnya.
Bobby yang sadar sedang diperhatikan langsung angkat bicara.
"kenapa? Kalian merasa kasian sama gue? Sorry gue ga butuh rasa kasian kalian. Gue bakal buktiin, gue bisa ngelunasin hutang keparat itu!" maki Bobby lalu pergi meninggalkan teman-temannya yang masih terdiam di ruang tamu.
"Booobb Boob.. Dia tuh ya, udah pasti dia butuh bantuan, masih aja gengsinya selangit." ujar Alwin.
"yaaa gitu lah dia. So guys, gimana? Kita harus bantu dia tanpa dia tau." kata Hendra.
"yups! Hm gini aja..."
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Esoknya, Bobby keluar rumah pagi-pagi sekali, entah apa yang akan dia lakukan.
Ketika ditanya Agoy yang kebetulan sedang lari pagi, ia hanya menjawab, "nyari duit!" dengan ketusnya.
Agoy hanya menggeleng kepala dan kembali ke rumah.
"guys, ada yg tau Bobby bakal kemana?" tanyanya setelah sampai di rumah dan menenggak segelas susu hangat.
Alwin, Nicky, dan Kiki yg saat itu sedang di ruang makan hanya menggeleng.
"ga tau bang. Tadi dia keluar gitu aja dan ga pamit mau kemana. Emang abang ketemu sama bang Bobby?" tanya Nicky.
Agoy mengangguk. "ketemu tadi di jalan. Gue tanya dia mau kemana, jawabnya nyari duit. Yg jadi pertanyaan, dia bakal nyari duit kemana dan dimana coba? " kata Agoy lagi.
Kiki mengangkat pundaknya.
"loe tau sendiri kan Bobby orangnya kaya gimana. Keras kepala, ga mau diatur, dan egois, maunya menang sendiri. Kita liat aja nanti hasilnya gimana, biarin aja dulu kita biarin bang Bobby berusaha dengan caranya sendiri." ujar Kiki.
Nicky, Alwin dan Agoy mengangguk setuju dengan ucapan Kiki itu. Mereka pun melanjutkan aktifitas yang tadi sempat terhenti.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Sorenya, Bobby telah kembali ke basecamp dengan wajah yg kusam.
"dari mana Bob? Kok baru pulang?" tanya Lee.
"berisik loe ye! Sejak kapan gue mesti laporan kalo gue mau kemana? " jawab Bobby masih dengan ketus. (pembaca mohon sabar ya sama sifat ka Bobby di cerpen ini.. *elus dada)
Bobby langsung menuju kamarnya dengan tongkat yang tetap setia menopang berat tubuhnya.
"ampun dah ampuuunn Bobby tuh ya gengsinya tinggi amaaatt! Udah jelas-jelas dia butuh bantuan kita, masih aja gengsi dan galak!" keluh Lee.
Nicky menghampiri Lee yang sedang bersungut-sungut karna jawaban Bobby yg menyesakkan hati tadi.
"maafin bang Bobby aja ya Ko, koko tau sendiri kan dia dasar sifatnya emang gitu, susah dibilangin. Yang jelas kita tetep bantu dia, walaupun dia ga tau." jelas Nicky menyabarkan Lee.
Lee mengangguk. "sabar banget sih lu Nick jadi orang. Udah dijutekin kaya gitu, masih aja ngebelain si Bobby." tanya Lee.
Nicky tersenyum dengan manisnya (OMAIGAAAATTT BAYANGIIIIIIINNNNN!!!!).
"ya abis mau gimana lagi. Bang Bobby udah gue anggep kaya abang gue sendiri sih. Jadi mau dia jutek ataupun galak ke gue, gue ga bisa balik marah sama dia." jelas Nicky.
Lee ikut tersenyum. (KYAAAA GA KALAH MANIIIISSS!!)
"baek banget ya lu Nick. Mesti belajar sama loe nih kayanya gue."
Nicky hanya tersenyum tersipu mendengar pujian Lee.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Keesokan harinya, tepatnya deadline pembayaran atas hutang Bobby sebanyak 10 juta itu.
Bobby pergi ke kantor bapak pengacara itu siang ini untuk membayar seperempat dari hutangnya, dan berniat meminta senggang waktu untuk membayar sisanya, karna bobby belum mendapatkan uang 10 juta penuh.
Sesampainya di kantor bapak itu, hanya heran yang didapatnya.
"HAH?? Sudah lunas??" tanyanya pada Pak Tomi.
Pak Tomi mengangguk. "iya, tadi pagi saya menemukan amplop berisi uang sebesar 10 Juta rupiah di atas meja saya. Setelah saya lihat nama pengirimnya, itu atas nama anda, bobby." jelas Pak Tomi.
Bobby pun keluar dari ruangan pak Tomi dengan wajah keheranan (bisa di BAYANGIIIIINNN???!!)
"siapa ya yg bayar? Perasaan.......Ooh! Gue tau siapa!" Bobby pun segera menyetop angkot yang sedang melaju dan masuk ke dalamnya.
Sementara itu, dua orang lelaki yang sedari tadi mengikuti Bobby, yang tak lain adalah Alwin dan Agoy memacu motor gede mereka agar mereka bisa mendahului Bobby sampai di basecamp.
"duh Goy, kira-kira Bobby tau ga ya kalo kita yang udah bayarin lunas utangnya?" tanya Alwin pada Agoy yang saat itu mengendarai motor.
Mereka sengaja mengikuti Bobby karna mereka khawatir pada kondisi Bobby yang sangat menghawatirkan itu. Kondisinya yang marah-marah mulu itu bisa bikin orang sekitarnya terganggu dan bisa saja Bobby di kroyok preman karna salah marahin orang kan?
"gue gatau Win. Kayanya dia udah tau deh. Bobby kan pinter dan cerdik. Pasti dia gampang untuk nebak siapa yang ngebantu dia." jawab Agoy.
Untungnya Agoy dan Alwin bisa duluan sampai di basecamp. Jadi mereka bisa berperan seolah-olah tidak terjadi apa-apa.
Tak lama kemudian, Bobby tiba ke basecamp.
Dan sesuai dugaan mereka, Bobby pasti tau siapa yang telah membayar hutangnya pada pak Tomi.
BRAAAKK!!
Bobby membuka pintu dengan sangat keras.
Seisi rumah terkaget mendengar suara pintu yang amat keras itu.
"siapa yang suruh kalian bantu gue buat ngelunasin utang-utang gue hah?? Kalian pikir gue ga bisa ngelunasinnya sendiri tanpa bantuan kalian?!?" bentak Bobby pada mereka semua.
Nicky, Iras, Budi, Agoy, Lee, Qq, Alwin, dan Hendra hanya terdiam dan saling berpandangan.
"lama-lama gue ga betah tinggal bareng kalian! Segala urusan gue kayanya kalian mau ikut campur ya! Gue bakal pergi dari rumah ini, supaya kalian ga ikut campur lagi urusan gue. Ga penting kalian!!"
Bobby pun pergi meninggalkan ke delapan personil lainnya dengan langkah yang terseok-seok, karna kakinya yang masih di gips itu.
"Bob tunggu Bob!" Lee mengejar Bobby yang sudah berada di jalan raya itu.
"Bob loe mesti dengerin kita dulu. Bukan maksud kita ikut campur masalah loe, tapi kalaupun kita bilang sama loe, mana mau loe nerima bantuan kita iya kan? Jadi yang bisa kita lakuin ya cuma bantuin loe secara diam-diam." jelas Lee pada Bobby.
Sementara yang lainnya berjalan pelan dibelakang mereka.
"alaaahh gue ga butuh! Kalian bantuin gue untuk apa? Toh gue ga pernah mau dibantu sama kalian!" ujar Bobby keras.
"loe nanya kenapa kita bantuin loe? Ya karna kita semua sayang sama loe! Loe tuh sahabat kita, apapun keadaannya, dan sampai kapanpun loe adalah sahabat kita. Ga bakal berubah." jawab Lee lagi.
Tapi tak lama, BBRUUKKK!!
Bobby yang saat itu berjalan mundur sambil berbicara dengan Lee tak sengaja menubruk seorang lelaki berperawakan sangar yang sedang berdiri di jalan tersebut.
"ooo oouuw!!" seru Budi dari kejauhan.
"HEH!! loe mau nyari mati hah nyenggol-nyenggol gue??" rupanya lelaki itu adalah preman di sekitar kompleks tersebut.
"eeh maap bang, gue ga sengaja." kata Bobby.
"alaaahh ga usah banyak ngomong loe, dasar cacat!!"
BUUGG!!
preman itu menonjok perut Bobby hingga Bobby tersungkur jatuh.
"Woy!! Loe laki tapi beraninya sama yang lemah. Sini loe lawan gue!!" Teriak Alwin yang berjalan mendekati preman tersebut.
"wah wah bawa rombongan nih! Guys, seraaaaang!"
Preman itu memanggil kawan-kawannya yang berjumlah 7 orang. Jadi, satu lawan satu bisalaaahh..
Dengan susah payah, Nicky, Kiki, Iras dan Hendra melawan preman yang berbadan lebih besar dan kekar dibanding mereka itu.
Sementara Alwin, Agoy, Budi, dan Lee tidak terlalu kesulitan melawan preman-preman tersebut.
Sekitar 15 menit kemudian, preman-preman itu bisa ditakhlukkan oleh ke delapan jagoan ganteng ini, walau mereka sedikit mendapatkan luka di wajah, kaki dan tangan mereka.
Tapi,
"looh, Bobby mana? " tanya Agoy tersadar.
Yang lainnya pun ikut tersadar dan celingak celinguk mencari Bobby, namun sosok yang dicari tak kunjung tiba.
"mungkin dia takut dan untuk sementara pergi ke suatu tempat untuk nenangin diri. Yaudahlah guys, kta biarin aja dulu dia tenang, mending kita ngeberesin luka luka memar kita ini deh, perih banget brooo!" ujar Kiki yang meringis karna besot di tangan kanannya.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
3 hari selanjutnya, tetap saja tidak ada kabar dari Bobby. Bisa dibilang, Bobby menghilang dari hadapan mereka.
Bobby tak muncul di basecamp, kampus, atau dimanapun.
Ke delapan personil lainnya sangat cemas dengan kabar Bobby saat ini.
"Bobby kemana ya? Sama sekali ga ada kabar. Udah gue nyari keliling juga., tapi tetep aja ga ketemu. Gue khawatir banget nih guys." ujar Lee cemas.
" bukan cuma loe yang khawatir Lee, kita semua disini khawatir sama keadaan Bobby. Gue takutnya, preman yang kemaren kita hajar itu malah yang ketemu sama Bobby, kan berabe jadinya." Sambung Budi.
Yang lain mengangguk mendengar jawaban Budi.
"yaudah, kalo gitu kita cari Bobby lagi. Sekarang kita mencar ke segala arah. Siapa tau aja salah satu dari kita biaa nemuin dimana Bobby berada." komando Agoy.
Semua pun setuju.
Namun, saat mereka hendak keluar rumah, Nicky mendapati sepucuk surat yang tergeletak pasrah dibawah pintu.
"surat? Surat apaan nih?" tanyanya.
"baca Nick." perintah Kiki.
Nicky pun membuka dan membaca isi surat tersebut.
"untuk XO-IX. gue ga mau tau, kalian harus dateng ke pesta ulang tahun gue besok malem, di taman kota! Bobby."
"hah? Bobby?" tanya Lee keheranan.
"udah ngilang gitu aja, tiba-tiba dia ngundang kita ke pesta ulang tahunnya? Punya uang darimana coba?" tanya Hendra.
"mungkin uang yang dulu mau dia bayarin utang dia ke pak Tomi itu kali, dia pake buat bikin pesta ulang tahunnya." terka Nicky.
Personil lainnya mengangguk-angguk mendengar terkaan Nicky yang bisa dianggap benar.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Esok malamnya, XO-IX telah sampai di taman tempat ulang tahun Bobby.
Lumayan ramai ternyata. Banyak 'teman-teman' kampus yang datang disana.
"guys, kirain cuma kita aja yang diundang. Ehm, tepatnya, kirain cuma kita doang yang bakal dateng." ujar Iras.
'teman-teman' Bobby tersebut datang dengan tampilan seadanya. Sepertinya mereka datang dengan terpaksa, hanya karna ada "pesta". Dan kalian tau kan di setiap pesta itu ada apa?
Ada "makanan gratis".
Yaks! Itu yang diincar 'teman-teman' kampus Bobby itu.
"yaelaah makanannya cuma kaya gini doang. Tau gini mending gue ga usah dateng lah." celetuk salah seorang undangan yang datang.
Sepertinya ia kecewa dengan makanan yang disuguhkan si empunya pesta, jauh dari harapannya.
Ehm btw tentang si empunya pesta, rupanya dari tadi ia belum terlihat batang hidungnya.
Delapan personil hanya sibuk celingak-celinguk mencari sosok Bobby.
"mana coba ni orang yang ulang tahun? Ngundang tapi ngumpet." ujar Budi sambil menengokkan kepalanya ke kanan dan ke kiri.
"mungkin dia masih repot kali. Paling dikit lagi dia nongol." jawab Agoy.
Dan benar saja. Tak lama kemudian Bobby datang, kali ini dengan kursi rodanya.
Dengan susah payah ia menjalankan kursi rodanya itu agar bisa bergabung kedalam rombongan para undangan.
Hampir semua undangan melirik sinis ke arah Bobby, dan Bobby hanya menunduk dibuatnya.
"miskin aja juga, ngapain ngadain pesta coba? Hedeeh ga sadar diri." bisik seorang perempuan pada temannya.
"ngapain dateng coba kalo ga suka?" sambung Alwin yang kebetulan mendengar percakapan kedua wanita rumpi itu.
Wanita itu melirik sinis pada alwin lalu pergi meninggalkannya.
"dasar matre!" ujar Alwin geram.
"sstt jangan cari ribut sama cewek Win." ujar Lee menenangkan.
"ehm guys. Thank you banget buat yang udah dateng ke pesta gue yang sederhana ini. Silahkan dinikmati apa yang ada." kata Bobby menyampaikan salam sambutan.
"udah tau sederhana masih ngundang kita." celetuk seorang undangan.
"udah tau sederhana masih aja mau dateng. Bilang aja loe mau numpang makan kan?" sambung Budi membela Bobby yang dibully dengan mantan teman-temannya.
"heh loe mau nyari masalah hah??" ujar lelaki itu yang tak terima dikatain 'numpang makan'.
"kalo cuma sama loe, emang gue takut? Sini loe gue ladenin!" tantang Budi. Ia sudah sangat geram mendengar celotehan miring tentang sahabatnya itu.
Budi telah mengepalkan tangannya hendak meninju pipi kanan lelaki itu.
"Bud Bud, udahlaaahh ga usah cari masalah di pesta orang." cegah Hendra.
"dia yang duluan cari masalah Hend. Sembarangan aja ngebully Bobby!" ujar Budi geram. Sama geramnya dengan Alwin tadi.
"heeh gue bukannya ngebully ya. Emang kenyataan kok sahabat loe ini ga tau diri. Udah tau cacat dan miskin, masih aja sok-sokan ngadain pesta. Kaya mampu aja bayarnya." kata lelaki itu dengan wajah meremehkan.
BUUGG!!!
Satu bogem mentah pun melayang di perutnya.
Namun bukan Budi yang melayangkannya, melainkan Lee.
"SEKALI LAGI LOE NGOMONGIN HAL JELEK TENTANG BOBBY, GUE BAKAR LOE!!" ujar Lee sangat geram. Wajahnya merah padam saking marahnya.
Saat lelaki itu ingin membalas tonjokan Lee, tiba-tiba....
PROK PROK PROK!!!
terdengar bunyi tepuk tangan yang sangat nyaring dari daerah depan.
"akhirnya, gue yakin siapa sahabat gue yang sebenarnya." ujar seorang lelaki yang sedari tadi duduk di atas kursi roda sambil memperhatikan pertikaian yang terjadi.
Kalian tau siapa lelaki itu? Ya, Indra Fahmi atau yang akrab dipanggil Bobby.
"hah?? Maksud loe Bob?" tanya Agoy heran.
Namun bukan hanya Agoy yang heran dengan pernyataan Bobby tadi. Semua undangan pun memasang wajah heran dan semua mata tertuju pada Bobby.
Tak lama, Bobby tambah mengejutkan lagi dengan berdiri dari kusi rodanya dan berjalan mendekati XO-IX.
"Bang kaki loe! Ati-ati loh itu belom pulih nanti tambah parah!" ujar Nicky panik seketika saat melihat Bobby berjalan dengan santainya.
"tenang aja Nick, gue ga papa. Dan gue selama ini emang ga papa." Bobby menunduk, lalu membuka gips putih yang masih membalut kakinya.
"ma..maksud loe apa sih Bob? Nipu kita?" tanya Agoy.
Bobby tersenyum dengan manis (KYAAAAA BAYANGIIIIINNN!! )
PROK PROK!! Sekali lagi Bobby menepuk kedua tangannya.
Tak lama, dari belakang taman muncullah pak Tomi, pak Dokter yang dahulu merawat Bobby di rumah sakit, serta ke-delapan preman yang dulu sempat beradu otot dengan XOIX.
"kenalin, ini Pak Tomi. Sebenernya dia bukan pengacara. Dia cuma karyawan bokap gue di perusahaannya. Katanya sih waktu jaman sekolahan dia pernah ikut teater, jadi gue serahin peran ini ke dia." jelas Bobby.
Semua masih mengernyitkan dahi mereka, tanda belum mengerti dengan penjelasan Bobby.
"ini Dokter Anton. Dia dokter pribadi keluarga gue. dia juga yang udah ngebantuin gue dalam memerankan sandiwara ini."
"dan ke-delapan preman ini. Mereka emang preman sih dari sononya. Tapi acting mereka bagus juga sih sampe bikin kalian marah hahahaaa." Bobby sempat tertawa saat menjelaskannya.
"lah terus?? Ini maksudnya apa Bob????" tanya Lee tak sabar.
"okey okey gue jelasin." Bobby menarik napas sejenak, lalu melanjutkan penjelasannya.
"gue bikin sandiwara kaya gini, saat gue mulai merasa kesepian tanpa ada yang peduli Sementara orang orang ini..." Bobby menunjuk 'teman-teman' kampusnya yang dari awal 'kebangkrutan' dan 'kecacatan' Bobby sudah menjauhinya.
"mereka cuma kenal Bobby yang kaya! Yang selalu menghambur uangnya buat pesta. Mereka pasti ga bakal mau kenal sama Bobby yang miskin dan cacat." jelas Bobby sambil menatap para orang-orang yang ditunjuknya dengan tatapan mata marah.
"so, dengan berbekal kenekatan hidup susah, gue sama pak Tomi nyusun rencana ini. Gue berpura-pura bangkrut, cacat, dan menderita. Gue pengen liat, siapa sebenernya yang bener-bener ikhlas bertemen sama gue." sambung Bobby.
Masih ada beberapa 'teman' Bobby yang tersisa di taman itu. Sementara beberapa lagi sudah mengundurkan diri. Entah karna malu, atau karna merasa diremehkan.
"jadi, loe ga beneran bangkrut Bob? Dan kecelakaan di depan mata kita itu? Itu juga sandiwara?" tanya Iras memperjelas.
Bobby mengangguk. "yups. Semua cuma sandiwara gue."
"gue pengen ngetes aja, seberapa sabar sih kalian ngadepin Bobby yang sombong, keras kepala, angkuh, ga mau denger perkataan orang lain, egois, dan sederet sifat-sifat buruk gue lainnya. Dan ternyata, kalian bukan cuma sabar ngadepin gue, malah kalian mau ngorbanin uang, waktu, bahkan nyawa kalian buat ngebela dan ngelindungin gue. Padahal gue udah jahat banget sama kalian." jelas Bobby lagi. Kini nampak matanya berkaca-kaca, dan suaranya bergetar saat berbicara tadi.
"Bob," kata Lee, merangkul pundak Bobby.
"gue kan udah pernah bilang, kita, XO-IX, ga peduli loe itu kaya Atau miskin. Mau loe gimana pun juga, loe tetep sahabat kita. Loe tetep keluarga kita. Jadi kita ga bakal mau lah liat sodara kita ditindas sama orang-orang ga tau malu kaya mereka." Lee melirik orang-orang yang masih mendengar penjelasan Bobby, lalu membuat mereka menunduk sangat malu.
"yups! Di hari ulang Tahun gue, gue dapet hadiah yang paling berkesan dan berharga. Gue nemuin arti persahabatan dan persaudaraan dari kalian. Kalianlah hadiah terindah gue. " Bobby pun mendekati Nicky, Iras, Budi, Agoy, Qq, Alwin, dan Hendra, lalu mereka berpelukan membentuk lingkaran.
"sorry guys, kalo selama ini gue udah bersikap sombong dan mau menang sendiri. Gue sadar, gue ga bakal bertahan lama kalo gue bersikap sombong kaya gitu. Kalian mau kan maafin gue dan tetep nerima gue yang kaya tampan bersahaja dan kece ini??" tanya Bobby dalam canda.
Mereka mengangguk serempak, lalu berpelukan lagi saking terharunya.
"eehm by the way ya Bob," Qq angkat bicara.
"uang kita yang 10 juta itu, bakal balik kan? Masalahnyaaaaa gue patungannya pake uang bayar cicilan mobil gue. Bukannya ga ikhlas sih, tapi......." Qq berbicara malu-malu.
"hahahaaa iya bakal balik laah. Kalo perlu, gue bayarin lunas mobil loe, supaya tiap bulan loe bisa tabung tu duit buat bayar mobil. Gimana?" tanya Bobby.
Qq menggeleng, lalu tersenyum. (OMAIGAAAATTT SENYUMNYA KA QQ BAYANGIIIIIINNN!!!)
"Ga usah lah Bob. Gue tau duit loe sebagian pada ga kepake, jd loe ga tau mau kasih kemana. Tapi gue mau ngebayar mobil itu dengan hasil kerja keras gue sendiri, supaya gue bisa menghargai hasil kerja keras gue itu. mending duit loe yang ga kepake itu, loe sumbangin ke orang-orang yang lebih membutuhkan. gimana?" jelas Qq.
Bobby mengangguk, lalu tersenyum.
"see? Ga salah gue milih kalian sebagai sahabat gue. Kalian emang bener-bener tulus berteman sama gue, bukan karna gue kaya, tampan dan terkenal ini." ujar Bobby sambil bercanda.
XO-IX tertawa mendengar celotehan Bobby.
Mereka lalu menumpuk tangan mereka menjadi satu, lalu berteriak dengan bangganya,
"SUKSES XO-IX!!!"
Ah, indahnya persahabatan dan persaudaraan mereka.....
~TAMAT~
HAPPY BIRTHDAY KA BOBBY. IT IS SPECIAL FOR YOU XXO~
Length: one shoot
Author: @Xowners_PALU
This is for you, bang @bobbynyoXOIX.
~SAHABAT???~
"hey bro, besok dateng ya ke rumah gue, kita party sampe pagi okeeeehh.." seru Bobby pada kumpulan teman-temannya yg sedang nongkrong di parkiran kampus. Teman-teman yg disapanya pun kompak mengangguk seraya berkata "pasteeee Booob.."
Bobby pun melangkahkan kakinya dengan angkuh menuju kelasnya.
Indra Fahmi atau yg lebih akrab disapa Bobby adalah salah satu mahasiswa di Universitas ternama di Jakarta.
Bobby merupakan anak tunggal dari salah satu invertor untuk kampus tersebut, jadi tak heran, gaya Bobby lebih sombong dibanding mahasiswa lainnya.
Selain anak investor kampus tersebut, Bobby juga salah satu member Boyband yg sedang naik daun, XO-IX. Jadi tak heran jika Bobby merasa dirinya bisa menggenggam dunia.
Bagaimana tidak, selain kaya raya, diapun sedang memiliki ketenaran yang memuncak.
Ia sering mengadakan pesta dirumahnya, karna kedua orang tuanya sibuk keluar negeri untuk melancarkan bisnis mereka.
Kring kring...
Kring kring...
Terdengar bunyi handphone Bobby berbunyi.
"Agoy?" kata Bobby saat membaca nama yg tertera di layar handphonenya.
"kenapa Goy?" tanya Bobby ketus.
"hey Bob, hari ini kita ada latian di Basecamp, jangan lupa ya. Dan jangan telat." kata Agoy memperingati.
"iyaaa gue inget kok. Ga usah sok ngingetin gue deh!" jawab Bobby dengan suara besar, lalu langsung mematikan saluran teleponnya.
"ribet banget sih jadi orang." maki Bobby lagi.
Sore harinya, saat latian, namun belum nampak batang hidung Bobby di Basecamp.
Sementara ke-delapan personil Lainnya sudah setengah jam menunggu di basecamp.
"Bobby mana sih? Lama banget datengnya." tanya Iras.
Agoy menggeleng. "gatau tuh. Tadi gue udah nelpon dia. Coba gue telpon lagi." Agoy pun mengambil ponselnya lalu menghubungi Bobby lagi.
Beberapa menit setelah berbicara dengan Bobby via telpon, Agoy menutup teleponnya dengan muka bete.
"kenapa bang?" tanya Nicky.
"well, same as yesterday, dia masih di rumahnya, baru bangun tidur." jawab Agoy malas."
Semua menghela nafas panjang.
"Bobby tuh kebiasaan deh. Setiap latian selalu telat. Mesti ditegur tuh, ga boleh di diemin mulu, bisa ngelunjak dia!" ujar Lee marah. Dia sangat geram dengan kelakuan Bobby yang sembarangan dan tak pernah menuruti peraturan.
Satu setengah jam kemudian, Bobby telah sampe di Basecamp, dan berjalan santainya tanpa rasa bersalah.
"hey guys, yuk latian." ujar Bobby santai.
Lee menoleh kepada Bobby, lalu menghampiri Bobby yg masih berada tak jauh dari pintu masuk.
"heh Bob!! Loe tuh ya, udah masuk tanpa salam, telat dua jam, dan masih bisa petantang petenteng kaya gini?? Kita dikejar deadline Bob, dan kita belom satu kalipun latian dengan serius! Ini semua gara-gara loe yg selalu dateng telat!" ujar Lee keras di depan wajah Bobby. Sementara Agoy dan yang lainnya segera menahan tangan Lee yang hendak memberikan bogemnya ke wajah Bobby.
"heh Lee! Masih untung gue mau dateng ya! Gue masih banyak urusan sebenernya daripada ngurusin boyband ini! Kalo loe ga suka nungguin gue, kenapa loe ga keluar aja dari Boyband ini?? Toh Boyband ini yang biayain juga bokap gue!" ujar Bobby tak kalah kerasnya.
"ooh jadi gitu??! Okee kalo itu mau lo! Gue keluar dari Boyband ini! Gue keluar dari XO-IX!" sahut Lee.
Nicky, Kiki, Iras, Budi, Agoy, hendra, dan Alwin terperanjat dengan perkataan Lee.
"woy! Kenapa jadi gini sih?? XO-IX itu 9, ga kurang, ga lebih! Ga ada yg keluar!" bentak Alwin keras dan membuat Lee terhentak dan terdiam, begitu pula Bobby.
"sekarang, duduk semua! Pala Bobby sama Lee mesti dibenerin nih kayanya." ujarnya lagi.
Mereka ber-8 pun mengikuti perintah Alwin. Aseeelliii Alwin keliatan galak banget!!!
"okey, sekarang kita bicarain semua." seru Alwin membuka pembicaraan.
"Bob, kita tau, bokap loe yg ngebiayain Boyband ini, dan kita sangat berterimakasih sama bokap loe yg selama ini ngebiayain kita." ujar Alwin.
Bobby hanya diam dan masih memasang wajah songongnya. (hhmm, bisakah kalian ngeBAYANGIIIIINNNNN!!!!!)
"terus? Kalian mau ganti uang bokap gue?" tanya Bobby. Lee menatap Bobby geram. Kepalan tangannya pasti melayang di wajah Bobby jika Nicky tidak menahannya.
"iya Bob. Kita udah sepakat, bakal ngeganti semua uang yg pernah bokap loe kasih ke XO-IX, dan kita bakal ngebiayain diri kita sendiri. Dengan penghasilan yg kita dapet selama setahun ini, rasanya kita bakal bisa ngebiayain XO-IX tanpa bantuan orang tua loe." jawab Agoy.
Wajah Bobby mengkerut. "jadi maksudnya, kalian nolak sumbangan dari gue lagi? Sombong banget!" seru Bobby.
Lagi-lagi Lee mengepalkan tangannya.
"woy Bob! Loe tuh yang sombong! Inget Bob, karma tuh berlaku ya! Suatu saat loe bakal ngedapetin balasan dari kesombongan loe selama ini!!" ujar Lee dengan marah. Bobby hanya mendelik sedikit, lalu tersenyum kecil seolah mengejek.
"bukan gitu Bob, kita bukannya sombong gamau nerima bantuan dari orang tua loe lagi. Tapi kita mau nyoba mandiri dengan penghasilan yg udah kita dapetin selama ini. Kan ga mungkin juga kita bergantung mulu sama orang tua loe." jawab Kiki bijak.
Bobby memandang Kiki dengan pandangan meremehkan.
"yaudahlah terserah kalian. " ujar Bobby, lalu melenggangkan kakinya menuju pintu keluar.
"Bob, loe mau kemana? Kita belom latian loh." panggil Hendra.
Tanpa menengok Bobby menjawab, "gue ogah latian kalo hawanya masih panas kaya gini. Tunggu kalian reda dulu aja baru kita latian."
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Malamnya, di pesta yang disebut Bobby.
Hanya tampak teman-teman kampus yang datang, sementara tak tampak personil XO-IX di party itu.
Yaaa, kalian harus tau, Bobby lebih sering bergaul dengan teman-temannya diluar XO-IX daripada dengan XO-IX sendiri.
Menurut Bobby, semua personil XO-IX itu terlalu serius dan tak ada yg bisa diajak senang-senang, oleh karna itu Bobby lebih sering bergaul dengan teman-teman kampus dan clubbingnya.
"eeh Bob, emang ini party apa sih? Perasaan baru dua hari lalu deh loe ngadain Party." tanya salah satu temannya yang datang ke acara itu.
Bobby tersenyum ketus. "party apa aja boleh dah. Asal rumah gue rame. Males gue ngeliat nih rumah sepi banget." jawab Bobby cuek.
Temannya itu hanya mengangguk lalu pergi meninggalkan Bobby dan bergabung dengan kelompoknya yg lain.
Tiga jam kemudian, satu persatu kawan-kawan Bobby berpamitan pulang. Dan jarum pendek pada jam dinding di rumah gedong itu menunjukkan pukul 3 dini hari.
Pukul setengah 4, Bobby masuk kedalam kamar mewahnya.
Dikamarnya, ia langsung merebahkan dirinya di kasur empuk itu.
Matanya menerawang ke atas.
Sepertinya ada yang sedang ia pikirkan.
Ya, ia sedang merenungi sesuatu.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Paginya,
"huaaaaammmm..." seru Bobby menguap saat dia bangun.
Bobby mengira paginya akan tentram seperti pagi-pagi sebelumnya, namun ternyata, perkiraannya salah.
Baru saja Bobby hendak melangkahkan kakinya turun ke lantai bawah, tiba-tiba,
TOOKK TOOKK!!!
TOOOKK TOOOKKK!!!!
Bobby terkaget. "siapa sih pagi-pagi udah namu aja."
Pembantu di rumah Bobby membukakan pintu.
"mas Bobby, ada yg pengen ketemu." seru pembantunya.
Bobby mengerutkan alisnya keheranan, lalu berjalan menuju ruang tamu.
Ditemuinya 3 orang lelaki berseragam Polisi, dan seorangnya lagi berpakaian rapi dengan jas hitam dan dasi bermotif polkadot.
"anda semua siapa ya? Pagi-pagi namu di rumah orang, gedor pintunya keras banget lagi. Ga tau sopan santun ya?" tanya Bobby kasar.
"perkenalkan." lelaki berpakaian rapi itu mengulutkan tangannya pada Bobby, namun tak diindahkannya.
"saya pak Tomi, saya pengacara. Saya kemari hendak menyuruh anda dan seluruh penghuni rumah ini untuk Pergi meninggalkan rumah ini, karna kami dari pihak pengadilan akan menyita rumah ini beserta isinya." bapak itu pun mengeluarkan surat kuasa untuk menyita rumah itu.
Bobby semakin keheranan dengan pernyataan bapak itu.
"loh loh ada apa ya? Kalian tiba-tiba datang dan mau nyita rumah saya?" tanya Bobby.
"maaf, ini bukan lagi rumah anda. Mulai hari ini, kami akan menyitanya karna orang tua anda telah menggadaikan sertifikat rumah ini untuk menutupi hutang-hutang mereka, dan mereka tidak bisa membayarnya hingga sekarang, jadi kami harus menyita rumah ini beserta isinya untuk membayar hutang-hutang mereka." jelas bapak pengacara itu lagi.
Bobby tak bisa berkata apa-apa lagi. Ia hanya menatap lemah saat barang-barang dirumahnya diangkut oleh orang-orang berbadan besar suruhan bapak pengacara tadi.
Ke-lima pembantunya pun segera mengemasi barang-barang mereka karna saat sore tiba rumah tersebut harus kosong tak berpenghuni.
"mas Bobby, ayo saya bantu kemasi barang-barangnya." ajak salah satu pembantunya.
"ga usah! Saya bisa sendiri!" Bobby pun melangkahkan kakinya menuju kamarnya, lalu mengemasi seluruh barangnya dengan sangat terpaksa.
Kini ia mulai berpikir, ia akan tinggal dimana?
"Nah! Doni! Gue nginep dirumah dia aja dulu, kan gue sering ngajak dia buat ikut party, pasti dia mau nolongin gue."
Bobby pun segera menghubungi Doni.
"Don, gue nginep di rumah loe beberapa hari ya." pinta Bobby pada Doni.
"hah? Nginep? Tumben?"
"ehm, rumah gue disita sama pengadilan. Gue pun ga ngerti kenapa bisa disita." cerita Bobby.
"hah? Disita? Berarti loe sekarang miskin dong?" tanya Doni lagi.
Bobby hanya diam tak menjawab.
"beneran Bob? Wah maaf deh. Gue ga bisa bantu loe. Ehm Bob, buat beberapa hari ini jangan hubungi gue dulu ya, gue bakal sibuk. Thanks." Doni pun memutus telponnya tanpa menunggu jawaban dari Bobby.
Bobby mengerutkan wajahnya.
'apa-apaan ni orang? Gue minta tolong ga mau nolongin!' batin Bobby dalam hati.
"coba gue nelpon ke Arie, siapa tau dia mau nampung gue sementara."
Bobby pun menghubungi Arie, namun hasilnya sama, Arie pun menolak Bobby untuk tinggal di rumahnya.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
"guys, kayanya kita mesti minta maaf deh sama Bobby. Walau bagaimanapun juga, dia bagian dari keluarga XO-IX. Kita ga ada hak buat marah-marah kaya tadi." ujar Hendra tiba-tiba.
Lee berbalik, menatap Hendra.
"apa loe bilang? Ga ada hak?? Salah men! Kita punya hak buat marah dan negor dia. Dia sama kaya personil yg laen, kalo punya salah ya harus ditegor. Sedangkan dia, kesalahannya banyak banget!" kata Lee dengan sedikit membentak.
"heey hey, masih pagi nih, jangan berantem dulu dong!" lerai Iras.
"okey Lee, gue tau loe masih marah tentang masalah kemaren. Gue pun marah sama Bobby, tapi apa sebaiknya kita maafin Bobby dan minta dia kembali ke XO-IX? Inget, kita punya jadwal yang mesti ditepatin. Kalo kita ga latian, bakal kacau perform kita nanti!" sahut Budi.
Nicky, Iras, Agoy, Kiki, Hendra, dan Alwin mengangguk setuju dengan ucapan Budi tadi.
"please Ko, kali ini kita bicara di profesionalitas, lebih baik kita mentingin urusan bersama, baru mentingin ego masing-masing. Okeh Ko??" kata Nicky sambil tersenyum pada Lee. (kyyyaaaaaa BAYANGIIIIINNNN senyum manisnya ka Nicky!!)
Lee berpikir sejenak. Tak lama kemudian, ia mengangguk pasrah.
Semua personil tersenyum bahagia melihat keputusan Lee yang mau mengalah dan mengenyampingkan egonya demi kepentingan XO-IX.
seusai sarapan, mereka berdelapan pun memutuskan untuk menghampiri Bobby di rumahnya. Mereka belum tau kalaaauuu.....
~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Semua penghuni rumahnya telah pergi. Mulai dari pembantu, supir, serta tukang kebunnya yang telah puluhan tahun bekerja dirumahnya kita tak tampak batang hidungnya.
Bobby kini sendiri di rumah gedong itu.
"see?? Sekarang gue harus kemana? Kartu ATM di blokir semua, dan di dompet gue tinggal duit 50 ribu doang. Anjrit!!!" maki Bobby seraya berjalan meninggalkan rumah mewahnya. Ya, rumah mewahnya yang telah disita oleh pengadilan.
Bobby berjalan perlahan sambil setengah melamun.
Tanpa sadar, ia menyebrangi jalan raya di depan rumahnya, dan karna melamun, tak disangka,,
BBBRRRUUUUUKKK!!!!!
"Bobby!!!" teriak Alwin dkk yg kebetulan telah sampai di depan rumahnya dan menyaksikan kejadian itu.
Karna melamun, Bobby menyeberang jalan tanpa melihat kanan-kiri terlebih dahulu.
Alhasil, mobil sedan tua yang sedang melaju dengan cepat menubruk badan Bobby dan membuatnya terpental sejauh 5 meter.
"cepeett masukin Bobby ke mobil! Kita bawa dia ke rumah sakit!!" ujar Lee mengomando teman-temannya.
Tanpa diperintah dua kali, Iras, Alwin, dan Agoy langsung mengangkat tubuh Bobby dan melajukan mobilnya menuju rumah sakit terdekat...
Sesampainya di rumah sakit, Bobby langsung dimasukkan ke ruang UGD dan kawan-kawannya menunggu dengan sabar di ruang tunggu.
30 menit kemudian, dokter yang menangani Bobby keluar, menghampiri Nicky cs yang sedang cemas menunggu Bobby di dalam UGD.
"Gimana dok keadaan kawan kami?" tanya Alwin cemas.
Dokter menghela napas panjang, menambah kekhawatiran ke delapan cowok keren itu.
"tulang kering kaki kanan Bobby patah akibat benturan keras yang terjadi tadi." jelas Dokter.
"parah dok?? Kira-kira bisa cepet sembuh ga?" tanya Agoy.
"parahnya lumayan. Untuk masalah kesembuhan, saya belum bisa berbicara banyak. Tapi sepertinya, butuh waktu setengah tahun agar kaki bobby bisa kembali seperti semula lagi." kata Dokter itu lagi, lalu undur diri pada XO-IX.
"setengah tahun bukan waktu yang singkat loh! Gimana sama perform kita?? Apa kita harus perform berdelapan?" tanya Iras panik.
"tenang guys, kita liat keadaan Bobby dulu di dalem." ujar kiki. Mereka berdelapan pun masuk ke ruangan Bobby dirawat.
Keadaannya menyedihkan.
Kepalanya dibalut perban, kakinya di gips tebal. Wajahnya pucat pasi. (Nahlo!! BAYANGIIINN keadaan ka bob!)
Ia terbaring lemah di ranjang tempat tidur.
"see? Dengan keadaannya yg seperti ini, mana bisa dia ikut sama XO-IX?" ujar Lee.
"sstt Lee! Loe diem dulu deh. Kita tungguin Bobby sadar dulu deh!" ujar Alwin sedikit berteriak.
Mereka berdelapan akhirnya menunggu (lagi) sampai Bobby sadar dari pingsannya.
Sekitar sejam kemudian, akhirnya Bobby sadar dari pingsannya.
"dimana gue?" tanyanya pertama kali.
"hey Bob! Akhirnya loe sadar juga. Loe ada di rumah sakit, tadi loe ketabrak pas lagi nyebrang di jalan raya depan rumah loe." jelas Iras.
"aauw! Kepala gue rasanya berat banget. Dan..." Bobby mencoba menggerakkan kaki kanannya.
"kaki gue!! Kaki gue kenapa di gips kaya gini??" ujar Bobby panik bukan kepalang.
Dia menatap seluruh personil satu persatu, tapi tak ada yang memberi jawaban. Mereka hanya menunduk dan saling menatap satu sama lain.
"woy jawab woy!! Kaki gue kenapa??" tanya Bobby lagi, kali ini dengan berteriak.
Nicky mendekati Bobby dengan perlahan.
"bang, tadi loe ketabrak mobil pas loe mau nyebrang. Dan, kata dokter, tulang kering di kaki kanan loe patah dan untuks ementara kaki loe mesti di gips kaya gini." cerita Nicky.
"HAH?? PATAH??" ujar Bobby lagi.
Nicky mengangguk.
Bobby menyapu wajahnya dengan kedua tangannya. "patah?? Hahaha patah!! Ya, patah! Dan sekarang gue ga bisa jalan!!"
Lee yang semenjak tadi marah-marah kini menatap Bobby dengan tatapan iba.
"tenang aja Bob, selama loe ga bisa jalan, kita yang akan jadi kaki untuk loe." seru Lee tiba-tiba sambil menyentuh bahu kanan Bobby dengan pelan.
"Alaaahh!! Ga usah pegang pegang gue!" Bobby menghempas tangan Lee dari bahunya.
"gue pengen sendiri! Kayanya kalian semua mending pergi dari tempat ini. Cepetan!!!" bentak Bobby lagi.
Ke delapan cowok ganteng itupun segera meninggalkan kamar Bobby.
"Bobby tuh ya, biarpun lagi sakit tetep aja sombongnya ga ilang." keluh Hendra.
"yah maklumlah, bawaan lahir." seru Budi.
"gimana kalo kita makan dulu? Laper nih guys!" ujar Iras kepada yang lain.
Alwin menjitak kepala bulat Iras.
"loe tuh ye, makaaaaaaannn aja yang ada di pikiran loe. Tu perut udah gendut woy, kurangin makan!"
Iras mengusap-usap kepalanya.
"yaelah Lee, orang laper masa ga boleh makan? Kalo gue mati kelaperan loe yang tanggung jawab ya.." ujar Iras lagi.
Agoy dan yang lainnya hanya tertawa melihat tingkah Iras dan Lee.
Mereka pun tetap menuju kantin rumah sakit untuk mengisi perut mereka yang memang telah meronta-ronta sejak tadi.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
3 hari kemudian, Bobby telah dibolehkan meninggalkan rumah sakit. Namun ia masih harus duduk di kursi roda karna kakinya yang masih sakit.
"okey, selama enam bulan gue duduk di kursi ini? Tepos lah pantat gue." keluhnya.
Alwin yang mendorong kursi tersebut hanya geleng-geleng dibuatnya.
"Bob, kita anter loe ke rumah loe ya." kata Agoy.
Bobby seketika menunduk.
dia tak menjawab perkataan Agoy.
Iras yang melihat gelagat aneh dari Bobby langsung bertanya, "Bob? Gimana? Mau dianter ke rumah loe, atau mau ikut kita ke basecamp?"
Bobby mendongakkan kepalanya.
"ehm, gue ikut kalian ke basecamp aja deh." jawabnya.
Mereka ber-sembilan pun segera menuju basecamp kesayangan mereka.
Sesampainya di basecamp, Bobby langsung menuju kamar yg memang telah disediakan untuk masing-masing personil bila ingin beristirahat di basecamp.
"guys, Bobby kenapa sih? Kelakuannya aneh banget. Tiap ditanyain tentang rumah, dia ga pernah mau jawab. Apa jangan-jangan....." Hendra menduga. Yang lain penasaran dengan lanjutan perkataan Hendra.
"jangan-jangan apa Hend?" tanya Budi.
"ya jangan-jangan, Bobby diusir dari rumahnya?" tanya Hendra menduga-duga.
Yang lain kaget mendengar dugaan Hendra.
"hah? Diusir? Masa sih? Setau gue orang tua Bobby sekarang ada di luar negeri ngejalanin bisnisnya, dan Bobby cuma tinggal sama pembantu-pembantunya. Masa iya pembantunya ngusir majikan? Yang engga-engga aja sih lu Hend!" seru Nicky.
BLETAAKK!! Satu jitakan keras mendarat di kepala Nicky.
"oouucchhh!!!" Nicky mengusap-usap kepalanya yang terasa sangat nyeri.
"bukan gitu maksud gue Nick. Ya emang ga mungkin kan pembantu ngusir majikan? Yaa siapa tau aja, rumahnya Bobby disita atau apalah jadi dia udah ga boleh lagi tinggal di rumahnya ituu.." sambung Hendra lagi.
"iya emang gue diusir dari rumah!" kata Bobby yang tiba-tiba muncul dari kamar, masih dengan kursi rodanya.
"Rumah gue disita sama pengadilan gara-gara orang tua gue ga bisa ngelunasin utang mereka dan akhirnya mereka ngegadein rumah! Sekarang, kalian pasti gamau kan berteman sama gue gara-gara gue udah miskin, udah ga punya apa-apa, Dan ditambah lagi sekarang gue cacat! Gue ga bisa jalan, gue ga bisa salto lagi dan gue pasti bakal nyusahin kalian! Sekarang pasti kalian bakal ngedepak gue dari XO-IX karna gue udah ga ada gunanya lagi di XO-IX, iya kan??!!" teriak Bobby dengan negative Thinkingnya itu.
Semua member hanya diam sambil mengernyitkan dahi masing-masing. Kompak deh mereka. (BAYANGIIIIINN hahahahaaa )
"loe ngomong apa sih Bob? Emangnya kita peduli loe kaya atau miskin? Emang kita peduli gimana keadaan fisik loe? Engga lah! Loe tuh sahabat dan saudara kita, sekalipun loe jadi gembel atau apapun, kita tetep anggap loe sama, ga ada bedanya saat loe miskin atau saat loe kaya." ujar Lee.
Bobby tetap jutek.
"halaaahh ga usah boong deh loe Lee! Gue tau kok kalian semua tuh mau bertemen sama gue karna gue punya uang aja kan?? Gue tau semua!" ujar Bobby lagi. Tanpa menunggu jawaban dari teman-temannya itu, dia masuk kembali ke kamar dan membanting pintu dengan sangat keras sehingga membuat semua personil terkaget.
"Bobby mungkin masih belom bisa terima sama musibah yang dia alami secara mendadak dan berturut ini. Gue ikut sedih dan kasian ngeliat kondisi dia kaya gitu." ujar Kiki sedih. Yg lain mengangguk.
"yaps, sama. Gue juga sedih banget ngeliat Bobby kaya gitu. Kalo gue boleh minta sama Tuhan sih, gue lebih suka Bobby yang dulu. Yang walaupun sombong dan ga peduli sama kita, tapi tetap ceria dan ga pernah musingin masalah hidupnya. Tapi sayang, nasi udah menjadi bubur. Semua udah terjadi." Sesal Agoy.
"hhmm tapi gapapa sih Goy kalo nasi udah jadi bubur, gue lagi pengen makan bubur ayam nih, kayanya enak deh." kata Iras ngelantur. Daaaann,,
BLETAAAKK!!
satu jitakan manis akhirnya Iras dapatkan dari Alwin.
"Ras plis deeeehh kita lagi serius niih.." ujar Alwin.
"gue juga serius Win. Yaudah kalo kalian gamau makan bubur ayam, gue aja yang nyari bubur ayam sendiri, daaaahh.." Iras pun berjalan santai menuju pintu depan.
"tunggu Ras gue ikutttt gue juga lapeerr.." Nicky pun mengejar Iras, diikuti dengan personil lainnya yang rupanya juga lapar. Ckckck dasaaarr!
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Seminggu telah berlalu, namun sikap Bobby masih sama seperti awal ia keluar dari rumah sakit.
Sikapnya masih jutek, galak, dan tetap bernegative thinking kepada Lee, Alwin, Nicky, Iras, Budi, Kiki, Hendra, dan Agoy. Bobby beranggapan bahwa mereka berteman dengannya hanya karna dirinya orang kaya. Dan ketika semua kekayaannya itu hilang, yang tinggal hanya rasa KASIHAN, bukan pertemanan yang tulus.
Dan Bobby berfikir, sedikit lagi pasti ia akan diusir dari basecamp karna hanya merepotkan mereka saja.
"Bob, makan yuk. udah gue siapin tuh makanannya." ajak Agoy pada Bobby yang sedang melamun di taman belakang basecamp.
Bobby menoleh sedikit, lalu menjawab, "ga usah sok merhatiin gue deh. Ga usah sok baik kalo nantinya kalian juga bakal ngedepak gue dari basecamp dan Boyband ini." jawab Bobby sinis.
Agoy hanya terdiam, rasanya sakit dituduh seperti itu.
Saat Agoy hendak menjawab perkataan Bobby tadi, Nicky langsung menarik tangan Agoy kedalam.
"ga usah dibales bang, bang Bobby tuh sekarang lagi ga percaya diri sama apa yang lagi dialami, jadi ya gitu, bicaranya masih harus ditinggiin supaya dia ga dianggap remeh sama kita. yaa Walaupun kita ga akan nganggep kaya gitu.." jelas Nicky pada Agoy.
Agoy mengangguk. "gue juga ga bakal marahin dia kok tadi. Gue cuma pengen ngejelasin kalo kita ga bakal ngeluarin dia dari boyband kita. Kita kan ngebentuknya bareng, masa cuma gara-gara masalah ini mesti ada yang out? Gue mah ga rela amit-amit jabang bayi kuda nil deh nick!" seru Agoy sambil mengetuk-ngetuk meja dengan kepalan tangannya.
Nicky terbahak-bahak melihat kelakuan Agoy yang konyol itu.
"hahaha ada-ada aja loe bang. Yaudah kita makan duluan aja yuk, ntar gue anterin makanannya bang Bobby ke kamar dia, siapa tau aja dia mau makan di kamar."
Nicky dan Agoy pun segera menuju ruang makan untuk makan bersama yang lainnya. Sementara Bobby masih duduk di kursi rodanya di taman belakang itu.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Hari itu, untuk pertama kalinya Bobby masuk kuliah lagi setelah kejadian buruk menimpa dirinya.
Dia berjalan dibantu dengan tongkat khusus untuk menyangga kaki kanannya yang masih di gips itu.
Bobby berjalan perlahan dan sangat tertatih melewati lapangan basket yang sedang penuh dengan 'teman-temannya' yang dulu sering berpesta dengannya dirumah mewahnya itu.
Namun sekarang, saat Bobby melewati segerombol orang-orang itu, mereka menatap Bobby dengan pandangan jijik dan meremehkan. Tatapan sinis yang dilontarkan pada Bobby dari ujung rambut Bobby hingga ujung sepatunya membuat Bobby seperti ingin menghilang langsung dari hadapan mereka. Malu, merasa diremehkan, terhina, minder, segala perasaan menyelimuti hati Bobby.
"kasian banget loe sekarang Bob, udah miskin, rumah ilang, uang lenyap, mobil disita, dan sekarang, loe cacat?? Astagaaaa!! Ehm Bob, mending nomor hape sama pin BB gue loe apus aja ya, mending kita ga usah kenal lagi. Eehh, itu sih kalo loe masih punya hape yaa.." ujar salah satu lelaki yang sedang duduk disana. Dia dulu sering diajak Bobby untuk clubbing dan party bersamanya.
Bobby menatap cowok itu dengan geram.
"LOE.......!!" Bobby mengepalkan tangannya hendak meninju pipi kiri lelaki itu, namun,
"Bob jangaaaann!!" Agoy dan Lee menahan tangan Bobby yang hampir sampai ke pipi kanan lelaki tersebut.
"apa-apaan loe Bob!!? Heh jangan asal mau nonjok gue loe ye, pipi gue lebih mahal daripada diri loe sekarang! Cih!" lelaki itu dan rombongannya pergi meninggalkan Bobby, Lee dan Agoy.
"Brengsek tu orang! Gue kaya aja, ngedeketin gue! Sekarang pas gue miskin dan cacat, dia sama sekali ga mau bertemen sama gue! Sialan!" Maki Bobby kesal.
Agoy hanya mengusap-usap punggung Bobby, menyuruhnya sabar.
"udahlah Bob, berarti itu bukan temen loe yang sebenernya." ujar Lee.
Bobby memandang Lee dengan sinis.
"terus, kalian pikir dengan kalian ngebaik-baikin gue kaya gini, gue bakal nerima kalian jadi temen gue? Inget ya, sekarang gue emang miskin dan ga bisa apa-apa. Tapi liat aja, gue bakal buktiin kalo gue bisa bangkit walaupun tanpa kalian!" Bobby pun pergi meninggalkan Agoy dan Lee dengan wajah yang merah.
" kasian ya Bobby, ditinggalin sama temen-temennya dulu. Dan temen-temennya itu, pada brengsek semua! Cuma mau bertemen sama Bobby kalo Bobby ada duitnya aja. Si Bobby juga, kenapa mau bertemen sama orang-orang ga jelas gitu, ckckck.." seru Agoy.
"udahlah Goy, dari kejadian ini kita bisa liat, yang mana yang bukan temen, dan yang mana yg beneran temen." sambung Lee.
Agoy mengangguk. "semoga Bobby bisa cepet ngembaliin kepercayaan dirinya dan bisa nemuin temen-temen sejatinya. Gue kasian banget ngeliat kondisi dia yang sekarang."
Mereka berdua pun beranjak dari lapangan itu menuju kelasnya.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
sorenya di basecamp, ke-delapan personil XO-IX sedang bersiap untuk latihan, sedangkan Bobby sedang berada di taman belakang basecamp. Belakangan ini Bobby lebih senang menyendiri di taman tersebut.
TOK TOK!!
terdengar suara pintu depan diketuk.
Iras pun membukakan pintunya.
"ehm permisi. Saya kemari mencari seseorang bernama Bobby. Dia ada?" tanya lelaki paruh baya itu. Pakaiannya rapi, memakain jas hitam lengkap dengan koper hitamnya.
"ada pak. Tapi kalo boleh tau bapak siapa ya?" tanya Iras sambil mempersilahkan bapak itu masuk.
"perkenalkan," bapak itu mengulurkan tangannya.
"nama saya Tomi, saya pengacara."
Iras pun menjabat tangan bapak itu dan mempersilahkannya duduk.
"sebentar pak, saya panggil Bobby dulu." Iras pun masuk ke dalam rumah dan memanggil Bobby.
Tak lama kemudian, Bobby tiba di ruang tamu dengan memakai tongkatnya.
"elo?? Mau apa lagi loe nyari gue?? Belum puas semua harta gue loe ambil hah??" seru Bobby pada lelaki itu.
"maaf mengganggu. Saya cuma mau memperlihatkan ini," bapak itu pun mengeluarkan selembar kertas dan memperlihatkannya pada Bobby.
"kertas apa itu?" tanya Bobby.
Di balik tembok, delapan personil sedang menguping pembicaraan Bobby dan bapak itu.
"ini adalah daftar hutang yang belum terbayar. Jumlahnya 10 juta lagi. Saya sudah menghubungi orang tua anda, namun keduanya tidak mengangkat telepon dari saya, jadi dengan terpaksa saya mendatangi anda selaku anak mereka." jawab bapak itu dengan sopan.
Kiki yang mendengar dari balik tembok merasa geram dengan bapak itu. Ia pun segera keluar dari balik tembok.
"Heh pak! Bapak tuh ga punya perasaan ya! Udah tau semua hartanya bapak ambil tanpa nyisain sepeserpun, dan sekarang bapak kemari untk nagih sisa hutangnya? Ga beres ni bapak! Mending sekarang bapak keluar dari rumah kami, karna bapak sudah sangat mengganggu jadwal latihan kami. Terimakasih!" Kiki membukakan pintu dan mengisyaratkan bapak itu untuk keluar meninggalkan rumah mereka.
"maaf jika saya mengganggu, namun ini sudah tugas saya."
Bapak itu meletakkan kertas tersebut di atas meja.
"kertas ini saya letakkan disini. Saya harap, dalam 2 hari kedepan Bobby sudah bisa melunasinya. Jika tidak, terpaksa saya harus memenjarakan dia dengan tuduhan penipuan peminjaman barang. Terimakasih." bapak itu pun pergi meninggalkan basecamp.
Nicky, Iras, Budi, Agoy, Lee, Alwin, dan Hendra keluar dari balik dinding tempat nguping tadi dan menghampiri Bobby dan Kiki yang berada di ruang tamu.
mereka tak berkata apa-apa, hanya sesekali memperhatikan wajah Bobby yang tak bisa menyembunyikan bingungnya.
Bobby yang sadar sedang diperhatikan langsung angkat bicara.
"kenapa? Kalian merasa kasian sama gue? Sorry gue ga butuh rasa kasian kalian. Gue bakal buktiin, gue bisa ngelunasin hutang keparat itu!" maki Bobby lalu pergi meninggalkan teman-temannya yang masih terdiam di ruang tamu.
"Booobb Boob.. Dia tuh ya, udah pasti dia butuh bantuan, masih aja gengsinya selangit." ujar Alwin.
"yaaa gitu lah dia. So guys, gimana? Kita harus bantu dia tanpa dia tau." kata Hendra.
"yups! Hm gini aja..."
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Esoknya, Bobby keluar rumah pagi-pagi sekali, entah apa yang akan dia lakukan.
Ketika ditanya Agoy yang kebetulan sedang lari pagi, ia hanya menjawab, "nyari duit!" dengan ketusnya.
Agoy hanya menggeleng kepala dan kembali ke rumah.
"guys, ada yg tau Bobby bakal kemana?" tanyanya setelah sampai di rumah dan menenggak segelas susu hangat.
Alwin, Nicky, dan Kiki yg saat itu sedang di ruang makan hanya menggeleng.
"ga tau bang. Tadi dia keluar gitu aja dan ga pamit mau kemana. Emang abang ketemu sama bang Bobby?" tanya Nicky.
Agoy mengangguk. "ketemu tadi di jalan. Gue tanya dia mau kemana, jawabnya nyari duit. Yg jadi pertanyaan, dia bakal nyari duit kemana dan dimana coba? " kata Agoy lagi.
Kiki mengangkat pundaknya.
"loe tau sendiri kan Bobby orangnya kaya gimana. Keras kepala, ga mau diatur, dan egois, maunya menang sendiri. Kita liat aja nanti hasilnya gimana, biarin aja dulu kita biarin bang Bobby berusaha dengan caranya sendiri." ujar Kiki.
Nicky, Alwin dan Agoy mengangguk setuju dengan ucapan Kiki itu. Mereka pun melanjutkan aktifitas yang tadi sempat terhenti.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Sorenya, Bobby telah kembali ke basecamp dengan wajah yg kusam.
"dari mana Bob? Kok baru pulang?" tanya Lee.
"berisik loe ye! Sejak kapan gue mesti laporan kalo gue mau kemana? " jawab Bobby masih dengan ketus. (pembaca mohon sabar ya sama sifat ka Bobby di cerpen ini.. *elus dada)
Bobby langsung menuju kamarnya dengan tongkat yang tetap setia menopang berat tubuhnya.
"ampun dah ampuuunn Bobby tuh ya gengsinya tinggi amaaatt! Udah jelas-jelas dia butuh bantuan kita, masih aja gengsi dan galak!" keluh Lee.
Nicky menghampiri Lee yang sedang bersungut-sungut karna jawaban Bobby yg menyesakkan hati tadi.
"maafin bang Bobby aja ya Ko, koko tau sendiri kan dia dasar sifatnya emang gitu, susah dibilangin. Yang jelas kita tetep bantu dia, walaupun dia ga tau." jelas Nicky menyabarkan Lee.
Lee mengangguk. "sabar banget sih lu Nick jadi orang. Udah dijutekin kaya gitu, masih aja ngebelain si Bobby." tanya Lee.
Nicky tersenyum dengan manisnya (OMAIGAAAATTT BAYANGIIIIIIINNNNN!!!!).
"ya abis mau gimana lagi. Bang Bobby udah gue anggep kaya abang gue sendiri sih. Jadi mau dia jutek ataupun galak ke gue, gue ga bisa balik marah sama dia." jelas Nicky.
Lee ikut tersenyum. (KYAAAA GA KALAH MANIIIISSS!!)
"baek banget ya lu Nick. Mesti belajar sama loe nih kayanya gue."
Nicky hanya tersenyum tersipu mendengar pujian Lee.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Keesokan harinya, tepatnya deadline pembayaran atas hutang Bobby sebanyak 10 juta itu.
Bobby pergi ke kantor bapak pengacara itu siang ini untuk membayar seperempat dari hutangnya, dan berniat meminta senggang waktu untuk membayar sisanya, karna bobby belum mendapatkan uang 10 juta penuh.
Sesampainya di kantor bapak itu, hanya heran yang didapatnya.
"HAH?? Sudah lunas??" tanyanya pada Pak Tomi.
Pak Tomi mengangguk. "iya, tadi pagi saya menemukan amplop berisi uang sebesar 10 Juta rupiah di atas meja saya. Setelah saya lihat nama pengirimnya, itu atas nama anda, bobby." jelas Pak Tomi.
Bobby pun keluar dari ruangan pak Tomi dengan wajah keheranan (bisa di BAYANGIIIIINNN???!!)
"siapa ya yg bayar? Perasaan.......Ooh! Gue tau siapa!" Bobby pun segera menyetop angkot yang sedang melaju dan masuk ke dalamnya.
Sementara itu, dua orang lelaki yang sedari tadi mengikuti Bobby, yang tak lain adalah Alwin dan Agoy memacu motor gede mereka agar mereka bisa mendahului Bobby sampai di basecamp.
"duh Goy, kira-kira Bobby tau ga ya kalo kita yang udah bayarin lunas utangnya?" tanya Alwin pada Agoy yang saat itu mengendarai motor.
Mereka sengaja mengikuti Bobby karna mereka khawatir pada kondisi Bobby yang sangat menghawatirkan itu. Kondisinya yang marah-marah mulu itu bisa bikin orang sekitarnya terganggu dan bisa saja Bobby di kroyok preman karna salah marahin orang kan?
"gue gatau Win. Kayanya dia udah tau deh. Bobby kan pinter dan cerdik. Pasti dia gampang untuk nebak siapa yang ngebantu dia." jawab Agoy.
Untungnya Agoy dan Alwin bisa duluan sampai di basecamp. Jadi mereka bisa berperan seolah-olah tidak terjadi apa-apa.
Tak lama kemudian, Bobby tiba ke basecamp.
Dan sesuai dugaan mereka, Bobby pasti tau siapa yang telah membayar hutangnya pada pak Tomi.
BRAAAKK!!
Bobby membuka pintu dengan sangat keras.
Seisi rumah terkaget mendengar suara pintu yang amat keras itu.
"siapa yang suruh kalian bantu gue buat ngelunasin utang-utang gue hah?? Kalian pikir gue ga bisa ngelunasinnya sendiri tanpa bantuan kalian?!?" bentak Bobby pada mereka semua.
Nicky, Iras, Budi, Agoy, Lee, Qq, Alwin, dan Hendra hanya terdiam dan saling berpandangan.
"lama-lama gue ga betah tinggal bareng kalian! Segala urusan gue kayanya kalian mau ikut campur ya! Gue bakal pergi dari rumah ini, supaya kalian ga ikut campur lagi urusan gue. Ga penting kalian!!"
Bobby pun pergi meninggalkan ke delapan personil lainnya dengan langkah yang terseok-seok, karna kakinya yang masih di gips itu.
"Bob tunggu Bob!" Lee mengejar Bobby yang sudah berada di jalan raya itu.
"Bob loe mesti dengerin kita dulu. Bukan maksud kita ikut campur masalah loe, tapi kalaupun kita bilang sama loe, mana mau loe nerima bantuan kita iya kan? Jadi yang bisa kita lakuin ya cuma bantuin loe secara diam-diam." jelas Lee pada Bobby.
Sementara yang lainnya berjalan pelan dibelakang mereka.
"alaaahh gue ga butuh! Kalian bantuin gue untuk apa? Toh gue ga pernah mau dibantu sama kalian!" ujar Bobby keras.
"loe nanya kenapa kita bantuin loe? Ya karna kita semua sayang sama loe! Loe tuh sahabat kita, apapun keadaannya, dan sampai kapanpun loe adalah sahabat kita. Ga bakal berubah." jawab Lee lagi.
Tapi tak lama, BBRUUKKK!!
Bobby yang saat itu berjalan mundur sambil berbicara dengan Lee tak sengaja menubruk seorang lelaki berperawakan sangar yang sedang berdiri di jalan tersebut.
"ooo oouuw!!" seru Budi dari kejauhan.
"HEH!! loe mau nyari mati hah nyenggol-nyenggol gue??" rupanya lelaki itu adalah preman di sekitar kompleks tersebut.
"eeh maap bang, gue ga sengaja." kata Bobby.
"alaaahh ga usah banyak ngomong loe, dasar cacat!!"
BUUGG!!
preman itu menonjok perut Bobby hingga Bobby tersungkur jatuh.
"Woy!! Loe laki tapi beraninya sama yang lemah. Sini loe lawan gue!!" Teriak Alwin yang berjalan mendekati preman tersebut.
"wah wah bawa rombongan nih! Guys, seraaaaang!"
Preman itu memanggil kawan-kawannya yang berjumlah 7 orang. Jadi, satu lawan satu bisalaaahh..
Dengan susah payah, Nicky, Kiki, Iras dan Hendra melawan preman yang berbadan lebih besar dan kekar dibanding mereka itu.
Sementara Alwin, Agoy, Budi, dan Lee tidak terlalu kesulitan melawan preman-preman tersebut.
Sekitar 15 menit kemudian, preman-preman itu bisa ditakhlukkan oleh ke delapan jagoan ganteng ini, walau mereka sedikit mendapatkan luka di wajah, kaki dan tangan mereka.
Tapi,
"looh, Bobby mana? " tanya Agoy tersadar.
Yang lainnya pun ikut tersadar dan celingak celinguk mencari Bobby, namun sosok yang dicari tak kunjung tiba.
"mungkin dia takut dan untuk sementara pergi ke suatu tempat untuk nenangin diri. Yaudahlah guys, kta biarin aja dulu dia tenang, mending kita ngeberesin luka luka memar kita ini deh, perih banget brooo!" ujar Kiki yang meringis karna besot di tangan kanannya.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
3 hari selanjutnya, tetap saja tidak ada kabar dari Bobby. Bisa dibilang, Bobby menghilang dari hadapan mereka.
Bobby tak muncul di basecamp, kampus, atau dimanapun.
Ke delapan personil lainnya sangat cemas dengan kabar Bobby saat ini.
"Bobby kemana ya? Sama sekali ga ada kabar. Udah gue nyari keliling juga., tapi tetep aja ga ketemu. Gue khawatir banget nih guys." ujar Lee cemas.
" bukan cuma loe yang khawatir Lee, kita semua disini khawatir sama keadaan Bobby. Gue takutnya, preman yang kemaren kita hajar itu malah yang ketemu sama Bobby, kan berabe jadinya." Sambung Budi.
Yang lain mengangguk mendengar jawaban Budi.
"yaudah, kalo gitu kita cari Bobby lagi. Sekarang kita mencar ke segala arah. Siapa tau aja salah satu dari kita biaa nemuin dimana Bobby berada." komando Agoy.
Semua pun setuju.
Namun, saat mereka hendak keluar rumah, Nicky mendapati sepucuk surat yang tergeletak pasrah dibawah pintu.
"surat? Surat apaan nih?" tanyanya.
"baca Nick." perintah Kiki.
Nicky pun membuka dan membaca isi surat tersebut.
"untuk XO-IX. gue ga mau tau, kalian harus dateng ke pesta ulang tahun gue besok malem, di taman kota! Bobby."
"hah? Bobby?" tanya Lee keheranan.
"udah ngilang gitu aja, tiba-tiba dia ngundang kita ke pesta ulang tahunnya? Punya uang darimana coba?" tanya Hendra.
"mungkin uang yang dulu mau dia bayarin utang dia ke pak Tomi itu kali, dia pake buat bikin pesta ulang tahunnya." terka Nicky.
Personil lainnya mengangguk-angguk mendengar terkaan Nicky yang bisa dianggap benar.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Esok malamnya, XO-IX telah sampai di taman tempat ulang tahun Bobby.
Lumayan ramai ternyata. Banyak 'teman-teman' kampus yang datang disana.
"guys, kirain cuma kita aja yang diundang. Ehm, tepatnya, kirain cuma kita doang yang bakal dateng." ujar Iras.
'teman-teman' Bobby tersebut datang dengan tampilan seadanya. Sepertinya mereka datang dengan terpaksa, hanya karna ada "pesta". Dan kalian tau kan di setiap pesta itu ada apa?
Ada "makanan gratis".
Yaks! Itu yang diincar 'teman-teman' kampus Bobby itu.
"yaelaah makanannya cuma kaya gini doang. Tau gini mending gue ga usah dateng lah." celetuk salah seorang undangan yang datang.
Sepertinya ia kecewa dengan makanan yang disuguhkan si empunya pesta, jauh dari harapannya.
Ehm btw tentang si empunya pesta, rupanya dari tadi ia belum terlihat batang hidungnya.
Delapan personil hanya sibuk celingak-celinguk mencari sosok Bobby.
"mana coba ni orang yang ulang tahun? Ngundang tapi ngumpet." ujar Budi sambil menengokkan kepalanya ke kanan dan ke kiri.
"mungkin dia masih repot kali. Paling dikit lagi dia nongol." jawab Agoy.
Dan benar saja. Tak lama kemudian Bobby datang, kali ini dengan kursi rodanya.
Dengan susah payah ia menjalankan kursi rodanya itu agar bisa bergabung kedalam rombongan para undangan.
Hampir semua undangan melirik sinis ke arah Bobby, dan Bobby hanya menunduk dibuatnya.
"miskin aja juga, ngapain ngadain pesta coba? Hedeeh ga sadar diri." bisik seorang perempuan pada temannya.
"ngapain dateng coba kalo ga suka?" sambung Alwin yang kebetulan mendengar percakapan kedua wanita rumpi itu.
Wanita itu melirik sinis pada alwin lalu pergi meninggalkannya.
"dasar matre!" ujar Alwin geram.
"sstt jangan cari ribut sama cewek Win." ujar Lee menenangkan.
"ehm guys. Thank you banget buat yang udah dateng ke pesta gue yang sederhana ini. Silahkan dinikmati apa yang ada." kata Bobby menyampaikan salam sambutan.
"udah tau sederhana masih ngundang kita." celetuk seorang undangan.
"udah tau sederhana masih aja mau dateng. Bilang aja loe mau numpang makan kan?" sambung Budi membela Bobby yang dibully dengan mantan teman-temannya.
"heh loe mau nyari masalah hah??" ujar lelaki itu yang tak terima dikatain 'numpang makan'.
"kalo cuma sama loe, emang gue takut? Sini loe gue ladenin!" tantang Budi. Ia sudah sangat geram mendengar celotehan miring tentang sahabatnya itu.
Budi telah mengepalkan tangannya hendak meninju pipi kanan lelaki itu.
"Bud Bud, udahlaaahh ga usah cari masalah di pesta orang." cegah Hendra.
"dia yang duluan cari masalah Hend. Sembarangan aja ngebully Bobby!" ujar Budi geram. Sama geramnya dengan Alwin tadi.
"heeh gue bukannya ngebully ya. Emang kenyataan kok sahabat loe ini ga tau diri. Udah tau cacat dan miskin, masih aja sok-sokan ngadain pesta. Kaya mampu aja bayarnya." kata lelaki itu dengan wajah meremehkan.
BUUGG!!!
Satu bogem mentah pun melayang di perutnya.
Namun bukan Budi yang melayangkannya, melainkan Lee.
"SEKALI LAGI LOE NGOMONGIN HAL JELEK TENTANG BOBBY, GUE BAKAR LOE!!" ujar Lee sangat geram. Wajahnya merah padam saking marahnya.
Saat lelaki itu ingin membalas tonjokan Lee, tiba-tiba....
PROK PROK PROK!!!
terdengar bunyi tepuk tangan yang sangat nyaring dari daerah depan.
"akhirnya, gue yakin siapa sahabat gue yang sebenarnya." ujar seorang lelaki yang sedari tadi duduk di atas kursi roda sambil memperhatikan pertikaian yang terjadi.
Kalian tau siapa lelaki itu? Ya, Indra Fahmi atau yang akrab dipanggil Bobby.
"hah?? Maksud loe Bob?" tanya Agoy heran.
Namun bukan hanya Agoy yang heran dengan pernyataan Bobby tadi. Semua undangan pun memasang wajah heran dan semua mata tertuju pada Bobby.
Tak lama, Bobby tambah mengejutkan lagi dengan berdiri dari kusi rodanya dan berjalan mendekati XO-IX.
"Bang kaki loe! Ati-ati loh itu belom pulih nanti tambah parah!" ujar Nicky panik seketika saat melihat Bobby berjalan dengan santainya.
"tenang aja Nick, gue ga papa. Dan gue selama ini emang ga papa." Bobby menunduk, lalu membuka gips putih yang masih membalut kakinya.
"ma..maksud loe apa sih Bob? Nipu kita?" tanya Agoy.
Bobby tersenyum dengan manis (KYAAAAA BAYANGIIIIINNN!! )
PROK PROK!! Sekali lagi Bobby menepuk kedua tangannya.
Tak lama, dari belakang taman muncullah pak Tomi, pak Dokter yang dahulu merawat Bobby di rumah sakit, serta ke-delapan preman yang dulu sempat beradu otot dengan XOIX.
"kenalin, ini Pak Tomi. Sebenernya dia bukan pengacara. Dia cuma karyawan bokap gue di perusahaannya. Katanya sih waktu jaman sekolahan dia pernah ikut teater, jadi gue serahin peran ini ke dia." jelas Bobby.
Semua masih mengernyitkan dahi mereka, tanda belum mengerti dengan penjelasan Bobby.
"ini Dokter Anton. Dia dokter pribadi keluarga gue. dia juga yang udah ngebantuin gue dalam memerankan sandiwara ini."
"dan ke-delapan preman ini. Mereka emang preman sih dari sononya. Tapi acting mereka bagus juga sih sampe bikin kalian marah hahahaaa." Bobby sempat tertawa saat menjelaskannya.
"lah terus?? Ini maksudnya apa Bob????" tanya Lee tak sabar.
"okey okey gue jelasin." Bobby menarik napas sejenak, lalu melanjutkan penjelasannya.
"gue bikin sandiwara kaya gini, saat gue mulai merasa kesepian tanpa ada yang peduli Sementara orang orang ini..." Bobby menunjuk 'teman-teman' kampusnya yang dari awal 'kebangkrutan' dan 'kecacatan' Bobby sudah menjauhinya.
"mereka cuma kenal Bobby yang kaya! Yang selalu menghambur uangnya buat pesta. Mereka pasti ga bakal mau kenal sama Bobby yang miskin dan cacat." jelas Bobby sambil menatap para orang-orang yang ditunjuknya dengan tatapan mata marah.
"so, dengan berbekal kenekatan hidup susah, gue sama pak Tomi nyusun rencana ini. Gue berpura-pura bangkrut, cacat, dan menderita. Gue pengen liat, siapa sebenernya yang bener-bener ikhlas bertemen sama gue." sambung Bobby.
Masih ada beberapa 'teman' Bobby yang tersisa di taman itu. Sementara beberapa lagi sudah mengundurkan diri. Entah karna malu, atau karna merasa diremehkan.
"jadi, loe ga beneran bangkrut Bob? Dan kecelakaan di depan mata kita itu? Itu juga sandiwara?" tanya Iras memperjelas.
Bobby mengangguk. "yups. Semua cuma sandiwara gue."
"gue pengen ngetes aja, seberapa sabar sih kalian ngadepin Bobby yang sombong, keras kepala, angkuh, ga mau denger perkataan orang lain, egois, dan sederet sifat-sifat buruk gue lainnya. Dan ternyata, kalian bukan cuma sabar ngadepin gue, malah kalian mau ngorbanin uang, waktu, bahkan nyawa kalian buat ngebela dan ngelindungin gue. Padahal gue udah jahat banget sama kalian." jelas Bobby lagi. Kini nampak matanya berkaca-kaca, dan suaranya bergetar saat berbicara tadi.
"Bob," kata Lee, merangkul pundak Bobby.
"gue kan udah pernah bilang, kita, XO-IX, ga peduli loe itu kaya Atau miskin. Mau loe gimana pun juga, loe tetep sahabat kita. Loe tetep keluarga kita. Jadi kita ga bakal mau lah liat sodara kita ditindas sama orang-orang ga tau malu kaya mereka." Lee melirik orang-orang yang masih mendengar penjelasan Bobby, lalu membuat mereka menunduk sangat malu.
"yups! Di hari ulang Tahun gue, gue dapet hadiah yang paling berkesan dan berharga. Gue nemuin arti persahabatan dan persaudaraan dari kalian. Kalianlah hadiah terindah gue. " Bobby pun mendekati Nicky, Iras, Budi, Agoy, Qq, Alwin, dan Hendra, lalu mereka berpelukan membentuk lingkaran.
"sorry guys, kalo selama ini gue udah bersikap sombong dan mau menang sendiri. Gue sadar, gue ga bakal bertahan lama kalo gue bersikap sombong kaya gitu. Kalian mau kan maafin gue dan tetep nerima gue yang kaya tampan bersahaja dan kece ini??" tanya Bobby dalam canda.
Mereka mengangguk serempak, lalu berpelukan lagi saking terharunya.
"eehm by the way ya Bob," Qq angkat bicara.
"uang kita yang 10 juta itu, bakal balik kan? Masalahnyaaaaa gue patungannya pake uang bayar cicilan mobil gue. Bukannya ga ikhlas sih, tapi......." Qq berbicara malu-malu.
"hahahaaa iya bakal balik laah. Kalo perlu, gue bayarin lunas mobil loe, supaya tiap bulan loe bisa tabung tu duit buat bayar mobil. Gimana?" tanya Bobby.
Qq menggeleng, lalu tersenyum. (OMAIGAAAATTT SENYUMNYA KA QQ BAYANGIIIIIINNN!!!)
"Ga usah lah Bob. Gue tau duit loe sebagian pada ga kepake, jd loe ga tau mau kasih kemana. Tapi gue mau ngebayar mobil itu dengan hasil kerja keras gue sendiri, supaya gue bisa menghargai hasil kerja keras gue itu. mending duit loe yang ga kepake itu, loe sumbangin ke orang-orang yang lebih membutuhkan. gimana?" jelas Qq.
Bobby mengangguk, lalu tersenyum.
"see? Ga salah gue milih kalian sebagai sahabat gue. Kalian emang bener-bener tulus berteman sama gue, bukan karna gue kaya, tampan dan terkenal ini." ujar Bobby sambil bercanda.
XO-IX tertawa mendengar celotehan Bobby.
Mereka lalu menumpuk tangan mereka menjadi satu, lalu berteriak dengan bangganya,
"SUKSES XO-IX!!!"
Ah, indahnya persahabatan dan persaudaraan mereka.....
~TAMAT~
HAPPY BIRTHDAY KA BOBBY. IT IS SPECIAL FOR YOU XXO~
Tidak ada komentar:
Posting Komentar