Senin, 11 Maret 2013

♥ COVER GIRL ♥ ~ Chapter 6 ~

Tittle: ♥ COVER GIRL ♥
Length: 20 Chapter
Author: @yasmiin2805 from fanbase @Fanfict_XOIX




♥ COVER GIRL ♥
~ Chapter 6 ~



Nicky dan Agoy pun segera melajukan mobil mereka menuju rumah Mala yang ketakutan.
Agoy membawa mobil, sementara Nicky coba menghubungi Mala lagi.
"halo Mal.. Kamu masih dikamar? Aku dan abang aku udah di deket rumah kamu. Kamu ga papa kan?" tanya Nicky panik.
"ga papa kok Nick. Cuma masih gemeteran banget" jawab Mala. Terdengar suaranya sangat bergetar.
"yaudah Mal, kamu jangan keluar kamar dulu. Ga usah matiin telponnya, aku sama abang aku udah deket kok."


Agoy mempercepat laju mobil. Untungnya malam itu kendaraan tidak terlalu banyak yang lalu lalang, sehingga mobilnya bisa melaju agak cepat.


10 menit kemudian, mobil mereka telah terparkir (kurang) rapi di depan rumah Mala.
"Mal, aku udah di depan rumah kamu. Kamu ga papa bukain pintu?" tanya Nicky.
"iya Nick, bentar."
Terdengar suara langkah Mala dari telepon.
KREK..
pintu pun dibuka.
Mala yang ketakutan langsung memeluk tubuh Nicky untuk menenangkan dirinya.
"aku takut banget Nick."
Nicky pun balas memeluk tubuh Mala sembari mengelus rambut Mala.(aaaaaa BAYANGIIIINNNNN!!!).
"kamu tenang dulu ya Mal. Udah ada aku disini." ujar Nicky.
Sementara Agoy berkeliling rumah Mala untuk mencari sesuatu yang mencurigakan, Nicky menenangkan Mala yang kali ini menangis sesegukan di sofa.
Nicky hanya duduk di sampingnya menunggu hingga Mala lelah menangis.


Pecahan kaca berserakan dimana-mana. Rupanya bunyi tadi adalah bunyi kaca dipecahkan. Dan Agoy menemukan batu sebesar dua gumpalan tangan yang diikatkan pada tali beserta kertas yg terikat disana.
Agoy pun memberikan batu trsebut pada Nicky.
Nicky pun mengambil batu tersebut dan Membuka kertasnya.

"DEAR MALA! JANGAN HARAP HIDUP LOE AKAN TENANG KALO LOE MASIH DEKET-DEKET SAMA NICKY!"

Nicky terkejut membaca surat itu. "kok, nama gue dibawa-bawa?"
Mala makin ketakutan melihat surat itu, lalu perlahan menjauhi Nicky.
Nicky makin tak enakan melihat sifat Mala yang malah ketakutan padanya.
"Mal tenang Mal, aku bener-bener ga tau ini kerjaan siapa." ujar Nicky.

KRIING KRRIIINGG!!
terdengar bunyi telepon Mala berbunyi.
"biar gue yang angkat." ujar Nicky.
"ya hallo."
"halo, ini siapa? Mala mana?" tanya seseorang yang ada di telepon tersebut. Suara laki-laki.
"ini siapa? Gue Nicky." jawab Nicky.
"gue Iras. Mala mana? Kenapa loe bisa dirumah Mala?" tanya Iras.
"oooh loe temennya Mala." Nicky lalu memberikan gagang telepon itu pada Mala.
"Iras." katanya.

"haai Ras." sapa Mala kemudian.
"hai Mal. Kenapa Nicky tadi yang angkat teleponnya?" tanya Iras kebingungan.
"eemm iyaa. Tadi aku lagi di dapur Ras. Ehhm kenapa nelpon?" tanya Mala.
"ehm ga papa kok Mal. Aku cuma agak khawatir aja sama kamu. Kamu ga papa kan?" tanya Iras.
"iyaa aku ga papa kok. Tumben nanyain kaya gitu Ras."
"ya gapapa, gatau kenapa hati aku tadi agak ga enak aja berasanya ada apa-apa sama kamu. Yaudah kalo ga apa-apa." ujar Iras merasa lega.
"oiya Mal, Nicky ngapain ke rumah kamu?" tanya Iras kemudian.
"eeh? Eemm ga papa. Dia cuma maen aja kok." jawab Mala agak gugup.
"oooh gitu. Yaudah Mal. Besok lunch bareng yuk. Nanti aku jemput kamu. Gimana?" ajak Iras.
Mala menyetujuinya.
"okeey. Aku tunggu ya Ras. See you." Mala pun langsung menutup teleponnya.


"siapa Iras?" tanya Agoy.
"Iras itu temen aku. Temen dari Sekolah lah." jawabnya.
"eeh kalian mau minum apa? Aku bikinin ya." kata Mala menawarkan.
Nicky dan Agoy serempak menggeleng.
"ga usah Mal. Kamu duduk aja disini, tenangin diri. Aku sama bang Agoy bakal ngejagain kamu kok. Kalo kamu mau tidur, tidur aja." jawab Nicky yang masih cemas dengan keadaan Mala.
"ehm, ga usah deh Nick. Insya Allah aku udah ga papa." ujar Mala dengan senyum yang terlihat dipaksakan.
"ga Mal. Aku ga mungkin ninggalin kamu dengan keadaan kaya gini. Kamu tenang aja. Kamu tidur diatas, aku sama bang Agoy bakal dibawah ngejagain rumah." seru Nicky lagi.
Mala pun tak bisa membantah lagi.



"baby baby cukuplah sudah
Antara aku dengan dirimu
Karna aku tak mungkin bisa membuat dirimu mengerti"
Terdengar bunyi HP Nicky.
"Mila.." ujar Nicky saat membaca nama yang tertera dilayar.
"iya sayang. Kenapa?" tanya Nicky langsung.
"haai sayang, kamu belom tidur?" tanya Mila.
" belom nih. Gabakal tidur juga kayanya." jawab Nicky.
"hah? Gabakal tidur? Emang kenapa?" tanya Mila keheranan.
"iyaa. Aku lagi dirumah Mala. Tadi Mala diteror lagi. Kaca rumahnya dilempar batu dan ada surat di batu itu." cerita Nicky.
Sementara Agoy sedang, ehm, mengobrak abrik dapur Mala (tenang, udah Mala izinin kok) untuk meracik secangkir kopi.
"diteror lagi? Ya ampun kasian banget sih." respon Mila.
"ehm sayang, gapapa kan aku disini dulu? Kasian dia sendirian dirumah. Tenang aja, aku sama bang Agoy kok. " pinta Nicky.
Ia takut pacar tersayangnya itu akan cemburu lagi.
"iya gapapa kok. Yaudah aku tidur dulu ya sayang. Kamu ati-ati ya disana." kata Mila.
"iyaaaaa pacarkuuu cantiik.. Yaudah selamat tidur yaaa. Jangan lupa cantumin aku di daftar orang yang mau kamu kunjungin di mimpi. Nite sayang." ujar Nicky dengan sedikit gombal.
Agoy menoyor kepala Nicky, geram dengan Nicky yang masih sempatnya ngegombal disaat genting.
"yeeee hahahaaa iya sayang. Daah.." Mila pun menutup teleponnya.


"woo apa sih lu bang noyor-noyor kepala gue." ujar Nicky sambil balas menoyor kepala Agoy.
"lagian elu mah dimana-mana ngegombal mulu. Loe ga kasian sama gue?" kata Agoy dengan muka sinis.
Nicky mengerutkan dahinya.
"hah? Kasian sama loe? Kasian kenapa?" tanya Nicky.
"yaaaaa kan gue jomblo. Ga ada yang bisa disayang-sayangin sama digombalin. Kasian dikit napa sama gue!" ujar Agoy.
"hhmfftt..." Nicky menahan tawa saat mendengar penuturan Agoy itu.
"wahahahahaahaaaaaaa!!!" Nicky tak tahan lalu segera menertawakan Agoy yang masih memasang wajah memelasnya.
"niih pacaran sama bantal!" Nicky melemparkan bantal pada Agoy, lalu segera berlari menuju dapur untuk membuat secangkir kopi juga.



~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~



Paginya, Mila sedang sarapan di rumahnya dengan kokonya yang ganteng.
"Mil, kok Koko ga pernah liat Nicky maen kemari lagi sih?" tanya Lee.
"masa sih Ko? Ga juga kok. Kemaren abis nganterin Mila pulang. Koko kan Lagi dikamar, jadi ga liat Nicky." jawab Mila sambil melahap roti selai strawberry kesukaannya.
"oh ya? Hoo yaudah kapan2 undang Nicky makan siang disini ya, Koko pengen ngobrol nih sama dia." ujar Lee.
Mila tersenyum. "siaaappp kokoooo!"


"yaudah Ko, Mila jalan dulu ya ke kampus." Mila mencium tangan Kokonya.
"loh, Nicky belom dateng kok kamu udah mau pergi?" tanya Lee.
"ehm Mila berangkat sendiri ko. Nickynya lagi sibuk sendiri." jawab Mila.
"sibuk sendiri? Maksudnya?"
"itu, dia lagi ngejagain cover girl kesayangannya itu di rumahnya. Soalnya si cover girl itu diteror orang ga dikenal." jawab Mila lagi.
"loh kok gitu? Masa dia lebih mentingin cover girl itu daripada kamu pacarnya?" tanya Lee lagi dengan geram.
"ga kook Ko, Mila udah ijinin juga. Kasian si cewe itu sendirian di rumahnya."
Lee manggut-manggut, walaupun masih tidak terima Mila adiknya dinomor-duakan.
"yaudah Ko, Mila berangkat ya. Mila bawa mobil kok. Sekalian mau mampir ke satu tempat dulu." ujar Mila berpamitan lagi.
"iya, hati-hati ya bawa mobilnya."



~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~



Sementara itu di rumah Mala.
"Nick, Bang, makasih ya udah ngejagain aku semaleman. Aku berhutang budi banget sama kalian." kata Mala sambil membuatkan sarapan untuk Nicky dan Agoy yang terlihat agak mengantuk.
"gapapa kok Mal ga usah dipikirin. Kan kamu diteror begini juga gara-gara aku." ujar Nicky.
"gara-gara kamu?" tanya Mala.
"iya. Mungkin gara-gara kita deket kamu jadi diteror. Inget surat yang semalem kan? Aku malah merasa Bersalah kalo ga ngelakuin hal ini."
Mala tersenyum.
"hahaa ga kok Nick. Mungkin emang udah jalannya aku bakal diteror kaya gini."

"eeh tapi kok gue kepikiran ya, siapa kira-kira yang neror Mala?" ujar Agoy tiba-tiba.
Mala berjalan menuju ruang makan dengan membawa nasi goreng bikinannya.
"iyaa bang, gue juga kepikiran tuh. Apa mungkin, yang neror Mala ini adalah orang yang deket sama gue dan Mala, dan dia ga suka sama kedeketan gue sama Mala?" ujar Nicky menerka-nerka.
"bisa jadi." jawab Agoy.
Mala menggeleng.
"jangan su'udzon dulu sama orang. Kalo aku sih mikirnya ini kerjaan fans aku yang terlalu fanatik sampe gamau aku deket aama cowo manapun. Padahal harusnya mereka tau dong kita cuma temen? Kamunya juga udah punya, ehm, pacar kan." ujar Mala.


Nicky manggut-manggut.
"iya sih. Yaudahlah. Aku sama bang Agoy bakal nelusurin siapa pelaku teror ini. Ehm, boleh dimakan sekarang kan nasi gorengnya? Kayanya menggoda banget nih buat dimakan."
Ujar Nicky sambil melirik piring nasi goreng yang telah siap didepannya dan aromanya yang menggoda selera.
Mala tersenyum kecil. "boleh kok boleh. Silahkan dimakan, maaf ya kurang enak. Aku bukan tukang masak yang ahli hehehee.."
"bikin malu aja lu Nick!" ujar Agoy sambil menjitak kepala Nicky.



~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~



Di kampus.
Kiki sedang duduk sendirian di taman. Hendra dan Nicky belum nampak batang hidungnya.
Tak lama,
"Hey! Loe kan yang namanya Kiki?"
Kiki mendongak pada si pemilik suara.
"iya gue Kiki. Ehm, loe, Bobby kan?" Tanya Kiki pada cowok itu.
"iya gue Bobby. Hhmm gue pengen ngomong sama loe, boleh?" tanya Bobby, lalu duduk disamping Kiki.
"boleh lah."


"okey Ki. Gini. Terus terang aja ya. Gue udah suka sama Devina sejak pertama kali gue kenal sama dia. Dan sekarang gue tau loe deket sama Devina juga." ujar Bobby langsung tanpa basa-basi.
"iya terus?" tanya Kiki kurang mengerti.
"gue mau, kita bersaing secara sehat. Okey gue tau kayanya Devina lebih suka sama loe ketimbang sama gue. Tapi loe harus tau ya, gue bakal berjuang buat ngedapetin Devina, karna gue bener-bener sayang sama dia." tutur Bobby, agak mellow.

Kiki tersenyum manis. (BAYANGIN!! AYO BAYANGIIIIINN!!)
"yaelah Bob. Loe belom mulai bersaing aja udah pesimis kaya gitu. Kalo loe pesimis kaya gitu, itu sama aja kaya loe ngasih kesempatan gue buat menang. Loe mau gue kalahin loe tanpa perlawanan?" tantang Kiki pada Bobby.
Bobby menyigapkan posisi duduknya.
"ooooohhh loe nantangin gue?? Okeeey gue bakal buktiin kalo gue emang bisa ngedapetin Devina. Kita beraaing secara sehat, deal??!" Bobby menyodorkan tangannya.
Dengan mantap Kiki menjabat tangan Bobby dan berkata, " DEAL!"



~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~



Di waktu yang sama namun tempat yang berbeda,
Hendra masih berada di dalam mobil, sedang galau sambil menatap hapenya.
"telpon ga yah." gumamnya.
"hhmm, bismillah ajalah!"
Hendra lalu mengetikkan nomor yang langsung dia hubungi.

"hallo, Cessa?" tanya Hendra.
"iya, ini siapa?" tanya cewe yang diteleponnya.
"ini aku, Hendra." jawab Hendra.
"hah? Hendra? Kok kamu bisa tau nomor aku?" tanya Cessa keheranan.
"eemm ada deh. Aku kan selalu tau tentang kamu hehehee. Ehm Sa, kita berangkat ke kampus sama-sama yuk. Ntar aku jemput. Gimana?" tawar Hendra dengan sedikit nekat.
"hah?? Ga! Aku bisa jalan sendiri!" tolak Cessa ketus.
Hendra sedikit kecewa. Walau ia tau Cessa akan menolak tawarannya itu.
"ayolah Sa, plis. Sehari iniii aja." pinta Hendra lagi.
"ga mau ih. " ujar Cessa kekeuh.
Cessa lalu mematikan teleponnya.


"ya ampun ni cewe, susah banget sih baek sama guenya."
Hendra pun menjalankan mobilnya menuju kampus dengan perasaan yang galau.

Tak lama kemudian, Hendra telah sampai di kampus dan menghampiri Kiki yang masih duduk di taman.
"wooy Hend, galau aja tuh muka. Jelek tau!" ujar Kiki saat melihat wajah kumel Hendra menghampirinya.
"woo enak aja loe. Bete nih. Cessa kayanya makin ngejauhin gue deh." curhat Hendra.
Hendra lalu menceritakan kejadian penolakan tadi pagi.
"huwahahahahahahahaaaaaaa....!!" Kiki tertawa terbahak-bahak mendengar cerita Hendra.
BLETAAAKK!! Hendra yang geram dengan tingkah kiki langsung menjitak kepala Kiki dengan keras.
"elu mah, bisanya ngetawain doang!" keluh Hendra.
"hahahaaa maaf maaf. Asli deh Hend, dari kisah cinta kita bertiga kayanya kisah loe tuh yang menurut gue paling kocak. Loe suka sama cewe yang jelas-jelas aneh dan ngejauhin loe. Sementara masih banyak cewe-cewe yang ngejar-ngejar loe. Ckckck aneh loe!" ledek Kiki.
"ya berarti kalo gue Bisa ngeluluhin hati Cessa, perjuangan cinta gue dong yang paling keras." ujar Hendra dengan bangga.
"iya kalo loe bisa, kalo engga? Loe yang paling apes berarti?" ledek Kiki lagi.
Yaah, Kiki dan Nicky memang senang sekali menggoda Hendra yang lebih lugu dan polos dibanding mereka. Menurut mereka meledek Hendra merupakan hiburan tersendiri yang sangat mengasikkan.


"aah tau ah. Lu mah ngeledekin gue ga abis-abis."
"eeh Nicky mana? Tumben belom keliatan." tanya Hendra sambil melongok-longokkan wajahnya ke kiri dan ke kanan.
"hari ini dia ga masuk. Katanya ngantuk, semaleman ngejagain Mala." cerita Kiki.
Hendra bingung.
"ngejagain Mala? Emang Mala kenapa?" tanyanya.
"kata Nicky sih, Mala diteror sama orang ga dikenal. Dan kemaren dia sama abangnya ngejagain Mala semaleman."
Hendra manggut-manggut, entah mengerti atau engga.


"eeh eeh Hend, itu bukannya Cessa ya?" tanya Kiki sambil menunjuk seorang cewek yang baru turun dari mobil.
Hendra melihat ke arah yang ditunjuk Kiki.
"iya itu Cessa. Kok sama, cowok?" tanya Hendra dengan hati agak panas.
Terlihat Cessa sedang berdiri di depan mobil dan berbincang dengan seorang cowok tinggi putih berambut pirang yang tadi mengantarnya.
"loe ga kenal cowok itu Hend?" tanya Kiki. Hendra menggeleng.
"gue ga tahan! Gue bakal nyamperin cowok itu!" Hendra lalu berdiri dari duduknya lalu segera berlari ke Cessa dan cowok itu.
"Hend!! Gila!" Kiki pun ikut berdiri dan menghampiri Hendra untuk mencegah adanya perkelahian.


"Cessa.." Hendra Memanggil Cessa.
Cessa berpaling pada Hendra.
"Hendra."
"siapa dia, Sa?" tanya Hendra pada Cessa.
Lelaki itu menatap Hendra, lalu menyodorkan tangannya untuk bersalaman.
"kenalin, gue Alwin."
Hendra tak menyambut tangan Alwin.
"gue Hendra."
"eehm makasih ya Win udah nganterin aku. Aku duluan ya ke kelas. Bye." Cessa pun meninggalkan Hendra dan Alwin yang masih beradu tatapan sinis. (huahahahaaa BAYANGIIIIIINNNNN!!!!)


"Hend, Cessanya pergi tuh." ujar Kiki menyadarkan Hendra dari adegan tatap-tatapan itu.
"hah? Eemm, oke Win. Kalo kita ketemu lagi gue bakal bikin perhitungan sama loe." Hendra dan Kiki pun pergi meninggalkan Alwin yang hanya tersenyum sinis.



"Sa, tunggu dulu dong Sa." ujar Hendra mengejar Cessa.
"apa sih Hend??" Cessa menghentikan langkahnya.
"kamu tuh ya! Ngapain sih tadi nanya-nanya ke Alwin dia siapa? Emang penting buat kamu?" ujar Cessa sedikit kasar.
"harusnya aku yang tanya sama kamu Sa. Kamu bilang tadi kamu mau berangkat sendiri mangkanya kamu gamau aku jemput. Tapi kenyataannya kamu dateng sama cowok itu. Siapa sih dia? Kenapa kamu lebih milih cowok itu daripada aku?" ujar Hendra sambil memegangi lengan Cessa.
Cessa menunduk. Sepertinya kali ini hati kecilnya merasa bersalah pada Hendra.


Hendra yang melihat orang yang disayanginya itu terdiam langsung melepas lengan Cessa.
"Alwin itu mantan aku." jawab Cessa pelan sambil duduk di tempat duduk dekat situ.
"terus, kamu balikan sama dia?" tanya Hendra, sedikit patah hati.
Cessa menggeleng. "ga kok."
"huuftt." Hendra menghembuskan nafas lega.
Cessa segera berdiri.
"em maaf aku harus pergi. Ada kelas." Cessa pun segera berjalan cepat meninggalkan Hendra.
"Cessa!" panggil Hendra. Cessa berbalik.
"makasih ya." ujar Hendra sambil tersenyum manis. (huaaaaa BAYANGIIIIIINNNNN!!!)



~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~



"Mal, aku udah di depan kantor kamu nih. Kita jadi lunch bareng kan?" tanya Iras pada Mala via telpon.
"iyaa jadi Ras. Aku udah mau ke depan kok." kata Mala.
"okeey aku tunggu ya cantik." seru Iras sambil tersenyum renyah. (kyaaaaa BAYANGIIIIINNNNN!!!)


Tak lama kemudian, Mala keluar kantor dengan cantiknya.
Baju kemeja pink dengan motif bunga-bunga kecil serta bawahan rok selutut berwarna hitam, sangat cocok menempel di kulit mulus Mala.
"Hai Mala. Kamu cantik banget hari ini." Puji Iras sambil membukakan pintu mobil untuk Mala.
"aah kamu maah tiap ketemu sama aku pasti bilangnya gitu." ujar Mala tersipu.
"karna tiap aku ketemu kamu, kamu selalu cantik." puji Iras lagi yang membuat pipi Mala bersemu merah.



Iras pun menjalankan mobilnya menuju rumah makan seafood kesukaan mereka.
Sesampainya di rumah makan tersebut, Iras dan Mala langsung memesan tempat duduk dan memesan makanan.
"Mal, semalem kamu beneran gapapa?" tanya Iras.
"iyaaaa gapapa koo Iras mbeem." jawab Mala.
"ya abis, suara kamu tuh kaya suara orang ketakutan tau. Aku jadi serem sendiri ngedengerin suara kamu." cerita Iras lagi.
Mala melengos. 'apa harus aku ceritain kejadian ini Ke Iras?' gumamnya dalam hati.
"Mal? Mala?" tanya Iras sambil mengguncang tangan Mala pelan saat melihat Mala melamun.
"eeh? Emm ga papa kok Ras." jawabnya lagi.

Tak lama, makanan yang mereka pesan pun datang.
"terus Nicky semalem ngapain ke rumah kamu? Itu kan udah malem banget Mal." tanya Iras lagi. (iiih Iras kepo yah! Cubit nih!)
"eemm, Nicky cuma maen kok ke rumah. Kata dia udah lama ga ketemu aku, jadi dia pengen ketemu aku. Gitu doang." jawab Mala, berdusta.
"kamu, kayanya sekarang deket banget ya sama Nicky? Wiiiihhh dikit lagi ada yang ga jomblo doooong. Kalo udah jadian bilang-bilang ya Mal hahahaaa.." ledek Iras sambil mencubit ujung hidung Mala.
"iiihh apaan siih Ras. Ga koooo Nicky itu temen doang. Lagian Nicky juga udah punya pacar ko." jelas Mala sambil tersenyum kecil.
"oya? Hhmm tapi kalo Nicky nembak kamu gimana Mal?" tanya Iras.
Mala diam, tak menjawab.



~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~



"eeh Chi. Masa ya tadi ada cowo yang nyamperin gue, dan dia ngaku kalo dia suka sama Devina dan dia mau gue sama dia bersaing sehat. Aneh banget kan tu cowok?" cerita Kiki malam harinya di rumah Ochi yang sedang memetik-metik gitarnya.
"oya? Waw!" jawab Ochi sedikit jutek.
Kiki mengerutkan dahinya, lalu memegangi kedua pipi Ochi kemudian menatap Ochi dalam-dalam. (huuwwoooo BAYANGIIIIINNNN!!!)


"Chi? Loe kok ketus gitu sih?" tanya Kiki.
Ochi melengos hingga tangan Kiki terlepas. Dia tak sanggup menatap wajah Kiki.
Namun Kiki mengulanginya. Ia kembali memegang pipi Ochi dan Memalingkan pandangan Ochi agar berpandangan dengannya.
"Chi? Loe sakit? Loe kenapa jutek gini sih? Gue ada salah sama loe?" tanya Kiki pada Ochi.
"ga apa-apa kok Ki." jawabnya malas.
Kiki masih tak percaya dengan jawaban Ochi tadi.
"Chi. Gue tau pasti ada apa-apa. Gue kenal loe dari kecil, Chi. Kalo loe marah sama gue, loe cerita dong. Jangan jutekin gue kaya gini." pinta Kiki. Tampaknya ia merasa bersalah jika Ochi berubah sikap seperti ini.
"gue ga papa. Udah lah ga usah nanya lagi. Em gue mau tidur. Loe masih mau disini? Terserah. Dah." Ochi pun masuk ke rumahnya meninggalkan Kiki yang masih duduk terpaku di teras depan.
"looh looh Chi!"
"aneh banget sih ni cewe. Gue yakin dia marah sama gue. Tapi marah kenapa? Perasaan gue ga pernah bikin salah sama dia." Kiki masih menduga-duga.



~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~



"Ras, makasih ya buat malem ini. Aku seneng banget deh bisa jalan sama kamu." ujar Mala berterimakasih pada Iras.
"iyaps! Sama-sama Mal. Aku juga seneng kok bisa jalan sama kamu. See you next time yah."

Mala pun turun dari mobil, lalu Iras pun berpamitan pada Mala.
"bye cantik!" Kata Iras sambil mengemudikan mobilnya menjauh dari pekarangan rumah Mala.
Mala men-dadah-dadahi Iras sambil tersenyum.


Mala pun masuk ke rumahnya.
Namun, Mala melihat sebuah kertas dibawah pintu.
"God! Aku tau ini kertas apa. Pasti kertas ancaman lagi!" seru Mala seperti sudah kebal dengan surat ancaman itu.
Mala pun mengambilnya lalu membaca isi yang ada di surat tersebut.


"GUE UDAH BILANG, JAUHI NICKY!! NGAPAIN LOE NGAJAK DIA KE RUMAH LOE SEMALEM HAH??! BERARTI LOE SIAP UNTUK MATI!!"

Mala sangat terkejut melihat isi surat tersebut. Surat tersebut ditulis dengan tinta berwarna merah seperti darah yang membuat Mala makin ketakutan.
"darimana dia tau semalem Nicky kesini? Jangan-jangan dia mata-matain aku lagi. Astagfirullaah.."
Mala pun segera masuk ke rumahnya dan mengunci rumahnya dengan erat.
Saat hendak menuju lantai atas, tiba-tiba...

TOOKK TOOKK!!!

Terdengar suara pintu diketuk.
"hah? Siapa tuuh malem-malem gini?"
Dengan ketakutan Mala mengambil tongkat baseball yang memang ia sediakan untuk memukul maling, lalu menuju pintu untuk membukanya.
"semoga bukan maling Ya Allah!"
"eeh tunggu deh, kan ga ada maling yang ketok pintu dulu? Aah siapapun itu, Bismillah!"
Mala pun membuka pintu rumahnya, dan,
BUUUGGG!!!
Mala menghantap sosok di depannya dengan keras.
"Aauuwww!!!" teriak lelaki itu kesakitan.
"haahh?? Kamu??"



*To Be Continued*

Siapakah lelaki yang datang tersebut??
Jawabannyaaaaa ada di chapter 7, tungguin yaaaa..

Ehm, yang udah baca, ditunggu komentar dan Kritiknya, terimakasiiihhh ^^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar