Senin, 11 Maret 2013

♥ COVER GIRL ♥ ~ Chapter 10 ~

Tittle: ♥ COVER GIRL ♥
Length: 20 Chapter
Author: @yasmiin2805 from fanbase @Fanfict_XOIX




♥ COVER GIRL ♥
~ Chapter 10 ~



"curiga sama Mila? Kenapa?" tanya Mala heran.
"yaaa gitulah. Agak nyurigain pokoknya dia." jawab Agoy yang sepertinya masih ragu.
Mala tersenyum.
"Udahlah bang, aku yakin kok bukan dia pelakunya. Dia baik kok sama aku." kata Mala menenangkan Agoy.
"yaaa emang dia baik dari dulu Mal. Tapi kamu juga harus inget. Cinta bisa ngebutain segalanya. Bisa aja dia cemburu gara-gara Nicky terlalu perhatian sama kamu, kan?" tutur Agoy.
Mala masih terlihat sedikit berfikir.
"udah ah bang, masih pagi masa udah su'udzon sama orang. Mending sarapan aja yuk langsung." ajak Mala agar Agoy tidak terlalu menuduh Mila. Padahal salam hatinya, rasanya ia juga penasaran dengan kecurigaan Agoy.



~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~




Di kampus, Nicky yang baru datang langsung berpisah dengan Mila dan bergabung dengan Kiki dan Hendra yang sedang asik duduk di taman. Ngapain ya Hendra dan Kiki berduaan di taman? Yang jelas bukan pacaran~


"heey guys." sapa Nicky.
"heey Nick." balas Kiki.
"Mila mana? Tumben loe sendirian." tanya Hendra.
"ngapain loe nanyain pacar gue? Kangen loe sama dia?" tanya Nicky sambil melirik sinis Hendra.
"diih siapa yang kangen? Ada juga gue kangenin Cessa kali. Eeh eeh betewee gue semalem abis nonton loh bareng Cessa." cerita Hendra dengan bangganya.
"oya? Nonton apa Hend? Waaah peningkatan nih buat kelanjutan hubungan loe sama Cessa." ujar Kiki.
Hendra tersenyum bangga.
"gue mah ga tau apa yang gue nonton semalem, gue terlalu kesenengan sampe ga merhatiin apa yang gue nonton. Abis ga bisa konsen, ada bidadari disamping gue sih." cerita Hendra lagi dengan wajah yang sangat ceria. (BAYANGIIIIIINNNN!!! gimanaa?? Hahahaa)
"hahahaaa lebay loe Hend. Trus si Budi berarti udah restuin loe sama Cessa?" tanya Nicky.
"ya udah laaaaah Nick. Udah lama malah. Dia juga yang ngebantu gue ngedeketin Mala." jawab Hendra.
"ooohhh hehehee ya maap kan kita udah lama ga ngumpul gini hahaha."


"trus loe sama Ochi udah baikan Ki?" tanya Nicky lagi, tapi kali ini ke Kiki.
"udah kok. Gue sama Ochi mana bisa marahan lama-lama." jawab Kiki.
"eeeeng Ki. Gini deh. Gue bikin pertanyaan buat loe." Nicky mengubah posisi duduknya jadi duduk bersila di depan Kiki.
"gimana kalo seandainyaaaaa, seandainya ya Ki. Seandainyaaaaa Ochi cinta sama Loe, lebih dari sahabat. Loe bakal milih siapa? Ochi atau Devina?" tanya Nicky dengan wajah serius.
Rasanya Nicky kasian melihat Ochi yang selalu tersakiti dengan sikap Kiki, walaupun Kiki ngelakuinnya tanpa sengaja.
Kiki terdiam. "emang kenapa sih Nick?" tanyanya kemudian.
"gaa gapapa. Gue kan cuma bikin perumpamaan aja. Loe tinggal jawab." jawab Nicky.
Sedangkan Hendra kini ikut tertarik dengan jawaban Kiki.


Kiki menatap kedua sahabatnya itu bergantian.
"Huufffttt.." Kiki menghela nafasnya.
"jujur, gue bakal bingung."
"di satu sisi, gue emang sayang sama Devina. Di sisi lain, gue juga sayang sama Ochi yang notabene sahabat gue dari kecil. Dan gue ga mungkin ngecewain Ochi. Yaaaa pokoknya bingung lah Nick." jawabnya.
"kalo disuruh milih Dan loe diharuskan milih, loe bakal pilih siapa?" tanya Hendra.
"huuufffttt.." Kiki menghela nafas lagi.
"mungkin, gue akan milih........."



~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~



"haii Bob." sapa Devina pada Bobby yang sedang makan di kantin.
"uhuuukk!!" Bobby hampir tersedak melihat Devina yang sekarang berada di depannya.
"Devina? Tumben banget kamu nyamperin aku duluan." ujar Bobby.
Devina tersenyum.
"apa siiih emang ga boleh aku nyamperin kamu?" tanya Devina.
"eeh eeh boleh kok. Boleh banget malah." ucap Bobby.


"Bob. Aku boleh tanya sesuatu ga?" tanya Devina.
Bobby mengangguk. "boleh kok. Boleh banget. Emang mau nanya apa?"
"eeeeng, gini Bob. Perasaan kamu ke aku sebenernya gimana sih?" tanyanya.
Bobby melepas sendok yang sedang dalam genggamannya, lalu menatap Devina dalam-dalam.
"apa harus aku jawab? Kamu kan udah tau perasaan aku ke kamu. Sejak awal kita ketemu sampe detik ini, perasaan sayang aku ke kamu belom pernah berkurang sedikitpun. Bahkan semakin hari semakin bertambah." jawab Bobby dengan penuh perasaan.
Devina menunduk.
"emang kenapa Dev? Kamu takut aku ga cinta lagi sama kamu?" tanya Bobby kemudian.
Devina menggeleng.
"ga Bob, ga gitu."
Bobby menggenggam tangan Devina.
"kamu tenang aja. Mungkin sampe seumur hidup aku, perasaan ini ga bisa ilang. Walaupun aku udah coba buat ngilangin, tetep aja perasaan ini terus tumbuh, malah semakin menjadi." kata Bobby lagi.
"Bob. Bisa ga kamu ilangin perasaan itu? Mungkin aku ga bisa bales perasaan kamu ke aku." ujar Devina Dengan mata berkaca.
Bobby tersenyum manis. (huwwwwooooo BAYANGIIIIIINNNNN!!!)
"kamu boleh minta apapun dari aku, apapun. Aku pasti bisa ngabulinnya. Tapi aku mohon, jangan minta aku buat ngilangin perasaan sayang ini. Karna cuma ini yang ga bisa dan ga akan aku turuti."


"udah ah Dev. Kayanya aku harus masuk kelas deh." ujar Bobby sambil mengusap pelan rambut Devina.
Air mata Devina yang sedari tadi ia tahan untuk tak keluar akhirnya keluar juga.
Bobby mengusap pelan pipi Devina yang dibasahi air mata itu.
"udah ah gausah nangis. Kalo kamu nangis, aku bakal telat nih masuk kelasnya. Aku gamau biarin kamu nangis sendirian disini." ujar Bobby lagi. (Bobby manis banget siiiiihhh jadi cowoooooo!)
Devina cepat-cepat menghapus air matanya.
"yaudah, aku pergi dulu ya Dev."
Bobby pun langsung berjalan menjauhi Devina.


"Bobby!!" teriak Devina.
"kalo kamu emang sayang sama aku, kenapa kamu ga pernah minta aku jadi pacar kamu??!" tanya Devina sambil berteriak.
Bobby membalikkan badannya, lalu tersenyum kepada Devina.

"karna aku ga butuh balasan cinta dari kamu. Asal kamu ga ngelarang aku untuk cinta sama kamu, aku udah bahagia banget. Karna mencintai kamu adalah kebahagiaan aku. Memiliki kamu itu hanya bonus dari kebahagiaan ini. dan aku rasa, bonus ini ga akan aku dapetin. Tapi tenang aja, aku ga akan sedih kok. Bye Devina."




~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~




"Cessa!" panggil Hendra siang itu.
Cessa yang sedang berjalan bersama Budi menengok ke belakang.
"Hendra."
Hendra pun berlari menghampiri Cessa dan Budi.
"eeeng, apa gue mesti pergi ya? Kayanya gue bakal ngeganggu nih." celetuk Budi seraya menggoda Cessa.
Cessa melotot ke arah Budi, seakan mengatakan, "kalo pergi siap-siap dicincang!"
Budi pun akhirnya tak jadi pergi meninggalkan Cessa dan Hendra berduaan.

"hai Sa. Eeem makasih ya buat semalem." ujar Hendra sambil tersenyum. (kyaaaaa BAYANGIIIIIINNNN!!!)
"eeemm iya sama-sama Hend." balas Cessa malu-malu.
"ciyeee ciyeeee abis jalan yaaa berdua ciyeeee.. Gue tungguin pajak jadian yeeee hahahaa.." ledek Budi pada Cessa dan Hendra yang terlihat makin malu-malu.
"iiih apaan sih Bud ngaco deh." sanggah Cessa.
""iyeee Bud tungguin aja Pajak jadian dari kita. Ga lama lagi kok." balas Hendra dengan pedenya.
Cessa mencubit perut Hendra.
"iiih apaan sih Hend."
"aaauuww! Jadi enak dicubit Cessa. Cubit lagi dong Sa." ledek Hendra.
Wajah Cessa mendadak bersemu merah.
Sementara Hendra tersenyum senang karna kini ia bisa dekat dengan orang yang ia sayangi dari dulu itu.


"Cessa!" terdengar suara seseorang memanggil Cessa.
"Alwin." kata Cessa saat melihat cowok yang memanggilnya itu menghampirinya dengan gaya yang cool abis. (wadaaauuuww BAYANGIIIIINNNN ko Alwin huwoooo!)
"pulang sama aku yuk Sa." ajak Alwin langsung, tanpa memperdulikan Hendra dan Budi yang ada disitu.
Cessa kebingungan menjawabnya.
"eeeng gimana ya Win. Aku..."
"kenapa Sa? Kamu udah ada janji ya sama cowo cina ini?" tanya Alwin.
Hendra hanya melirik tajam ke arah Alwin.
"eeng engga juga sih." jawab Cessa lagi.
"trus kenapa dong?" tanya Alwin makin memburu.
"engga papa. Iya deh aku pulang sama kamu." kata Cessa menyetujui sambil melihat ke arah Hendra.
"naaah gitu doong. Yuk Sa." Alwin pun langsung menggandeng tangan Cessa.
Sementara Hendra hanya melihat pasrah ke arah mereka.


"payah kamu Hend. Padahal aku berharap kamu bakal nyegah aku pergi sama Alwin dan ngajak aku pulang. Huft." gumam Cessa dalam hati.



~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~



"sayang, malem ini dinner di rumah yuk. Soalnya Koko ngajakin kamu makan gitu deh. Gimana?" ajak Mila pada Nicky saat Nicky mengantarnya pulang.
Nicky mengangguk.
"bisa bisa. Eeh tapi tumben Koko Lee ngajakin makan. Ada apa emangnya?" tanya Nicky.
"ga tau tuh. Dia cuma bilang pengen ngobrol sama kamu aja, gituu.." jawab Mila.
Nicky manggut-manggut.
"yaudah ntar malem aku ke rumah kamu. Eh sayang, jangan-jangan dia nyuruh kita nikah lagi? Hahahaa.." canda Nicky yang membuat pipi Mila bersemu.
"iih apaan sih ya ga lah. Mana mau dia dilangkahin gitu." jawab Mila. Tapi dalam hati kecilnya sebenarnya ia pun mau diajak Nikah sama Nicky hahaha..
"tapi kalo emang seandainya dia nyuruh kita nikah, aku siap kok." ujar Nicky sambil memandang Mila.
Mila yang dipandang seperti itu merasa malu dan tersipu.
"udah ah Nick ga usah ngayal dulu deh. Belom tentu juga kita mau langgeng kalo masih ada masalah." ujar Mila.


Nicky mengerutkan dahinya.
"maksudnya? Masalah apa sih sayaaang?" tanya Nicky.
"yaaaa kamu pikir aja deh sendiri. Selama kamu masih mentingin cover girl kamu dibanding aku, ini masih jadi masalah buat aku Nick." kata Mila dengan serius.
Maka suasana mobil yang tadinya penuh dengan kemesraan berubah menjadi tegang dan panas.
"kamu masih cemburu sama Mala? Mila sayang, aku kan udah bilang kalo aku ga punya perasaan ke Mala. Aku udah punya kamu, Mil." jawab Nicky.
"iyaa kamu emang udah punya aku. Dan karna kamu udah punya aku itu kan mangkanya kamu ga berani mencintai Mala? Seandainya kamu lebih dulu ketemu sama Mala dibanding ketemu sama aku? Apa jadinya? Kamu bakal sama Mala kan dibanding aku?" kata Mila dengan nada suara emosi.
Nicky hanya diam, menunggu emosi Mila reda.


"sayang, kamu pernah bilang ke aku. Kalo aku lagi sama kamu aku ga boleh ngomongin Mala. Tapi apa? Kamu yang mancing kan? Aku udah nyoba jaga perasaan kamu ya. Tapi kamunya yang selalu ungkit-ungkit ini." jawab Nicky kemudian.
"Turunin aku disini." kata Mila. Nampaknya ia tak mau meneruskan perbincangan panas ini.
Sementara Nicky tetap menjalankan mobilnya.
"turunin aku disini Nick!" bentak Mila lagi.
"engga. Aku bakal bawa kamu pulang." ujar Nicky sama kerasnya.
"turunin aku atau aku bakal loncat!." ancam Mila.
"JANGAN NEKAT!" teriak Nicky sambil menahan tangan Mila.
"biarin! Kalo kamu masih ga mau nurunin aku, aku beneran loncat!" ancam Mila yang sudah memegang pintu mobil.

Mau tak mau Nicky menghentikan Mobil dan menepikannya.
Mila langsung turun dari mobil, begitu pula Nicky.

"Mil kamu mau pulang pake apa? Ini udah hampir malem, aku ga bakal biarin kamu pulang sendiri." ujar Nicky sambil memegangi tangan Mila.
"biarin aja ih! Aku mau pulang sendiri. Puyeng aku sama kamu. Lepasin tangan aku!" ujar Mila sambil berusaha melepaskan genggaman tangan Nicky. Namun karna kekuatan Nicky lebih besar daripada Mila, alhasil tangan Nicky tetap menggenggam erat tangan Mila.
"aku ga akan lepasin tangan kamu. Kamu ga akan aman pulang sendiri. Di Jakarta itu bahaya Mil!" teriak Nicky.
"apa sih hak kamu Nick??! Ga usah larang-larang aku deh!" ujar Mila dengan teriakan yang bergetar. Terdengar Mila seperti orang yang sedang menahan tangis.
"hak?? Aku berhak! Aku masih pacar kamu Mil! Dan aku bener-bener khawatir sama kamu!" jawab Nicky.
"yaudah! Mulai sekarang, aku bukan pacar kamu. Kita putus!!" ujar Mila sambil menghempas genggaman tangan Nicky yang melemah akibat ucapan Mila tadi.
Mila langsung berlari menjauh dari Nicky, sementara Nicky masih syok dengan apa yang ia dengar tadi.
"Mil! Mila!" panggil Nicky. Namun Mila telah lenyap dari pandangannya.
"Aaarrgghhhhh!!!!!"



~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~



Nicky pun pulang dengan langkah yang galau.
Baru kali ini ia melihat Mila marah seperti itu.
"apa gue udah kelewatan banget ya? Apa kesalahan gue udah fatal banget sampe Mila udah ga bisa mentolerir perbuatan gue?" gumam Nicky dalam hati.
Nicky pun duduk di bangku taman belakang rumahnya dengan lesu dan sangat tak bersemangat.


Nicky mencoba menghubungi ponsel Mila, namun tidak aktif.
"apa Mila udah sebegitu cemburunya sama Mala? Kenapa dia ga percaya sih kalo gue emang beneran sayang sama dia?" Banyak sekali pertanyaan penyesalan yang dilontarkan Nicky malam itu.


Nicky melihat gitarnya menganggur di pinggir taman.
Nicky segera mengambil gitar tersebut dan menyanyikan sebuah lagu ungkapan perasaannya saat ini.
Yaks! Nicky sangat suka menyanyi. Kadang, apa yang ia rasakan merupakan ungkapan dari dalam hatinya.



Sedih, kutau kini perasaanmu kepadaku
Sedih, saat kau tak yakin kepadaku akan cintaku
Jalan berliku takkan membuatku menyerah akan cinta kita
Tatap mataku dan kau akan tau semuanya yang kurasakan

Aku bertahan
Karna ku yakin cintaku kepadamu
Sesering kau coba tuk mematikan hatiku
Takkan terjadi yang aku tau kau hanya untukku

Aku bertahan
Ku akan tetap pada pendirianku
Sekeras kau coba tuk membunuh cintaku
Yang aku tau kau hanya untukku

Tatap mataku dan kau akan tau
Semuanya yang kurasakaaaan..

Aku bertahan
Karna ku yakin cintaku kepadamu
Sesering kau coba tuk mematikan hatiku
Takkan terjadi yang aku tau kau hanya untukku

Aku bertahan
Ku akan tetap pada pendirianku
Sekeras kau coba tuk membunuh cintaku
Yang aku tau kau hanya untukku
(Rio Febrian-Aku Bertahan)


Tak terasa air mata Nicky mengalir.
Ia sangat kehilangan Mila, orang yang ia cintai itu.


"Nick. Loe ngapain disitu?" tanya seseorang dari belakang. Nicky menoleh sambil menghapus air matanya.
"bang Agoy? Tumben pulang?" tanya Nicky balik.
Agoy berjalan mendekati Nicky.
"gue yang duluan nanya ke elo. Loe ngapain mojok disitu sendirian? Dan, loe nangis Nick? Wow!" ledek Agoy.
Nicky mengerutkan mukanya.
"yeee tambah jelek amat loe. Emang kenapa sih Nick? Galau??" tanya Agoy lagi.
Nicky mengangguk.
"gue putus sama Mila bang." cerita Nicky dengan lesu.
"putus?? Kok bisa?" tanya Agoy dengan terkejut. Sepanjang perjalanan kisah cinta Nicky dan Mala memang sering terjadi pertengkaran, namun baru kali ini ia mendengar berita putus antara mereka.
"perasaan tadi pagi baik-baik aja deh." sambung Agoy.


Nicky menghela nafas panjang. "huuufffttt.."
"kayanya Mila udah cemburu akut sama Mala. Dia bilang gue lebih mentingin Mala daripada dia. Padahal gue udah selalu ngalah sama dia. Gue juga bingung apa salah gue yang bikin dia marah banget ke gue." tutur Nicky.
Agoy hanya mem-pukpuk- pundak Nicky.
" sabar sabar Nick. Gue liat si Mila emang tipe cewe yang manja dan cemburuan. Dia tuh harus diperhatiin melulu. Kalo engga yaaaa kaya ginilah hasilnya. Dia bakal ngamuk." tutur Agoy menenangkan Nicky.
Nicky manggut-manggut.
"iya bang gue tau. Tapi apa iya dia secemburu ini sama Mala sampe mutusin gur gara-gara hal sepele kaya gini? Gue masih ga masuk akal sama alesan dia." kata Nicky lagi.
Agoy mengangkat bahunya.
"yaaaa ga ngertilah Nick. Cewe emang susah ditebak. Tapi gini ya Nick. Apa mungkin kalo Mila lagi cemburu trus dia tega nyakitin orang yang bikin dia cemburu?" tanya Agoy memulai penyelidikan.
"maksudnya?" kata Nicky kurang mengerti.


"yaaaaa gini ya Nick. Sebelumnya maaaff banget. Tapii sebenernya gue agak curiga sama Mila. Gue curiga kalo dia adalah orang yang neror Mala selama ini. Dia cemburu ngeliat kedeketan loe sama Mala, dan akhirnya dia nekat buat neror Mala. Gimana?" tutur Agoy.
Nicky mengerutkan dahinya.
"apaan sih bang!! Loe nuduh Mila ngelakuin hal ini?? Jangan asal nuduh dong!" ujar Nicky marah pada Agoy karna telah menuduh Mila, orang yang ia sayangi sebagai pelaku peneror Mala.
"eiittss kalem Nick kalem. Gue bukan nuduh, tapi gue curiga doang. Abis, dia yang paling punya modus buat ngelakuin ini." jelas Agoy lahi menenangkan Nicky.
"ga! Gue ga bakal percaya sama tuduhan loe itu! Dan gue bakal buktiin ke elo kalo Mila ga bersalah!!" kata Nicky emosi, lalu pergi meninggalkan Agoy.
"ya ya ya. Ade gue emang ga pernah berubah ya. Keras kepala, dan selalu mau ngebuktiin kebenaran. Baguslah! Gue tunggu bukti loe Nick." ujar Agoy yang masih duduk di bangku taman tersebut.




~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~




Masih malamnya, di lokasi yang berbeda.
"Chi Chi. Semalem suara loe bagus deh." celetuk Kiki saat ia berada di rumah Ochi.
"heeh?? Loe denger?" tanya Ochi salah tingkah.
Kiki tersenyum sambil menjawil hidung kecil Ochi.
"ya iyalah gue denger. Suara loe keren loh. Penghayatannya dapet banget! Kalo loe mau jadi penyanyi, Gue dukung deh." ujar Kiki lagi.
Ochi menutup wajahnya dengan bantal kecil yang ada disana.
Kiki ketawa melihat tingkah Ochi yang menggemaskan.
Kiki membuka bantal yang menutupi wajah Ochi tersebut.
"udaaah ngapain sih pake malu gitu? Gue sering kok ngeliat loe nyanyi." ujar Kiki lagi.
"haaahh?? Kiki loe serius?" tanya Ochi.
Kiki mengangguk sambil mengangkat alisnya naik turun. (Oh God Oh God!! BAYANGIIIIINNNNN!!!)
"gue suka tau denger suara loe. Kesannya tuh tuluuusss banget loe nyanyinya. Penghayatannya dapet. Pokoknya keren deh."


Ochi menoyor kepala Kiki.
"paan siih Ki iih udah jangan dibahas lagi gue malu tauk!"
"wahahaaa malu kenapa coba? Kita duet yuk Chi sekali-kali. Siapa tau aja ada yang produser yang nawarin kita nyanyi." tawar Kiki.
"haah?? Duet?? Ga aah malu banget gue. Tau deeeeh suara loe keren abis ditimpa sama suara cempreng gue mana bagusnyaaaaa.." ujar Ochi menolak.
"yeeee apaan sih. Ga laah suara loe bagus tauk! Beneran. Tunggu ya." Kiki pun masuk ke dalam kamar Ochi dan keluar membawa gitar.
"yuk nyanyi bareng." tawar Kiki.
"iih apa sih Ki! Gamau ah loe aja sendiri nyanyi deeeeh. Suara gue jelek tauk!" ujar Ochi masih menolak.
"udaaaah nyanyi aja. Gue lagi suka sama lagu 'Cinta Begini' nya Tangga nih. Kita coba nyanyiin yah." Kiki pun langsung memetik gitar dan memainkannya.



Aku bisa terima
Meski harus terluka
Karena ku terlalu mengenal hatimu

Aku telah merasa dari awal pertama
Kau takkan bisa lama berpaling darinya


Ternyata hatiku benar
Cintamu hanyalah sekedar tuk sementara

Akhirnya kita harus memilih
Satu yang pasti
Mana mungkin trus jalani cinta begini
Karna cinta tak akan ingkari
Takkan terbagi
Kembalilah pada dirinya
Biarku yang mengalah
Aku terima


Ku tak bisa terima
Bila harus tak setia
Menghianati dia menduakan cinta


Ternyata hatiku benar
Cintamu hanyalah sekedar tuk sementara


Akhirnya kita harus memilih
Satu yang pasti
Mana mungkin trus jalani cinta begini
Karna cinta tak akan ingkari
Takkan terbagi
Kembalilah pada dirinya
Biarku yang mengalah
Aku terima
(Cinta Begini-Tangga)


Tak terasa Ochi meneteskan air mata.
"looh Chi, kok nangis sih?" tanya Kiki sambil mengusap pipi Ochi.
"eeh? Eenng ga kok mata gue cuma perih aja kena angin malem gini." ujar Ochi mengelak.
"boong banget loe. Kita kan sering nongkrong diluar kaya gini. Masa baru kali ini loe perih kena angin malem? Udah jujur aja sama gue. Loe nangis kan? Nangis kenapa siiiih cewe tomboooy.?" tanya Kiki sambil mengelus kepala Ochi.
"gue ga papa kok. Udah ah loe pulang aja sana. Gue ngantuk kali mau tidur, jadi mata gue perih. Udaaahh giiiih sonoo pulaang!" kata Ochi sambil mendorong tubuh Kiki.
"yeee dasar loe maah. Di khawatirin malah ngusir. Yaudah sono loe tidur ya, ga usah ngamen depan rumah lagi hahahaa dadaah Ochi." Kiki pun pergi berjalan dengan santai menuju rumahnya.
"bego banget sih loe Chi! Ngapaiiiinnn tadi nangis didepan Kiki! Aaarrgh! Kiki sih! Milih lagu yang ngewakilin perasaan gue banget. Bego ah!" umpat Ochi sendiri sambil memukul-mukul kepalanya.



~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~



Pagi harinya, di rumah Cessa.
"mbak Cessa, ada yang nyariin mba tuh diluar." ujar Mbok Yem, pembantu Cessa.
"siapa?" tanya Cessa.
"mbak liat aja deh sendiri." kata Mbok Yem, lalu pergi ke dapur.
Cessa yang sedang sarapan akhirnya meninggalkan meja makan untuk mwlihat siapakah yang datang pagi-pagi buta seperti ini.


"Hendra?" ujar Cessa saat melihat orang yang menunggu di ruang tamu.
Hendra menoleh pada Cessa.
"haay Sa." kata Hendra nyengir sambil melambaikan tangannya. (hiyyyaaaaa BAYANGIIIIIINNNNN!!!)
"ngapain pagi-pagi ke rumah?" tanya Cessa.
"mau jemput kamu. Sengaja aku dateng pagi-pagi kaya gini supaya ga diduluin sama raksasa pirang itu." ujar Hendra masih dengan nyengirnya.
"raksasa Pirang? Alwin? Hahahaa bisa aja kamu ngejulukin dia." tawa Cessa.
"manis banget sih kamu kalo lagi ketawa" gumam Hendra dalam hati.
"yaaa abis dia ngejulukin aku cowo china. Yaudah aku bales aja." jawab Hendra.


"hai Sa." sapa seorang lagi dari pintu.
Cessa dan Hendra menoleh.
"Alwin??"
Yaps! Cowo kedua yang datang kerumah Cessa malam itu adalah Alwin.
"ngapain?" tanya Cessa.
"mau ngajak kamu berangkat bareng." kata Alwin dengan polos.
"looh looh ga bisa! Gue yang duluan dateng kesini. Berarti gue yang boleh ngajak Cessa berangkat bareng. Lagian loe sama Cessa kan beda kampus. Jadi mending Cessa sekalian sama gue aja!" bantah Hendra.
"eeh cowo China! Mau sekampus atau engga, emang masalah buat gue?" Ujar Alwin dengan mata menantang.

"yaudah gini aja. Mending tanya ke Cessa langsung, dia mau bareng siapa." kata Hendra menengahi.
Alwin mengangguk.
Hendra dan Alwin pun menatap Cessa, meminta jawaban darinya.
"hah? Aku??" tanya Cessa sambil menunjuk dirinya sendiri.



*To Be Continued*


Siapakah yang akan dipilih Cessa pagi itu?
bagaimana hubungan Nicky dan Mila? Apakah masih bisa diselamatkan?
Dan juga apakah Kiki akan peka dengan perasaan Ochi padanya?
Lalu apakah pengorbanan cinta Bobby takkan sia-sia?

Semuanya ada di Cover Girl Chapter selanjutnya wohoooooo..

Terimakasih buat yang udah baca.
tetep minta komentar dan kritiknya yaaaa, makasiiihh xxo~


Xowners_PALU

Tidak ada komentar:

Posting Komentar