Senin, 11 Maret 2013

♥ COVER GIRL ♥ ~ Chapter 13 ~

Tittle: ♥ COVER GIRL ♥
Length: 20 Chapter
Author: @yasmiin2805 from fanbase @Fanfict_XOIX


♥ COVER GIRL ♥
~ Chapter 13 ~



Kiki menghampiri Devina dan Ochi yang sedang beradu mulut di depan pagar rumah Devina.
"kalian tuh kenapa sih? Pagi-pagi udah ribut gini." ujar Kiki.
Devina dan Ochi hanya terdiam, tak ada yang berani menjawab.
"kalian ada masalah? Apa? Kenapa sampe berantem gini?" tanya Kiki lagi.
Ochi mengambil sepedanya lalu pergi meninggalkan Devina dan Kiki. " tau!"
Kiki yang masih terheran hanya menatap kepergian Ochi.
"kenapa sih Dev? Kamu sama Ochi ada masalah apa?" tanya Kiki pada Devina.
Devina mengangkat bahunya. "gatau Ki. Udah ah aku mau ngampus. Dah." Devina pun pasuk ke dalam mobil dan meninggalkan Kiki juga.
"inii sebenernya ada apa sih? Kayanya ada yang ga beres sama mereka." gumam Kiki masih bingung.




~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~




"Mil. Kamu ga ngampus de?" tanya Lee di depan kamar Mila sambil mengetk pelan pintu kamar Mila.
"ga ko. Mila ga enak badan nih." jawab Mila pelan dari dalem kamar.
"ga enak badan? Koko masuk ya?" ijin Lee.
Mila pun memperbolehkan Lee masuk ke dalam kamarnya.
Di dalam kamar, terdapat Mila yang sedang terbaring lemah sambil menutupi tubuhnya dengan selimut tebal.
"kamu ga papa de? Kita ke rumah sakit ya meriksa kondisi kamu." ujar Lee panik.
Mila menggeleng. "Ga ah Ko. Mila istirahat di rumah juga tar sembuh kok." ujar Mila menolak.
Lee menatap cemas pada adik kesayangannya itu.
"atau Koko panggilin dokternya aja ya kemari." Lee langsung menghubungi dokter keluarga mereka.



Setengah jam kemudian, dokter itu pun datang dan langsung memeriksa kondisi Mila.
"dia cuma kecapean aja kok. Dan juga., ada beberapa faktor yang ngedukung kondisinya jadi ngedrop kaya gini." kata si ibu dokter.
"apa dok?" tanya Lee.
"yaaaa bisa apa aja. Stres mungkin?" tanya Dokter ballik.
Lee menatap Mila. "apa sih Ko? Aku ga papa kok. Cuma kecapean." elak Mila.
Ibu dokter itu tersenyum pada Mila.
"yaudah kamu istirahat aja ya. Ga usah mikirin masalah-masalah yang sebenernya ga pantes buat dipikirin. Enjoy aja, okey." saran Si Dokter. Mila mengangguk pelan.



Setelah selesai memeriksa kondisi Mila., Dokter itu pun berpamitan pulang.
"kamu mikirin Nicky ya Mil?" tanya Lee kemudian.
Mila mengerutkan dahinya.
"Nicky? Kenapa mesti Nicky sih Ko? Ga ih." elak Mila lagi.
"udah ga usah boong sama Koko. Koko tuh tau kamu dari orok, jadi Koko ga bisa kamu boongin." selidik Lee lagi.
Mila hanya menunduk dan terdiam.
"apa perlu Koko panggilin Nicky kemari buat ngeliat kondisi kamu sekarang?" tanya Lee.
Mila menggeleng cepat. "ga usah Ko. Ngapain jugaaa aku mesti ketemu dia, yang ada makin drop nanti." tolak Mila.
Lee menghembuskan nafasnya.
"yaudah kamu istirahat ya sekarang. Denger yang ibu dokter bilang tadi, ga usah banyak mikirin hal aneh, apalagi sampe bikin kamu stres sendiri." nasihat Lee.
Mila mengangguk. "iyaaaa Kokonya Mila yang paling ganteeeeeng.."
"yaudah Koko keluar dulu ya. Kamu selamat istirahat." Lee mencium kening Mila dengan rasa sayang, lalu pergi meninggalkan Mila sendirian di kamar.
"Nick, kok aku jadi kangen perhatian kamu ya?" gumam Mila.




~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~




"Nick, kenapa sih loe? Dari tadi diem aje." tegur Hendra pada Nicky pagi itu di kelas.
Nicky menoleh sebentar.
"ga kok, gue ga papa." sahut Nicky.
Hendra menatap wajah Nicky. " masih patah hati ya? Ya elaaah Nick, masih banyaaak cewe-cewe di dunia ini yang ngejar-ngejar loe, udahlaah ga usah mikirin cewe yang sama sekali ga mikirin loe." kata Hendra sambil mem-pukpuk-an pundak Nicky.
"yeeeee.." Nicky menoyor kepala Hendra.
"loe mah gampang bilang kaya gitu. Coba semuanya gue balikin ke elo. Gue nyuruh loe buat berenti mikirin Cessa, loe mau ga?" tanya Nicky balik.
Hendra terdiam sambil menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal.
"ga bisa kan loe? Mangkanyaa jangan nyuruh gue berenti mikirin Mila." sambung Nicky.
"iyeee iyee. Huh kalah lagi gue." dengus Hendra.


Tak lama, Kiki datang menghampiri mereka, dengan wajah yang tak kalah lesu daripada Nicky.
"laaah lu ngapa lagi Ki?" tanya Hendra.
Ia bingung kedua temannya bisa kompakan galaunya.
Kiki duduk disamping Nicky, lalu mendengus kecil. "huuufffttt.."
Nicky pun mau tak mau ikut penasaran pada Kiki.
"kenapa sih Ki?" tanyanya.
"gue bingung deh sama Devina sama Ochi. Tadi pagi gue ngeliat mereka kaya lagi berantem gitu, gatau lah apa yang mereka debatin." cerita Kiki.
Dahi Nicky mengerut. "berantem? Wah gawat tuh." ujar Nicky.
"gawat kenapa Nick?" tanya Hendra.
"hah? Eeeeng ya gawat aja lah pokonya." Jawab Nicky gugup. Hampiiiirrr saja ia membocorkan rahasia Ochi.



"emang mereka kenapa bisa berantem, Ki?" tanya Hendra pada Kiki.
Kiki mengangkat pundaknya.
"ga tau. Gue juga ga ngerti banget. Pas gue tanyain, mereka malah pergi." jawabnya.
Kiki kembali murung, ia hanya menenggelamkan kepalanya di tekukan dengkulnya.
"yaudah lah Ki, nanti loe coba tanya aja sama Ochi lagi." saran Nicky.


Dddrrtt..
Ddrrttt..
Handphone Nicky bergetar pelan.
Ada sms masuk rupanya.
"Devina?" kata Nicky saat melihat nama yang tertera di layar ponselnya.
Kiki menoleh. "ngapain devina sms loe??" tanya Kiki.
"waaiittt sabar broo, gue juga belom baca smsnya. Niih deh loe yang baca smsnya, ngeri gue ngeliat loe ngamuk." ujar Nicky lalu menyerahkan ponselnya pada Kiki.
Kiki pun langsung mengambilnya dan membacanya.


From: Devina
09.23
Nick, Mila sakit. Kayanya kamu harus kesana deh buat ngeliatin dia.


"Mila sakit?" ujar Nicky saat Kiki selesai membaca isi sms dari Devina.
Nicky langsing menyambar handphonenya yang dipegang Kiki, lalu pergi meninggalkan Kiki dan Hendra.
"gue titip abseeeennn!!" teriak Nicky dari kejauhan.




~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~




Tookk tookk!!
Nicky mengetuk pintu rumah Mila.
Dengan perasaan cemas ia menunggu di depan rumah.
Tak lama, pintu dibuka. Dan tak lain tak bukan, yang membuka pintunya adalah Lee.


"mau ngapain loe?" tanya Lee ketus.
"Ko, Mila sakit? Ko gue pengen banget ngeliat kondisi Mila, plis Ko." pinta Nicky langsung.
Lee yang melihat muka Nicky yang penuh Pengharapan dan sangat kasian (hahahaaa BAYANGIIIIINNNN!!!) akhirnya mengizinkan Nicky untuk masuk dan menjenguk Mila.
"tapi loe ga boleh bikin kondisi dia tambah ngedrop! Awas loe!" ancam Lee.
Nicky membentuk jari telunjuk dan jari tengahnya hingga menjadi huruf V, tanda berjanji.


Lee pun mengajak Nicky menuju lantai atas, tempat kamar Mila.
"Mila, ada yang pengen ketemu nih." ujar Lee sambil masuk ke kamar Mila.
Di dalam kamar Mila sedang membaca komik.
"siapa Ko?" tanyanya.
Nicky pun masuk ke dalam kamar dengan perlahan.
"Nicky?"
"yaudah, Koko tinggal ya. Kalian ngobrol deh ya yang bener." ujar Lee, lalu meninggalkan kamar Mila.


"mau apa kamu?" tanya Mila.
Nicky mendekati tempat tidur Mila, lalu duduk di sampingnya.
"kamu sakit apa Mil? Demam?" tanya Nicky sambil mengecek suhu tubuh Mila dengan punggung tangannya.
"aku ga papa." jawab Mila ketus.
"kamu jangan boong sama aku. Aku tau kok kamu sakit."
"tau darimana?"
"Devina."
Mila terdiam.



Nicky mengenggam tangan kanan Mila.
"Mil, kamu masih marah sama aku?" tanya Nicky.
Mila hanya diam, tetap tak menjawab.
"Mila, kamu tau kan perasaan aku ke kamu? Kamu tau aku sayang banget sama kamu. Dan aku yakin, kamu juga pasti masih sayang sama aku. Apa kita ga bisa mulai hubungan kita kaya dulu lagi?" pinta Nicky dengan mata berkaca-kaca. (hayoooo BAYANGIIIIIINNNN!! aaa sweet!)
Mila tetap diam saja.



"huuufftt. Okelah Mil. Aku tau mau kamu. Aku akan ngejauhin Mala, kalo itu bisa bikin kamu balik lagi sama aku. Aku janji, Aku ga akan berhubungan sama Mala lagi. Cukup Mil? Plis Mil, jangan diem kaya gini." ujar Nicky masih menggenggam tangan Mila, malah kini makin erat dan rasanya tak ingin ia lepaskan.


Mila menggeleng.
"kamu ga usah berbuat kaya gitu Nick. Aku tau kok, kamu ga bakal bisa ngejauhin Mala. Aku tau, kamu sayang banget sama Mala, sama seperti kamu sayang ke aku. Dan aku rasa, perpisahan ini emang yang terbaik untuk kita. Aku tau Nick, ini berat. Aku pun demikian. Tapi daripada aku terus-terusan sakit hati karna perhatian kamu ke Mala, mending aku yang ngalah. Aku yang menjauh dari kehidupan kamu. Itu akan lebih baik, untuk aku, kamu, dan Mala." tutur Mila, dengan air mata yang kini telah mengalir di pipinya.
Nicky menghapus air mata Mila, lalu berkata, "ini ga akan lebih baik untuk aku ataupun kamu. Kamu sakit begini karna kamu terlalu mikirin hal ini kan? Mungkin abis kamu sakit, aku pun bakal ikut sakit karna kamu. Aku ga bisa jauh dari kamu Mil. Plis, kasih aku kesempatan." kini, Nicky telah berlutut di hadapan Mila. Ia benar-benar ingin memperbaiki kesalahannya menyakiti Mila.
Mila menutup mulutnya, menahan suaranya agar tangisnya tak terdengar oleh Lee.


"Nick, jangan kaya gini. Aku ga kuat liat kamu kaya gini. Plis Nick, hargai keputusan aku untuk menjauh dari kamu. Aku yakin, ini yang terbaik untuk kita. Sekarang, mungkin kamu emang belum bisa nerima, tapi perlahan, kamu akan tau, kalo aku bukan gadis terbaik untuk kamu." isak Mila.
Nicky tetap berlutut di hadapan Mila. Tangannya masih menggenggam erat tangan Mila.
"aku ga akan bisa nerima keputusan kamu. Aku akan tetap begini, sampai kamu mau maafin kesalahan aku."
"aku udah maafin kamu Nick. Udah, plis, berdiri Nick." Mila hampir bangkit dari tempat tidur untuk menyuruh Nicky berdiri.
Akhirnya dengan berat hati, Nicky berdiri dari berlututnya, lalu kembali duduk di samping Mila yang sedang menangis sesegukan di tempat tidur.



Nicky mengelus pelan rambut Mila, lalu berkata,
"maaf Mil, aku bikin kamu nangis lagi."
"mending sekarang kamu pulang Nick. Aku mau istirahat." pinta Mila kemudian.
Nicky mengangguk.
CUP! kecupan kecil mendarat di kening Mila. (ciyeeeeehhh yang pada ngeBAYANGIIIIIINNN!!! envy ga envy gaaaa? Hahahaa)
"kamu cepet sembuh ya. Jangan nangis lagi, aku akan tetap setia nunggu kamu sampe kamu mau nerima aku di kehidupan kamu lagi. bye Mila sayang."



~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~



Di kampus Bobby, siangnya.
"Devina mana ya? Kayanya gue belom ngeliat dia dari pagi deh." ujar Bobby.
Bobby pun men-celingak-celinguk-kan kepalanya, mencari sosok yang ia rindukan.
Yaks! Benar saja. Bobby melihat Devina sedang duduk sendiri di bawah pohon yang rindang di taman kampus tersebut.
"tu dieee. Samperin aaahh.." Bobby pun berjalan menghampiri Devina.


"hay Dev." sapa Bobby pada Devina sambil memamerkan senyumnya yang khas. (aaaaaa jadi kangeeeennn :(( )
Devina menoleh. "hai Bob." balasnya dengan pelan.
Bobby pun segera duduk di samping Devina.

Kayanya lagi murung dan sedih banget." tanya Bobby.
"huuufftt.." Devina menghela nafas panjang, lalu menyandarkan kepalanya di pundak Bobby. (aaaaaa BAYANGIIIIIINNNN!!! )
Seakan Devina ingin membagi beban yang ia pikul pada Bobby.
"aku lagi bingung banget Bob." cerita Devina.
"bingung? Bingung kenapa?" tanya Bobby yang lagi deg-degan gara-gara kepala Devina yang bersandar padanya. Ia sangat senang dan rasanya seperti ingin meloncat-loncat saat melihat Devina kini sangat dekat padanya.


"aku ga ngerti aja sama si Ochi, sahabatnya Kiki. Tadi pagi dia ngelabrak aku dan nanyain macem-macem tentang perasaan aku ke Kiki. yaa bingung aja gitu, kenapa juga dia mesti ngegerecokin urusan aku sama Kiki? Urusan asmara lagi. Kaya ga ada kerjaan aja." ujar Devina sewot sendiri.
Bobby manggut-manggut.
"apa mungkin si Ochi itu cemburu sama kamu?" terawang Bobby.
Devina heran. "cemburu? Cemburu kenapa juga? Kiki sama Ochi kan udah sahabatan dari kecil, masa sih dia cemburu sama aku?"
"yaaa mungkin. Apa sih yang ga mungkin? Perasaan seseorang itu bisa tumbuh kapan aja loh. Tapi inii siapa tau doang loh yaaa belom tentu beneran hehehe.."


Devina terdiam, seperti sedang berpikir.
"iya kah? Ochi cemburu? Berarti, dia juga cinta sama Kiki?" gumam Devina dalam hati.
"woyy! Malah menghayal. Udaah ga usah dipikirin. Toh belom tentu juga Ochi beneran cemburu. Mungkin dia gemes ajaa ngeliat kamu gantungin Kiki mulu, jadi dia nanya perasaan kamu ke Kiki deh." ujar Bobby lagi.
"ngegantungin? Kok aku sih? Si Kikinya dong, kenapa ga nembak-nembak? " eluh Devina.
Bobby terdiam. "ternyata, cinta kamu emang beneran sama Kiki Dev." gumamnya dalam hati.
Devina yang seakan tersadar telah aalah ngomong kemudian berkata, "eeeh Bob, maaf. Eeeng maksud akuuu.." Devina gugup menjelaskan.
Bobby hanya tersenyum. (kangen :( )
"apaaaa? Udaah gausah pikirin aku, aku ga papa kok hehehee.."
Devina memanyunkan bibirnya, menyesal. Ia sadar, perkataannya barusan telah menyakiti hati Bobby.



"ooh iya Dev, aku mau nanya boleh ga?" tanya Bobby.
"emang ada undang-undangnya nanya mesti pamit dulu?" balaa Devina.
Bobby yang gemes pada cewe itu sontak mencuil hidung kecil Devina.
"kamu niih lucu banget deh."
"iiiihhh.. Apa siih Bob? Mau nanya apaaa emangnyaa?" ujar Devina sambil mengusap hidungnya.
"gini Dev. Seandainyaaaa, aku yang lebih dulu nembak kamu daripada Kiki, kamu bakal nerima aku, atau kamu bakal nolak aku?" tanya Bobby serius.
Devina mengangkat kepalanya yang masih tersandar di pundak Bobby, lalu menatap Bobby dalam-dalam.
"Bob, kok nanyanya gitu sih?" tanya Devina balik.
Bobby mengangkat pundaknya. "yaaa nanya aja. Kalo bener kejadian gitu, gimana? Kamu bakal nerima aku atau nolak aku karna nunggu Kiki yang nembak?" tanya Bobby lagi.
Devina hanya diam, tak menjawab pertanyaan Bobby, dan menunduk.




~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~





"hari yang melelahkan ya bang." ujar Mala sambil duduk di sofanya sore itu, setelah seharian beraktifitas di luar sana.
"iya hahahaa tapi seru juga sih jadi bodyguard kamu, bisa ketemu banyak artis-artis. Yaaa kesempetan kan jadinyaa minta foto sama Tanda tangan." kata Agoy kegirangan.
Mala hanya tertawa melihat ringkah norak Agoy.
"lucu iih si abang. Eeeh iya bang. Aku mau nanya tentang Nicky boleh ga?" tanya Mala.
Agoy yang duduk di samping Mala itu mengangguk.
"mau nanya apa siiih Mal?" kata Agoy.
"eeeng gini bang. Emang Nicky sama Mila kenapa bisa putus sih?" tanya Mala.
Tampaknya Mala sangat penasaran dengan hal ini.
"ga tau lah Mal. Biasa deh, bocah-bocah itu kan emang sering banget berantem. Tapi kalo sampe putus ya emang baru kali ini sih." cerita Agoy.
Mala ngangguk-ngangguk.
"yakin bang, bukan gara-gara aku?" tanya Mala lagi.
Agoy tersenyum menatap Mala.
"ga kooo tenang aja. Si Mila emang cemburuan parah sama semua temen-temen cewenya Nicky. Tapi aku yakin, bukan gara-gara kamu."
Mala mengangguk. "semoga." gumamnya dalam hati.
"udah aah gabaik berburuk sangka sama diri sendiri. Mending kamu bikinin aku minum gih, aus niih hehehee." pinta Agoy.
Mala pun langsung beranjak membuatkan Agoy minum.
"maaf Mal, aku harus bohong ke kamu." gumamnya kemudian.




~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~




malamnya., Bobby kembali ke kosnya dengan perasaan galau.
Bagaimana tidak, pertanyaan yang ia ajukan pada Devina tadi siang tak dijawab Devina. Devina malah berpamitan masuk kelas sambil Meminta maaf pada Bobby.
"Devinaa Devina. Kadang gue ngerasa loe kaya lagi ngePHPin gue deh. Gue tau kalo loe sayangnya sama Kiki, tapi loe tetep juga ngedeketin gue. Atauuuu, guenya yang ke'geeran ya? Hahahaa kayanya emang gue yang kegeeran deh." gumam Bobby sembari melepas penatnya di tempat tidurnya yang sedikit berantakan.
Tak lama, ia berminat mengutak-atik laptopnya dan menuju akun soundcoudnya.
"ngecover lagu enak kali ya." Bobby pun mencari list lagu yang hendak ia cover.
"naaah ini aja niiihh. Dia Atau Diriku dari UNGU. pas banget kayanya hahaha.."
Bobby pun mengambil gitar coklatnya lalu meng-genjreng-kannya.



sungguh tak mungkin
dalam kisah ini kita kan bersatu
bila tak pernah
ada perasaan cinta seutuhnya


kini akhirnya kau harus memilih
dia atau diriku
yang pantas mendapatkanmu
pantas menjadi kekasihmu



sampai kapankah kita akan bersama
bila tak pernah ada perasaan
cinta antara kita
perasaan saling menyayangi

sampai kapankah kita akan bersama
bila kau hanya bisa mencintaiku
separuh hatimu
separuh kau mencintainya


sungguh tak mungkin, sungguh tak bisa
kita kan bersama bila kau masih membagi cinta


sampai kapankah kita akan bersama
bila tak pernah ada perasaan
cinta antara kita
perasaan saling menyayangi

sampai kapankah kita akan bersama
bila kau hanya bisa mencintaiku
separuh hatimu
separuh kau mencintainya
(UNGU-Dia Atau Diriku)



"huufftt. Coba aja Devina denger nyanyian gue ini, dia bakal sadar ga ya kalo gue yang sebenernya pantes buat dia. Yaaaah emang bukan jodoh kali yaa. Yaudahlah Dev. Asal loe seneng sama Kiki, gue iyain aja deh."




~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~



Malam ini di rumahnya, Ochi sedang asik memetik-metik gitarnya dengan nada yang asal-asalan.
"bego banget ga sih gue? Ngapain coba gue nyamperin Devina tadi pagi? Cari mati? Akhirnya Kiki ngeliat kan? Aaarrrgghh begooo dasaar!" maki Ochi sendiri.
"baru nyadar ya kalo loe bego?" sambung Kiki tiba-tiba.
Entah dari mana nongolnya, dia kini telah berada di depan Ochi.
"Kiki?? Ngapain sih loe disini? Kaya setan aja nongol tiba-tiba." umpat Ochi sambil menyambit Kiki dengan sendal jepitnya.
"yeee loe aja yang terlalu serius maen gitarnya sampe ga nyadar gue ada di depan loe." balas Kiki.
Ochi tak membalas perkataan Kiki. Dia meneruskan permainan gitarnya.


"emang ngapain sih loe kerumahnya Devina tadi pagi?" tanya Kiki kemudian.
Tampaknya Kiki masih penasaran dengan jawaban Ochi.
"mau tau aja loe." jawab Ochi singkat.
"yeeeee..." Kiki menoyor kepala Ochi.
"kasih tau napa. Kan gue juga mau tau." sambung Kiki lagi.
"paan sih Ki. Ga ada apa-apa tau. Malah gue yang pengen nanya sama loe." ujar Ochi kemudian.
Kiki mengerutkan keningnya.
"looh kok malah balik nanya? Emang mau nanya apa?"
Ochi menyenderkan gitarnya di dinding, lalu kembali menatap Kiki.
"loe tuh sebenernya sayang ga sih sama Devina?" tanya Ochi serius.
Kiki mengeles.
"loe mah nanyanya itu mulu. Bosen deh." ujar Kiki.
BLETAAKK!!
Ochi mendaratkan satu jitakan 'kecil' di kepala Kiki yang hampir membuat Kiki hilang ingatan. Haha ga deeng. Lebay amat.
"yeee malah ngejitak! Awas loe ye gue bales!" Kiki mengambil ancang-ancang ingin menjitak Ochi balik, namun tak jadi karna Ochi sudah keburu lari.
"yeee gue kan cuma nanyaa, loe nya malah sewot. yaudah gue jitak!" ujar Ochi sambil melewekkan Kiki.
Kiki tersenyum melihat tingkah sahabat tersayangnya itu. (bisa ngebayangin senyum manisnya ka Kiki?? Bisaa?? Yaudah, BAYANGIIIIINNNN!!!)
"Chiii udah deh sini! Kita bukan anak kecil lagiii yang doyan kejar-kejaran. Sini cepetan. Mau gue jawab ga nih?" ujar Kiki.
Ochi pun dengan pasrah menghampiri Kiki yang duduk di teras rumahnya.
"yaudah cepet jawab, sebelum gue sambit lagi loe."



Kiki menghela nafasnya terlebih dahulu sebelum bercerita.
"iyaaa gue emang sayang banget sama Devina. Udah kan?" jawab Kiki singkat.
"Teruuuusss kalo loe sayang sama dia, kenapa ga ditembak-tembak jugaaaa??" tanya Ochi sambil bertopang dagu.
"yaaaa gitu deh. Karna gue belum siap dan takut aja."
"takut? Takut apa?"
"gue takut, kalo ternyata hati Devina itu bukan buat gue, tapi buat Bobby. Kayanya gue belom siap buat patah hati Chi." terang Kiki.
Ochi ngangguk-ngangguk.
"terus, gimana kalo....." belum usai Ochi bicara, Kiki memotongnya.
"aaah udah deh gausah banyak tanya, jatohnya gue tar curhat lagi sama loe hahahaa udah ya gue pulang dulu. Tadi kan cuma mau nanya doang ke elo weee dadaaa.." Kiki pun langsung berlari kecil pulang ke rumahnya.
"dasarr sinting! Orang belom selesai nanya udah kabur iih!" maki Ochi pada Kiki yang sudah hilang dari pandangan.




~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~



Keesokan harinya, di rumah Mila.
"Mila, kamu udah mau berangkat ngampus? Udah sehat emangnya?" tanya Lee saat melihat adiknya itu telah bepakaian rapi.
"Mila udah sehat kok Ko." jawab Mila sambil duduk di meja makan.
"ciyeee udah sehat gara-gara kemaren dijengukin Nicky yaaaa. Udaaah balikan giih de, Nicky tuh ketauan banget kalo dia tulus sayang sama kamu. Tar kalo kamu sia-siain, rugi loh." ledek Lee.
"iih paan sih Ko. Kalo jodoh juga ga bakal kemana kooo.." elak Mila.
"iyaaa iyaaa Koko doain kamu jodoh sama Nicky yaaa. Dan Koko doain, semoga Nicky ga nyakitin kamu lagi. Kan kasiaan ade koko masa disakitin mulu.."
"amiiinn amiiinnn. Udah ah Ko, Mila berangkat ya." ujar Mila berpamitan.
"mau Koko anterin?" tawar Lee.
Mila menggeleng. "ga usaaah. Mila sama Devina kok. Tuh dia udah di depan tuh. Daah Koo.." Mila pun mencium kedua pipi kokonya, lalu pergi bersama Devina.


Di dalam mobil.
"ciyeeee yang kemaren dijengukin mantaaaan.." goda Devina pada Mila.
Mila senyum-senyum kecil dibuatnya.
"iiiih apaan siih Devinaa. Ga loe ga Koko, sama-sama ngegodain gue."
Devina tertawa kecil melihat sepupu cantiknya itu mengerutkan mukanya.
"yeeeee.. Udaaah jadian lagi giiihhh kalian tuh cocok banget tauuuuu.. Jadian lagi yaah yaah pliiiissss.." pinta Devina.
"iih. Yg pacaran siapaaa, yang ngebet siapa. Sebelum loe nyuruh gue balikan, loe dulu doong jadian sama Kiki. Gimana? Hah? Hahahaa.." ledek Mila balik.
"iih Mila curang! Masa gitu sih syaratnyaaa.." rengek Devina.
Mila hanya menjulurkan lidahnya sembari meledek Devina yang terpojokkan.




~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~




Di kampus.
"Sa, kamu betah kaya gini?" tanya Budi pada Cessa. Saat itu mereka sedang sarapan di kantin.
"betah? Betah gimana Bud?" tanya Cessa kurang mengerti.
"yaaaa gituuu.. Ngegantungin dua cowo sekaligus. Apa itu kesannya ga jahat ya Sa?" ujar Budi terus terang.
Cessa menghentikan makannya.
"jadi, aku jahat ya Bud?" tanya Cessa kemudian.
Budi yang tersadar telah salah ngomong langsung panik.
"eeh engga Sa bukannya gituuu. Yaaa maksud aku, apa ga sebaiknya kamu milih aja gitu, diantara Hendra sama Alwin, yang mana yang bener-bener Mau kamu ajak serius. Kan kasian juga kalo mereka berharap sama kamu, tapi kamunya malah bukan milih dia." terang Budi.
Cessa mengangguk.
"iya Bud, aku tau kok. Akupun sebenernya ngerasa ga enakan sama mereka berdua. Tapi mau gimana lagi? Aku sendiri belom tau siapa yang bener-bener serius sama aku. Takutnya, pas aku milih satu diantara mereka, akunya salah pilih." gumam Cessa.
"gini deh Sa. Dari hati kecil kamu yang paliiiiing dalem, sebenernya kamu mau siapa sih?" tanya Budi serius.
Cessa berpikir sejenak.
"sebeneernya, aku lebih miliihhh.........."



*To Be Continued*



Hhhhmmmm, siapakaaaahhh yang sebenarnya dipilih Cessa untuk jadi pendampingnya?
Lalu kapankah Kiki akan berani menyatakan cintanya pada Devina?
Dan apakah Ochi dan Bobby akan benar-benar bisa mengikhlaskan cinta mereka?


Wohooooo ditungguin aja yaaaa kelanjutan ceritanyaaaa..
Abis baca minta kritik dan sarannya yaaa kawan-kawan.
Thanks for keep reading, you're my spirit xxo ♥


Xowners_PALU


Tidak ada komentar:

Posting Komentar